"Makasih, Mang …" Sakhi tersenyum tulus pada pria akhir tiga puluh tahunan yang dia panggil dengan sebutan Mang tadi sambil menari piring berisi batagor kedepannya.
"Sama-sama, Neng."
Sakhi mengangguk sebagai respon kata pamit yang diucapkan si Mamang. Pandangannya beralih pada Axel yang sedang menatap ke arah lapangan basket outdoor yang terlihat dari dinding kaca kantin. Sakhi tersenyum kecil, lalu memasukkan satu sendok penuh batagor ke dalam mulutnya hingga membuat kedua pipinya menggembung.
Sakhi akan memberikan Axel waktu sejenak untuk menikmati setiap pemandangan yang menjadi objek perhatian kakak gantengnya itu. Mana tahu 'kan? Ada kenangan di baliknya. Sakhi tidak ingin mengganggu acara nostalgia Axel.