Firman tertampar oleh perkataan Pak Imron. Dia tampak seperti bola kempis. Dia menundukkan kepalanya dan tidak berkata apa-apa, lalu berbalik dan berlari ke rumah.
Handi bisa melihat bahwa harga diri kecil Firman dilanda oleh perkataan Pak Imron, dan dia tidak tahu apakah itu hal yang baik atau buruk. Namun, seperti kata Pak Imron, mulutnya benar-benar beracun.
"Oh, anak ini ...," kata Bu Indri itu tanpa daya.
"Bu Indri, aku mungkin sedikit keras. Aku orang yang lebih suka berterus terang, tetapi aku berbicara demi kebaikan anak-anak. Kita memiliki terlalu sedikit pengetahuan di pengetahuan, dan aku ingin anak yang pintar untuk mendapatkan pengetahuan yang tinggi. Aku tidak ingin melihatnya tersesat." Pak Imron melirik dua kali, "Aku tidak bisa melihatnya hancur di desa ini ..."
"tidak apa-apa, Pak Imron, aku mengerti." Bu Indri berkata dengan suara yang tidak jelas, "Kalau begitu, urusan domba ini ..."
"Aku akan membantu menjualnya," kata Pak Imron datar.
Bu Indri dengan cepat tersenyum dan berkata, "Terimakasih Pak Imron."
" aku akan membantumu Pak," kata Handi.
Pak Imron tersenyum: "Tidak apa-apa, Belum lagi domba-domba ini kotor dan bau perlu juga menyuntikkan vaksin. Jika metodenya salah sedikit, domba ini akan disayangkan."
"Tidak apa-apa, aku bisa belajar."
"Mengapa kamu mempelajari hal ini?. Tugasmu adalah mengajar, bukan datang ke sini untuk mengurus domba." Pak Imron terus terang menolak niat baik Handi.
Domba-domba yang diternak oleh Firman diambil oleh Pak Imron dan ibunya satu per satu, meskipun Firman tidak keluar, dia diam-diam membuka tirai dan melihatnya melalui jendela.
Handi menatap mata merah Firman di jendela. Dia merasakan sesuatu yang menyengat di hatinya. Pada saat ini, dia tiba-tiba menyadari sesuatu upaya belajar Firman telah berubah dari F ke D. Dia sangat gembira, mengetahui bahwa lidah beracun Pak Imron benar-benar bekerja.
Setelah meninggalkan rumah Firman, Pak Imron berpamitan kepada Handi dan Pak Rusli.
"Kalau begitu aku akan terus mengumpulkan domba dari rumah lain, apakah kamu akan kembali ke sekolah?"
"Tidak, kita harus pergi ke rumah siswa lainnya yang putus sekolah," kata Handi dengan jujur.
Mata Pak Imron berbinar ketika dia mendengarnya, "Siapa? Haruskah aku mengikutimu?"
Pak Rusli buru-buru berkata, "Kami akan pergi ke desa sariasih. Tidak perlu, aku bisa pergi dengan Guru Handi berdua saja."
"Desa Sariasih, aku tahu, saya akan pergi ke sana untuk mengumpulkan domba nanti untuk dimasak," kata Pak Imron.
Pak Rusli berkata tanpa daya, "Keluarga Pak Maman, gadisnya Nurul tidak pergi ke sekolah lagi."
"Pak Maman?" Pak Imron mengerutkan kening dan memikirkannya, "Kenapa terdengar sangat akrab?"
Pak Imron tiba-tiba menepuk-nepuk kepalanya: "Aku ingat, apakah lelaki besar dan tinggi itu? Beberapa tahun yang lalu, dia bukankah dia tidak lagi bertani di pegunungan dan pergi bekerja di kota."
Handi secara alami tidak mengenalnya, dia menoleh untuk melihat Pak Rusli, dan Pak Rusli mengangguk membenarkan.
"Gadis di keluarganya cantik dan dia mewarisi tubuh tinggi ayahnya. Mengapa dia tidak belajar lagi?" Pak Imron mengumpulkan domba di seluruh daerah pegunungan yang pahit ini jadi dia banyak mengenal orang-orang yang tinggal di daerah pegunungan ini.
"Bukan dia tidak ingin belajar, gadis itu ingin pergi bersekolah, tetapi neneknya tidak boleh membiarkannya pergi," kata Pak Rusli tanpa daya.
"Oh." Pak Imron mengangguk tak terduga, dan kemudian bergerak beberapa langkah ke depan untuk berada di depan mereka berdua dan berkata secara misterius: "Tahukah kamu? ayahnya, datang ke kota dan berkencan dengan seorang wanita di kota. Ayahnya mendapat uang dan dia terlihat baik dikota sekarang dia tidak suka wanita di pegunungan ini. "
Handi dan Pak Rusli saling memandang, ternyata masih ada gosip di desa pegunungan kecil ini.
Handi awalnya tidak tertarik dengan berita gosip pendek dari orang tua ini, tapi dia tiba-tiba sepertinya mengerti sesuatu ketika dia melihat Pak Imron yang sedang berseri-seri. Pak Imron ini seperti instruktur pendatang baru. Dia tidak hanya muncul pada saat ini untuk membantunya menyelesaikan masalah Firman, tetapi sekarang dia berbicara tentang keluarga Nurul. Jadi ini tidak diragukan lagi sebuah informasi yang sangat membantu untuk Handi.
" Maman ingin menceraikan istrinya, tetapi ibu mertuanya menolaknya, dan saat dia kembali dia dipukuli oleh ibu mertuanya beberapa kali dan pergi ke kota lagi. Beberapa waktu yang lalu, ibu mertuanya pergi ke kota untuk mencarinya dan melihatnya dengan wanita lain. Dia marah kemudian dia langsung memukuli wanita yang bersama Maman di jalan dan menendangnya, " Pak Imron berkata dan menggambarkan kejadiannya seolah-olah dia melihatnya dengan matanya sendiri.
Pak Rusli tidak dapat memahami penampilan Pak Imron yang berseri-seri, dan berkata dengan sungguh-sungguh, "Oke, jangan membicarakannya, bagaimana kamu bisa sangat bahagia dengan kemalangan orang lain? Mengapa aku tidak mengetahui tentang hal seperti ini? sungguh disayangkan!"
Pak Imron tertawa dua kali: "Pak Rusli, kamu berada di sekolah saat itu dan memgajar dengan sepenuh hati. Bagaimana kamu dapat mendengarkan gosip ini sedangkan kamu sibuk mengajar. Tanyakan saja kepada orang lain, semua orang di gunung tahu tentang gosip ini."
Pak Rusli menarik Handi dengan dingin: "Ayo pergi."
Pak Imron bertanya dari belakang, "Apakah kamu ingin aku pergi bersamamu?"
Pak Rusli dengan dingin menolak: "Tidak."
Pak Imron menggaruk kepalanya dan berkata, "Oke tidak masalah, lagian tidak nyaman untuk pergi ke rumah gadis itu hehe."
Handi dan Pak Rusli bergegas ke rumah Nurul, Handi bertanya kepada Pak Rusli: "Pak Rusli, mengapa kamu begitu marah tadi."
Pak Rusli mengambil menghisap sebatang rokok, dan berkata dengan nada rendah, "Tidak apa-apa, hanya tidak suka mendengarkannya berbahagia diatas kemalangan orang lain."
Handi mengangguk. Dia juga tidak suka bergosip, tetapi perkataan dari Pak Imron tentang urusan keluarga Nurul telah memberinya banyak informasi. Dia sudah menemukan cara meyakinkan ibu Nurul untuk setuju dengan Nurul pergi kesekolah untuk belajar.
Mereka berdua berjalan di sepanjang jalan pegunungan. Desa Sariasih ini terletak di lereng gunung. Jalannya lebih sulit untuk berjalan daripada desa tempat keluarga Firman barusan.
Pepohonan tumbuh di kedua sisi jalan, dan ada semua jenis tanaman di pegunungan yang tak terhitung banyaknya. Tidak lama setelah mereka berjalan, mereka melihat seorang gadis menarik rumput liar di tepi jalan.
Pada saat ini, gadis itu menoleh ke belakang melihat Handi dan Pak Rusli. Dia melambaikan tangannya dan berteriak keras: "Pak Rusli! Pak Rusli!"
Kemudian dengan gembira berlari seperti kelinci kecil.
Pak Rusli buru-buru turun dari gerobak kudanya, lalu menunjuk ke gadis yang berlari dan berkata kepada Handi "Ini adalah Nurul."
Handi memandang Nurul, dia memang gadis yang sangat cantik, dengan aura semangat yang membuatnya terlihat ceria. Meskipun pakaian di tubuhnya sudah usang dan tua, bahkan ada beberapa tambalan, pakaiannya sangat bersih. Tidak ada riasan di wajahnya, secara alami memberi kesan polos, bersih dan indah.
Tapi ini bukan yang mengejutkan Handi. Yang mengejutkan Handi adalah atribut dari gadis ini.
[Nurul]
Pendahuluan: Siswa kelas dua sekolah dasar di pedesaan daerah pegunungan, cantik dan murah hati, murni dan polos, dengan kepribadian lembut, ramah kepada orang lain, suka belajar, dan bekerja keras.
Kelas: Kelas Dua
Bakat: Tidak Dikenal (tidak dikunci)
Bakat belajar: tingkat C
Upaya studi saat ini: tingkat S +
[catatan! Siswa level S + Upaya kerja keras muncul! Siswa yang sangat suka sekali belajar.]
Nilai emosional saat ini: 80. (Semakin tinggi nilai emosional, semakin dia suka belajar dan menghormati guru. Jika nilai emosional lebih rendah dari 60, itu akan menyebabkan keletihan belajar, suka bolos kelas, dan nilai lebih rendah)
Kemampuan dalam berbagai mata pelajaran: (dapat ditingkatkan melalui pembelajaran kelas, membaca buku, kegiatan ekstrakurikuler, studi bimbingan belajar, dll., Yang akan menentukan kisaran nilai siswa yang berfluktuasi, semakin tinggi kemampuan, semakin baik nilai)
Bahasa Indonesia: A
Matematika: C
Bahasa Inggris: D
Moralitas: A
Sejarah: A
Geografi: B
Fisika: E
Kimia: E
Biologi: E
Cita-cita masa depan: tidak terbuka (belajar cita-cita siswa melalui percakapan, realisasi keberhasilan siswa tentang cita-cita mereka di masa depan akan memberi sekolah dan nama anda umpan balik yang bagus)
Keramahan untuk Anda: 50.
Seorang anak dengan tingkat upaya S + sangat bersemangat dalam belajar dan ingin belajar, tetapi tidak dapat pergi ke sekolah karena alasan keluarganya.
Saya harus menyelamatkannya.
Ketika Handi melihat pandangan pertama pada Nurul, dia diam-diam mengambil keputusan: Tidak peduli apapun yang terjadi, saya harus membiarkan anak ini kembali ke sekolah untuk menerima pendidikan!