Esoknya paginya, kami berdua berangkat ke bandara. Untungnya, semua barang-barangku telah dipersiapkan Mia semalaman. Namun, sayangnya, Mia tidak dapat ikut dengan kami berdua. Sebab kata Bara, Mia harus mengurus rumahnya. Padahal, aku berharap besar Mia dapat ikut bersama kami berdua. Akan tetapi, aku juga tidak dapat memaksa Bara jika itu adalah perintahnya.
Kami berdua tiba di bandara, lebih tepatnya, di lapangan bandara. Aku tidak tahu, kenapa kami harus memasuki lapangan bandara. Padahal, itu tidak boleh dilakukan, kecuali orang kaya dapat melakukan itu. Bodoh, kamu Pita. Bara itu orang kaya. Wajar dia bisa memasuki lapangan terbang. Masalahnya, Bara tidak berniat untuk mengatakan apa pun kepadaku sampai mobil kami berhenti. Pada saat itu, aku tercengang ketika keluar dari dalam mobil.