Sesampainya di rumah aku terlebih dulu membasuh muka, menghela nafas berkali-kali supaya aku tenang. sekarang sudah hampir tengah malam, mungkin sebentar lagi bu Sinta akan pulang. Aku melangkah dengan pelan menuju ke kamar, tanganku masih saja terima dengan teteh Neneng itu. Semoga setelah ini dia bisa menjalani kehidupan di alam sana dengan tenang, mendapatkan tempat yang terindah, dan tidak akan lagi merasakan sakit. Kasihan sekali, wanita secantik itu harus mati dengan cara yang tragis dan juga menyakitkan. mirisnya lagi, tidak ada satupun orang yang menolongnya. Ia tidak hanya mendapatkan tekanan dari suaminya, bahkan keluarganya pun tidak pernah peduli dengan nasibnya.
Tidak lama kemudian aku mendengar suara sepeda motor Pak Burhan dan Bu Sinta, tapi aku tidak turun kebawah karena ini sudah di luar jam kerja. Mungkin mereka berpikir kalau aku sudah tidur, jadi aku tetap berdiam diri di kamar ketika mereka pulang.