Aku masih terdiam sambil melihat kearah jendela, sore itu perjalanannya sangat macet. Entah mau jam berapa kami sampai ke tempat tujuan. Beberapa saat kami terdiam sopir itu juga fokus dengan setirnya.
"Sudah Sus, Kalau kau ingin menangis menangis saja aku akan pura-pura tidak melihat" ucap si sopir membuka pembicaraan.
"Maaf Pak" ucapku lalu menoleh ke arahnya.
"Tidak apa-apa apa, aku paham perasaanmu. Apalagi jika baru saja masuk ke tempat kerja baru, bukan hanya satu dua suster saja yang sudah pernah saya jemput dan mereka rata-rata juga sedih ketika mau berangkat kerja"
Aku menatapnya. Bukan 1 atau 2? Berarti dia juga sudah sering menjemput suster baru kan? Apa bos yang ini juga sering sekali gonta-ganti suster.
"Oh ya jangan panggil aku pak, apakah aku setua itu. Kau bisa memanggilku Tino"