Chereads / RARI / Chapter 4 - Rumah

Chapter 4 - Rumah

Sejak kejadian kejadian aneh yang menimpaku, aku akhirnya pulang ke rumah bersama nenek dan kakek. Jarak rumah kami cukup jauh dengn perjalanan 2 jam. Saat itu kami menaiki bus-bus kecil, bergonta -ganti bus agar sampai di rumah.

di perjalanan nenek ku bilang.

"sudah.. ,jangan takut.., kita pulang kerumah.."

Nenek ku mengelus rambutku. Di perjalanan yang panjang aku lebih banyak tertidur di pangkuan nenek ku. Setelah itu aku sudah lupa apa yang terjadi, aku hanya ingat aku masuk kelas 1SD di desaku.

Aku tumbuh menjadi anak yang sangat nakal dan sangat aktif, tapi sayangnya aku tidak pintar. Tentu saja karena tidak ada yang mengajariku belajar di rumah. Aku anak yang sangat terkenal di 1 sekolahan, tentu saja terkenal sebagai anak yang nakal. Aku sangat suka berlarian di kelas, koridor, dan lapangan sambil membawa kayu. Kadang aku menjahili murid lainnya, mulai dari mengangkat rok murid perempuan sampai pukul-pukulan dengan murid laki-laki.

Jika aku kelewatan biasanya pihak sekolah akan memanggil kakek ku kesekolah. Tapi seringkali perbuatan ku di biarkan saja karena kakek ku kepala desa pada saat itu dan nenenk ku sangat terkenal (galak dan selalu menganggap dirinya benar sama seperti ibuku), rata-rata orang desa takut beradu mulut dengan nenek ku, jadi mereka lebih memilih tak mengurusiku.

Sejujurnya aku sudah lupa dengan semua teman teman SD ku pada masa itu, karena aku sering sekali pindah pindah sekolah. Jadi teman ku sebenarnya sangat sedikit. Kadang aku bermain sendirian di samping sekolah, aku mencari belalang di lapangan samping sekolah dan nanti ku bawa pulang untuk kujadikan mainan.

ngomong-ngomong dulu lapangan samping sekolah ku adalah tempatku melarikan diri dari ibuku. Aku pernah berlari dengan hanya memakai dalaman saja , kelapangan itu. Saat itu mungkin usiaku antara 3-4 tahun, ibuku mengejarku sambil membawa gantungan. Dengan kecepatan kaki kecilku , ibuku akhirnya menangkapku dan membawaku pulang kerumah. Ibu sangat Marah dan memukuliku dengan gantungan baju berkali-kali lipat lebih kencang dari biasanya. Tangisan dan teriakan ku sangat kencang, aku masih sangat ingat, berkali kali mengatakan ampun tapi ibu tetap menghajar ku. Seolah olah ibu tengah melampiaskan kekesalannya pada ayah kepadaku.

pada saat aku di hajar oleh ibuku ayah ku sedang bekerja ataupun pergi, dan kakak ku saat itu sudah SMP. biasanya hanya aku dan ibu yang di rumah, beberapa kali saat ibu sedang kesal aku lah pelampiasannya. Aku yang saat itu polos hanya terdiam dan tak bisa melawan. Sejak kecil rasanya aku ingin cepat -cepat dewasa dan meninggal kan ibuku. Aku tak pernah menganggap rumah yang ku tinggali dengan ibuku adalah RUMAH yang sebenarnya.

Harusnya rumah adalah tempat kita terlindungi, aman dan nyaman. Tapi orangtuaku tak bisa memberikan hal itu padaku.

apa aku termasuk anak yang egois? anak yang seenaknya?, aku hanya haus kasih sayang dan perhatian orangtua.

Memiliki rumah tapi tak nyaman di tinggali.

memiliki rumah tapi tak ada kebahagiaan.

Memikiki ruhmah tapi di selimuti warna suram.

Aku butuh rumah yang benar benar bisa menjadi rumahku, keluargaku dan orang tersayangku.

Aku tinggal di rumah nenek tak begitu lama, karena aku di masukan ke dalam sekolah asrama di kampung sebelah. Kali ini aku tidak mengalami kejadian aneh ataupun sakit-sakitan hanya saja aku tidak suka tinggal di sekolah asrama. Aku merindukan nenek ku, aku ingin pulang dan sekolah di desaku saja.

Pernah beberapa kali aku kabir dari asrama dan pulang lewat jalan tengah sawah, nenek ku terkejut jika melihat ku pulang dan aku selalu ditanya .

" kamu pulang sama siapa? lewat mana?"

nenek ku memeluk ku dan terlihat khawatir.

"sendiri.. aku lewat sawah.."

Aku hanya tersenyum lalu masuk rumah.

Nenek ku makin khawatir, tentu saja karena jarak antara asrama dan rumah nenek ku sekitar 2-3km, tentu saja itu adalah jarak yang cukup jauh untuk anak seusiaku saat itu, apa lagi aku hanya sendiria.

Tapi aku tak merasa lelah ataupun kesal, karena akhirnya aku sampai di rumah.