Di lain tempat, Nafisah menempelkan tubuhnya baik baik ke sisi Nasmira.. Cuaca benar benar sangat dingin dan membuat tubuh Nafisah mati rasa, Nafisah sangat mengantuk namun kakinya sangat dingin dan butuh sebuah kehangatan. Semakin memeluk Nasmira erat, karena Nasmira sangat nyenyak tertidur karena di dekap oleh Kakak kelas mereka yang pingsan dan juga Rosebell..
Sedangkan Adell dan Steve, mereka di dekat api unggun dan tidur sambil memegang senjata masing-masing.. Untungnya Steve dan Adell memakai jaket sangat tebal dan celana dua lapis. setidaknya mereka tidak kedinginan..
Nafisah berusaha memejamkan matanya namun tetap saja tidak bisa, memasukan kakinya yang terbungkus sepatu ke dalam dedaunan yang menjadi selimut bagi mereka saat ini. Nafisah tidak tau kenapa tapi tubuhnya sekarang bersaksi berlebihan.. Seharusnya Nafisah sudah tidak merasa kedinginan, tapi kenapa kakinya bisa mengigil?
Nafisah melepaskan pelukannya pada Nasmira, lalu bangun dari tidurnya. Perlahan-lahan Nafisah mengangkat kakinya yang masih terbungkus sepatu, membuka tali sepatu sebelah kanan.. Namun sepatunya terasa sangat lengket dengan kaus kaki yang menempel di ujung sepatu. Nafisah berusaha untuk melepaskan, namun tetap tidak bisa..
Akhirnya Nafisah memasukan lagi kakinya ke dalam sepatu dan mengikat kembali, Nafisah tidak tahan dengan cuaca dingin Yang membuatnya jadi merasa pusing..
Nafisah berusaha bangun dan berjalan perlahan ke arah api unggun, tapi kakinya terasa nyeri.. di gerakan sangat sakit dan seperti ada sesuatu berlendir saat Nafisah menapakkan kakinya untuk berjalan. ada apa di kakinya? pikir Nafisah yang meras aneh.. Namun Nafisah terus saja berjalan ke arah api unggun. Steve yang merasa ada gerakan seseorang, langsung terbangun dan melihat ke Belakang. Saat melihat ternyata Nafisah, Steve langsung tersenyum.
"Sini, duduk di dekatku agar kau tidak kedinginan". kata Steve, Nafisah menurut dan duduk di dekat Steve. Api unggun membuat Nafisah jauh lebih hangat, namun tidak pada kedua telapak kakinya. "Kau kenapa? wajahmu pucat sekali? apa kau tau karena hutan ini gelap?". Tanya Steve, yang memang tau Nafisah takut akan kegelapan.
"Tidak Steve, aku tidak takut karena ada kalian disini. tapi telapak kakiku rasanya sedikit aneh, seperti ada benda yang lengket di bawahnya.. aku berusaha membuka sepatuku namun tidak bisa karena kaus kakiku menempel pada ujung sepatu". Ucapan Nafisah membuat Steve berpikir sebentar, mencoba mengingat-ingat sekiranya apa yang terjadi pada kaki Nafisah.
"Apa aku boleh membuka sepatumu?". Tanya Steve.
"Boleh saja, tapi maaf kalau bau". Ucap Nafisah sambil tertawa, Nandra hanya ikut tertawa dan membantu Nafisah membuka tali sepatunya.. Saat Steve ingin membuka ujung sepatu, ternyata benar.. kaus kaki Nafisah menempel pada ujung sepatu. Steve mengarahkan senter ke ujung kaki Nafisah, dan betapa kagetnya Steve saat melihat sudah ada binatang lintah besar yang ada di kaus kaki Nafisah..
"Ada lintah yang cukup besar di kakimu Nafisah, tapi kau tenang..jangan panik, aku akan coba menarik lintah itu". Kata Steve yang sudah mencoba menenangkan Nafisah, Nafisah yang mendengar perkataan Steve tentu saja sudah berkeringat dingin dan merasakan kakinya begitu aneh.. Lintah itu penghisap darah, jadi dari tadi darah di kaki Nafisah di hisap? pantas saja Nafisah semakin merasa kedinginan dan sedikit nyeri.
Steve mengambil Ranting di dekatnya dan menarik lintah yang ada di kaus kaki Nafisah, sedikit sulit namun Steve berusaha keras. hingga lintah itu terjatuh di sepatu dan Steve langsung menarik sepatunya keluar dari kaki Nafisah..
melihat kaus kaki Nafisah yang sudah terdapat bercak darah dan sedikit bengkak, Steve membantu Nafisah melepaskan kaus kakinya. Kaki Nafisah sudah memucat dan sangat dingin, darah yang di hisap lintah itu pasti sangat banyak. Steve mengambil kembali sepatu Nafisah dan mengeluarkan Lintah yang cukup besar itu lalu membakarnya bersama api unggun.
Adell yang merasa terusik dengan gerakan Steve, akhirnya terbangun dan melihat ke samping bahwa ada Nafisah di antara mereka.
"Kenapa?" Tanya Adell yang masih mengantuk.
"di kaki Nafisah ada lintah". Ucap Steve pelan.
"Lintah? lalu gimana kakimu sekarang Nafisah?". Tanya Adell yang langsung melihat ke arah Nafisah.
"Sedikit nyeri dan dingin". Nafisah ingin menangis, bukan karena lintah di kakinya. tapi karena merasa kesepian tiba tiba.. Nafisah jika sudah merasakan sakit atau nyeri, maka dirinya membutuhkan pelukan Bobo atau paman. Tapi disini tidak ada mereka dan Nafisah merasakan kesepian hingga membuat hatinya sedih dan ingin menangis.
"Tenanglah, jangan menangis.. kau akan baik baik saja". Kata Adell yang sudah menepuk-nepuk kepala Nafisah sambil tersenyum, Nafisah mengangguk mengerti.
"Kita akan kembali ke belakang sekolah sekarang atau pagi saja?" Tanya Steve pada Adell.
"Seperti besok pagi saja, yang lain sudah nyenyak tidur, jadi...".
"Ahhh... apa ini, binatang apa ini...". Ucapan Adell terpotong saat mendengar teriakan Rose. mereka bertiga langsung bangun dan melihatnya.
Ada ular yang keluar dari dedaunan di kaki Rose, Steve terkejut dan langsung menyingkirkan dedaunan disana. Nasmira sudah bangun terkejut beserta kakak kelas mereka yang seperti bingung melihat sekitar.
"Kau terkena gigitan Rose?". tanya Steve.
"Iya, kakiku". Kata Rose yang sudah memperlihatkan kakinya. Memang ada bekas sedikit darah dan gigitan ular, Steve yang melihat itu cukup terkejut dan mulai menarik syal yang Steve pakai dan mengikat betis Rose, agar racunnya tidak menjalar cepat ke arah lain.
"Tarik nafas dan hembuskan secara perlahan, kau jangan panik.. tenang, tadi bukan ular yang mematikan racunnya. kita masih bisa menyembuhkan dirimu dengan beberapa obat". Rose mengangguk, Nasmira langsung bangun dari tidurnya dan berdiri di samping Nafisah. "Adell, Nafisah, Nasmira.. kalian cari sebuah tumbuhan liar yang daunnya berwana kuning dan memiliki bunga kecil putih. atau sebuah tanaman menjalar yang baunya harum.. kedua tumbuhan itu bisa mencegah racunnya menyebar.. ayo, aku butuh bantuan kalian". Ucapan Steve diangguki oleh mereka, Nafisah langsung mengambil senter dan di ikuti oleh Adell lalu Nasmira. mereka bertiga sudah mulai berjalan masuk ke dalam semak semak dan mencari apa yang steve minta.
"Steve, kepalaku terasa pening". Kata Rose yang sudah memegang kepalanya.
"Tenang.. kau akan baik baik saja, tetaplah sadar agar kita tau keadaan dirimu". Kata Steve yang sudah mencari dua buah batu di sekitarnya.
"Kenapa aku bisa bersama kalian? seingatku aku di keroyok oleh beberapa siswa baru". Kata kakak kelas mereka yang masih duduk bingung memandang Steve dan yang lainnya.
"Kami menemukan dirimu pingsan, dan kami berinisiatif membawamu bersama kami". ucap Steve, namun tatapannya tidak mengarah pada kakak kelasnya. tapi pada kaki Rose yang terluka..
Kakak kelasnya mengangguk dan paham apa yang terjadi.