"Kamu... bakal dateng kan?"
"Memangnya apa fungsinya kalo aku dateng ke pernikahan kamu? Bukannya semestinya kamu harus takut bakal di hancurin acaranya?"
Pertanyaan seperti itu dapat membuat Dinata Ayu Mahapraja terdiam seribu bahasa. Gadis itu sepertinya salah mengajukan pertanyaan. Sedang Khalif di ujung sana hanya dapat menahan getaran di bibir untuk tidak kembali senyum malam hari ini. Khalif tidak ingin di cap sebagai orang gila hanya karena sebuah telepon.
"Kamu nggak bakalan pernah ngelakuin hal itu ke aku—"
"Kata siapa?" potong Khalif cepat. Secepat kilat yang menyambar pohon kelapa di saat sedang musim hujan. Nata berusaha tenang. Memikirkan jawaban yang pastinya selalu menggambarkan sifat Khalif. "Karena aku percaya, Khalif nggak akan pernah bersikap buruk sama Dinata."