Selamat membaca :)
°•°•°
"Selamat, Nadea." Kezia memeluk anaknya begitu mendengar penjelasan Nadea. "Selamat calon Mama muda," tambahnya lagi terkekeh. Kezia tidak bisa menahan desakan air yang akan keluar dari sepasang mata.
Dengan mendengar kabar baik dan posisi berpelukan erat seperti ini, Kezia teringat akan sosok yang sudah lama menantikan momen ini. Namun siapa yang akan menyangka jika kematian telah merenggut Debora. Semua sudah mengalir sesuai garis takdir. Tidak ada yang bisa melarikan diri ataupun menghindari.
"Makasih, Ma." Dea pun melepas diri. "Ma, Mama mau nemenin Dea ziarah ke makam Mami, nggak? Dea mau ke sana." Wanita yang tengah hamil itu memerhatikan mata Kezia, bibirnya lantas melengkung. Dea mengira jika tangis Kezia saat ini adalah karena kehamilannya. Bukan seperti yang Kezia rasakan, teringat akan Debora.
"Ya, Nadea. Mama siap-siap, ya. Kamu tunggu Mama sebentar."
"Iya, Ma."