Santi beranjak dari tempat duduknya, ia berdiri di depan jendela kamar dan menetap ke luar. Tangannya mengepal erat dan gemetar, aku nggak ngerti apa yang lagi dia pikirin sekarang.
Aku mendekat ke arahnya lalu menyentuh pundaknya, Santi tertunduk. Ia pun berbalik lalu menatapku dalam dengan mata yang merah.
"Dengan masa laluku yang buruk, aku nggak pantes buat mas Saipul" ucap Santi dengan lirih dan bergetar.
Aku terdiam menatapnya dalam, sungguh berat apa yang dirasakan oleh Santi. Tapi apapun masa lalunya, setiap orang berhak untuk mendapatkan kebahagiaan dan hidup yang lebih baik.
"Mbak, masa lalumu hanya untuk jadi sebuah kenangan dan pelajaran. Dan kau harus mempersiapkan diri untuk masa depan, jika memang mas Saiful menerima dengan semua kondisi dan masa lalumu, aku yakin kalian akan hidup bahagia. Bukankah dia juga sudah mengetahui apa dan bagaimana masa lalumu? Jika dia sudah menerimanya, apalagi yang kau ragukan?"