( Bantu aku, lalu aku akan membantumu )
.
.
.
"Apakah Tuan yakin ingin mengasingkan diri?" Ucap Devan si tangan kanan Densang dari ayahnya, bisa dipastikan ini keinginan ayahnya sendiri karena ia tahu kalo putranya kini malah mencintai seorang laki-laki yang menjadi tangan kanan.. ah itu sudah lalu..
Devan Jhonatan adalah adik dari seseorang yang Densang cintai yang tak lain si Dreynan Jhonatan, heol percuma saja di ganti? Bukankah Densang masih bisa menanyakan informasi tentang orang yang ia cintai bukan? Apa ini ada halnya dengan sang adik?
Oh astaga, tolong ketuk kepala Densang sekarang! Dia melupakan suatu hal bahwa adiknya akan di persatukan oleh orang yang ia cintai..
.
.
.
Huh, memang sudah harus di akhiri..
.
.
.
.
.
"Bukannya aku sudah asing? Aku hanya ingin menemui adikku, berdiam disana beberapa tahun lalu kembali menjadi Densang yang lain" Jelas Densang, ia melirik sekitaran tuk memastikan tidak ada orang lain yang menguping pembicaraan nya dengan Devan di gudang Fakultas yang sudah tak terpakai..
.
.
.
.
Mata-mata bisa melakukan apapun tuk mendapatkan sedikit informasi, bukan? Menguping contohnya..
.
.
.
.
.
.
.
"Tuan, apakah kau ingin mengakhirinya?" Tanya Devan, oh jelas dia sudah tau mengenai kakak dan Tuannya ini. Yang ia pikirkan sekarang adalah menjalankan tugas dari Tuan bersarnya dan menjanga putra dari Tuan besarnya.
Manik yang tadinya mengisyaratkan ketegasan kini seketika bergetar, dengan seulas senyuman getir menghiasi wajah tampan milik Densang.
"Kejadian 3 hari yang lalu, kau pikir saat itu kita sedang bercanda?" Sergah Densang dan berlalu dari hadapan Devan dengan langkah kaki yang bisa dibilang cepat
Devan yang melihat Tuannya menjauh darinya kini terkejut, karena terlalu terkejut Devan langsung mengejar Densang, karena merasakan ada keganjalan di sekitar kampus ini..
.
.
.
Oh shit didepan sana ada mobil milik bodyguard Delson! Musuh terbesar Tuannya..
.
.
.
Kini Densang yang tengah berjalan tergesa-gesa menuju gerbang kampus dan hendak menyebrang tak menghiraukan panggilan dari Devan dengan mata yang seketika berkaca-kaca, pandangannya kabur sampai ia tak menyadari ada beberapa kendaraan umum yang siap menerjang tubuhnya.
.
.
.
.
.
SRETT~
.
.
.
.
.
Densang memejamkan matanya karena terkejut, dirinya tertarik lalu tersungkur di pinggir jalan dengan meringis pelan merasakan kakinya yang sedikit perih karena tergores, sungguh tak ada niatan darinya untuk bunuh diri
"M-maaf, gw terlalu kuat narik tangan lo tadi" suara tenang dan lembut yang sedikit bergetar karena ikut terkejut kini masuk ke indra pendengaran Densang, jangan lupakan tangan dingin seorang itu yang tengah menggenggam pergelangan tangan Densang dengan berhati-hati
Densang lantas membuka matanya, dan mendudukkan dirinya lalu tersenyum kepada seorang yang menariknya tadi. Densang kini melepas pelan genggaman orang itu dengan perlahan..
"E-em kenalin Han Jeera" ucap seseorang itu yang tak lain adalah gadis manis yang kini dengan polosnya mengulurkan tangannya pada Densang
Bukannya membalas uluran tangan itu kini Densang malah sibuk mencari alat tulis lalu menuliskan secarik kata tanpa memperdulikan keadaannya, dengan cekatan Densang merobek kertas itu hendak memberikannya kepada Han Jeera
"Daen-" bibir Densang hendak menggumamkan sebuah kata namun teriakan dari Devan mengejutkannya. Dengan gerakan tanpa sepengetahuan, Densang menggenggam tangan Han Jeera dengan menelusup kan sobekan kertas tadi..
"T-tuan" ucap Devan dengan raut akan kekhawatiran
Han Jeera yang melihat itu hanya tersenyum tipis, lalu segera berdiri dengan tangan yang sedikit menggenggam, lalu berucap..
"Bawa pulang tuanmu itu, sepertinya kaki tuanmu lecet karena tergores aspal" ucap Jeera dengan tenang dan berlalu dari hadapan kedua pria yang tak dikenalinya.
.
.
Setelah kepergiannya Han Jeera, kini Devan merubah rautan kekhawatiran di wajahnya menjadi tatapan sengit..
"Tuan, kau gila? Kau sudah gila karena berbicara di depan orang yang tidak kau kenali?"
Devan kini bertanya seperti orang yang sedang ingin memarahi adiknya, benar Densang sudah ia anggap sebagai saudaranya sendiri..
"Diamlah, cepat bawa aku pulang. Sebelum orang-orangmu melihatku seperti ini"
Setelah mendengar itu, Devan mengangkat tubuh Densang ke mobil miliknya.
.
.
.
.
(Tunggu ada yang terlupakan, Densang tadinya ingin menangis bukan?:v)