Langkah Lova terhenti di ambang pintu rumah Sakhi dan Pio ketika melihat sepasang kakak beradik itu sedang duduk dengan sang kakak yang sedang merangkul bahu sang adik. Pandangan keduanya terlihat kosong dan hampa.
Sakhi dan Pio hanya terdiam. Menatap pada tubuh sang ibu yang sudah terbujur kaku dalam balutan kain kafan yang ditutupi jarik coklat. Lova langsung membekap mulut dengan kedua tangannya agar suara isak tangisnya tidak terdengar di tengah-tengah lantunan surat Yasin yang sedang dibaca oleh beberapa orang yang datang melayat.
Lova melengos dengan gerakan cepat sambil menghapus air matanya yang sudah mengalir di kedua pipi. Menghembuskan nafasnya beberapa kali mencoba untuk mengontrol emosinya. Lova kembali berpaling ke depan. Dengan langkah hati-hati menghampiri Sakhi dan Pio.