Aldric baru saja mengobati luka di sudut bibir Adrianna, dan mengoles bagian wajahnya yang sebagian terlihat lebam. "Kau terlihat seperti korban KDRT." Goda Aldric dan itu membuat Adrianna tersenyum. "Setidaknya aku bisa mengukur kemampuan ayahku, pukulannya tidak sekuat yang ku bayangkan." Canda Adrianna. "Kupikir rahangku akan patah, ternyata tidak."
Aldric menatap gadis itu, "Mengapa kau melakukannya?" Tanya Aldric. "Harusnya kau biarkan aku yang terkena pukulan, setidaknya rahangku lebih kokoh dari pada rahangku, dan reflekku jelas lebih baik dari reflekmu."
Adrianna menghela nafas dalam, "Itu datang begitu saja dari dalam diriku." Jawabnya lirih, suasana sempat hening sesaat. "Awalnya aku merasa bimbang dengan apa yang kulakukan." Imbuhnya.
"Bimbang, soal apa?" Alis Aldric tertekuk, wajah mereka bersitatap karena tubuh mereka duduk bersila di atas sofa dan saling berhadapan.