Menginjak anak tangga teratas rumah Lova, Axel langsung dihadapkan pada sebuah pintu yang terkesan lembut dan feminim, menggambarkan dengan sangat jelas sosok dari si pemilik kamar itu. Axel berkacak pinggang seraya menggeleng-gelengkan kepalanya ketika melihat papan shabby bertuliskan 'PRINCESS LOVA ROOM' yang digantung di depan pintu bercat hijau pastel itu.
Axel menoleh ke arah lorong yang cukup panjang. Jika dilihat dari posisi berdirinya saat ini letak lorong itu ada di sebelah kanan. Sampai di ujung anak lantai dua cukup menoleh sedikit ke samping kanan, lorong itu akan langsung terlihat.
Axel menatap pintu-pintu kamar yang ada di lorong itu satu demi satu seraya menghitung dalam hati. Satu, dua, tiga, em-pat? Kedua alis Axel menaut. Ada empat kamar dengan cat pintu yang warna-warni di sana dan menjadi lima jika dijumlahkan dengan kamar Lova.
Banyak sekali. Sudah sama seperti kos-kosan. Kamar milik siapa-siapa saja itu semua? Bukannya Lova dan uncle Alex hanya tinggal berdua? Axel mengangkat kedua bahunya tak acuh dan kembali menatap pada pintu kamar Lova.
Axel menghela nafas samar. Ternyata, Lova seorang gadis biasa yang juga bisa malas-malasan. Dia pikir Lova adalah gadis paling rajin yang pernah dia kenal. Axel tidak mau repot-repot mengetuk pintu karena itu akan menjadi tindakan percuma dan hanya akan membuang-buang tenaganya saja. Pelan-pelan menekan turun handle pintu dan hanya membuka sedikit satu dari dua daun pintu kamar Lova.
Axel perlahan menyembulkan kepalanya terlebih dulu sebelum masuk lebih ke dalam kamar Lova. Mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut kamar gadis itu. Mengamati suasana kamar Lova. Dinding kamar pacarnya itu bertemakan plaid. Keseluruhan lantai kamar dilapisi dengan vinyl model papan mirip dengan potongan-potongan hardwood. Kamar Lova tergolong besar, bergaya flat satu kamar.
Axel bergerak dengan hati-hati, meminimalisir timbulnya suara yang bisa mengganggu tidur nyenyak 'princess' Lova. Princess? Geez! Pelan-pelan kembali menutup pintu kamar Lova setelah lebih masuk ke dalam kamar. Axel berbalik badan dan menjumpai space untuk santai berkumpul keluarga seperti yang sering disebut ruang tengah atau ruang keluarga.
Tiga lukisan dalam frame berukuran sedang menjadi pajangan dinding. Di tengah-tengah ruangan dipasang lampu gantung hias bergaya klasik dengan desain kap dan rangka yang membawa kesan vintage.
Smart TV diletakkan di atas TV cabinet minimalist white yang dilengkapi empat laci. Sofa two seater warna abu-abu dilengkapi tiga cushion pillow, satu motif bunga bulat, satu motif garis-garis abstract, dan satu motif stripe perpaduan tiga warna pink, putih, dan abu-abu muda. Selimut rajut tebal yang memberi kesan hangat berwarna senada dengan pillow cushion tersampir di lengan sofa sebelah kanan.
Di depan sofa ada coffee table berbentuk oval warna putih yang diletakkan di atas karpet broken white motif geometri, ada satu novel dan kotak tisu dengan sarung warna hitam motif polkadot di atasnya. Sementara, ingared lamp table putih diletakkan di atas meja lipat kayu portable di samping kiri sofa.
Sliding door kaca minimalis dilengkapi dengan bingkai kayu tipis warna putih dua pintu sebagai akses keluar masuk koridor penghubung ke kamar mandi berada di sisi kiri ruangan.
Room separator dengan model yang sama dengan sliding door menjadi penanda batas ruang tengah dengan tempat tidur. Ranjang ukuran single dengan bed cover serta sarung bantal bernuansa floral berwarna tosca dan pink. Headboard model meja nakas untuk meletakan lamp table, beberapa buku dan laci container mini enam susun.
Karpet dengan motif geometri warna abu-abu berukuran tidak terlalu besar di bawah ranjang. Overbed table warna putih di samping kiri ranjang dengan sebuah buku dalam posisi terbuka tergeletak di atas sana. Di depan ranjang terdapat meja nakas putih dilengkapi tiga laci, di atasnya gantungan kunci lucu dipasang di dinding. Keranjang baju kotor dari anyaman rotan.
Di samping kanan ranjang gadis itu terdapat satu set meja dilengkapi dua laci warna hijau pastel dan kursi belajar dari kayu dengan seperangkat alat komputer. Dua storage box bahan karton berbeda ukuran motif warna hijau diletakkan di bawah meja belajar. Wallpaper dengan motif garis-garis lembut vertikal dan horizontal membentuk kotak-kotak warna khaki sepanjang dinding di belakang ranjang sampai meja belajar.
Meja lemari kayu warna coklat berukuran kecil dengan satu laci dan satu drawers untuk meletakkan buku-buku. Di sebelahnya dua storage bag box organizer dengan motif berbeda.
Hiasan di tempat tidur Lova tidak banyak. Tiga kaleng shabby diletakkan di atas floating shelves putih. Sementara satu boneka beruang coklat kecil dan dua buah guci keramik berbeda ukuran diletakkan di atas floating shelves coklat. Tropical wall tapestry dipasang di belakang atas headboard ranjang. Satu pigura ukuran kecil warna putih dipasang pada dinding di dekat kepala ranjang.
Room separator kain brokat arch tirai menjadi penanda batas antara tempat tidur dengan lorong penghubung ke kamar mandi dan balkon kamar yang langsung mengarah ke area luar rumah. Sepanjang lorong terdapat jendela balkon dan jendela sanitasi dengan gorden berwarna biru. Meja nakas besar diletakkan di bawah jendela kamar dengan tanaman hias indoor dalam pot kecil di atasnya.
Axel kira ketika masuk dia akan langsung disambut dengan segala hal yang berbau warna pink khas warna perempuan di setiap sudut kamar Lova. Ternyata gadis itu mengusung konsep kamar bohemian chic. Axel manggut-manggut. Simple, nyaman dan ... tenang?
Setelah puas mengamati kamar Lova, Axel menghampiri gadis yang masih bergelung dengan nyaman di bawah selimut itu. Senyumnya terbit ketika melihat raut wajah tenang dan polos Lova. Axel langsung merogoh saku kanan depan celana jeans mengambil ponselnya dan mengarahkan fokus kamera pada wajah gadis yang hanya terlihat dari hidung sampai ke atas kepala itu.
Ckrek!
Ckrek!
Ckrek!
Axel langsung saja menjauhkan ponselnya dari wajah Lova setelah berhasil mengambil foto gadis itu tiga kali dengan berbagai angel. Terkikik kecil ketika kembali melihat-lihat hasil jepretan dari kamera ponsel mahalnya itu. She's so cute! Axel sedikit tersentak dengan kening yang mengerut dalam. What's wrong with you, Axel? Axel melirik ke arah Lova lagi. Senyum lembutnya tanpa sadar terbit.
Kening Lova mengerut samar ketika indera pendengarannya merasa terusik dengan suara berisik di sekitarnya. Lova menggeliat kecil.
Axel memasukan kembali ponsel ke dalam saku depan celananya sebelah kanan ketika melihat pergerakan kecil dari tubuh Lova. Terdiam memperhatikan pacarnya yang mungkin sebentar lagi akan bangun itu.
Lova pelan-pelan membuka kedua kelopak matanya. Ini lagi mimpi, ya? Lova mengerjap-ngerjapkan matanya lucu ketika wajah Axel yang menjadi pemandangan yang dia lihat pertama kali. Wajah laki-laki itu ... sangat dekat dengan bare facenya. Lova menelan salivanya kasar.
Axel terkekeh pelan. "Hallo sleeping not beauty."
Tbc.