Kini Densang berada di apartemen miliknya dengan Devan, mereka berdua kini sama-sama bertatapan sengit.
Devan masih saja menatap sang Tuan dengan tatapan tajam dengan tangan yang masih sibuk mengobati luka goresan di kaki Tuannya.
Sedangkan Densang sendiri ia menatap Devan dengan tatapan tajam karena menahan sakit dan rencananya juga gagal untuk hari ini. Kuasa ingin bersenang-senang dulu lalu bertemu dengan cintanya malam nanti. Pupus sudah..
"Apa yang Tuan lakukan dengan gadis tadi?" Tanya Devan setelah selesai mengobati luka di kaki Densang
"Tidak ada" Jawab Densang santai
"Tuan tidak berbohong kan?" Tanya Devan lagi
"Ck, aku memberikannya alamat rumah kakek tempat adikku tinggal"
Devan yang mendengar itu lantas terkejut, bisa-bisanya...
"Tenanglah, dia bukan orang-orang ayah maupun Delson. Dia hanya sedang mencari bantuan." Jelas Densang dengan sedikit merebahkan dirinya di atas sofa yang lebar
"Terserah Tuan saja"
Kini Devan melangkahkan kakinya menuju pintu utama "Tuan diamlah disini, aku akan mengurus keberangkatan Tuan" Ucap Devan yang sebenarnya sudah berada di ambang pintu sedikit menyembulkan kepalanya lalu setelah berucap ia menutup pintunya..
.
.
.
.
Kini Densang bimbang, dia belum menjelaskan apapun mengenai semuanya kepada Dreynan. Oh ayolah kenapa waktunya serasa sedikit?
Densang kini menatap layar handphone miliknya dengan tatapan mata yang bergetar, dengan mengetikkan sebuah kata kepada Dreynan bahwa ia ingin bertemu besok..
"Besok! Aku pasti bisa melewati ini..."