Download Chereads APP
Chereads App StoreGoogle Play
Chereads

I Meet The King Of Werewolf

Yuni_Panduwinata
--
chs / week
--
NOT RATINGS
3k
Views
Synopsis
Kalian percaya dimensi lain? Dimana makhluk lain yg menyerupai manusia berada, tinggal dan hidup disana? Pernahkah kalian berfantasi tentang dimensi lain itu? Kisah romansa bersama pria dari dimensi lain? Pangeran? Atau Raja? Pria berkuasa, kaya dan mempesona?
VIEW MORE

Chapter 1 - 1.1 Ata Abigail

Aku percaya di dunia ini ada banyak hal yang menjadi rahasia namun benar adanya. Misteri yang tak terpecahkan dan berakhir sebagai ilusi.

...

Namaku Ata Abigail, panggil saja Ata, umurku tepat 19 tahun pada 25 Juni nanti. Gadis ceria, bertubuh mungil dengan kulit putih serta wajah yang terbilang cukup cantik. Mata coklat yang selalu penuh pesona bahagia, hidung bangir dan bibir tipis, rambut lurus hitam panjang dengan poni menutupi kening. Dengan karakter sedikit kekanak-kanakan tapi dengan pola pikir yang bisa disebut dewasa.

Aku suka traveling dan menghabiskan waktu dengan membaca atau menulis, entah sebuah sajak, novel atau hanya coretan tinta tentang apa yang aku rasakan.

Orang tuaku sudah tiada sejak aku berumur 7 tahun, dan selama ini aku hidup bersama keluarga Paman Leo, teman Mama Papa yang memberikanku keluarga, pendidikan dan kasih sayang.

Yah... aku cukup bahagia dan tidak pernah merasa kekurangan, mereka sangat baik dan penuh perhatian. Paman Leo, Bibi Mei dan Kakak laki-laki yang merupakan putra tunggal mereka bernama Damond. Dia lebih tua 5 tahun dariku dan dia adalah seorang Kakak yang sangat baik, penuh cinta dan cukup tegas sebagai seorang Kakak.

Baiklah, cukup tentang keluarga ku. Hari ini aku akan terbang menuju kota Gradies untuk melanjutkan studiku. Tentu saja dengan perjuangan yang cukup sulit untuk merayu mereka agar mengizinkan ku melanjutkan studi di kota ini, terlebih lagi Paman Leo yang tidak akan pernah menganggapku cukup dewasa untuk hidup mandiri. Tapi akhirnya mereka merelakan ku pergi dengan syarat Kakak akan mengunjungi ku sekali setiap bulan dan..., aku harus sering-sering menghubungi mereka pastinya.

Tentu saja aku pergi dengan persiapan, mulai dari studi sampai ke tempat tinggal sudah ku siapkan melalui daring.

Sesampainya di Villa.

"Permisi... ,"

Sapaku didepan gerbang sebuah Villa tua yang akan menjadi tempat tinggalku selama berada disini.

Tapi tak ada balasan,

"Hallo... , permisi... , ada orang tidak?".

Masih tak ada balasan,

~Haish... , Padahal sudah capek banget, pengen langsung ambruk ke kasur.~

Krek...

Suara gerbang terbuka membangunkan ku dari lamunan lelah, disusul dengan sapaan seorang pria paruh baya yang rambutnya terlihat sudah mulai memutih sebagian.

"Ehh, non Ata ya? Sudah dari tadi ya non? Maaf ya non, tadi saya sedang beres-beres jadi tidak mendengar panggilan non Ata?"

Ia memberikan penjelasan sekaligus permohonan maaf.

"Oh iya pak, tidak apa-apa."

Jawabku sambil tersenyum menyapa kepadanya.

"Mari non, masuk dulu. Saya bantu dengan kopernya."

Dia mengulurkan tangan menggapai koper disampingku, kemudian menyeretnya melewati gerbang, aku pun menyusul dibelakangnya.

"Uwahh", gumamku tak sadar. Takjub dengan arsitektur bangunan didepanku. Sungguh indah dan menyatu dengan alam. Tidak seperti gerbangnya yang tampak lusuh dan monoton, bangunan didalamnya sangat unik dan minimalis. Jauh lebih baik dari gambar yang ada di internet.

"Menakjubkan ya non, sayang sekali Villa yang sangat indah seperti ini malah tidak ada yang menempati."

Sahut pria itu dengan nada yang terdengar sedikit kecewa tapi ntah apa sebabnya.

"Loh, memang selama ini tidak ada yang menempati pak?"

Tanyaku penasaran.

"Tidak non, sudah lama sekali ditinggalkan pemiliknya."

"Loh, pemiliknya bukan bapak?"

Tanyaku semakin penasaran.

"Bukan non, saya hanya kepala pelayan yang diberi amanah untuk menjaga dan merawat villa ini. Oh iya non Ata, bisa memanggil saya Paman Sam. Rasanya tidak nyaman dari tadi non Ata selalu pakai Pak untuk bicara dengan saya."

Jelasnya.

"Oh iya pak, ehh Paman Sam, hehehe"

Dia hanya tersenyum dan terus berjalan dengan menyeret koperku ditangannya.

Sampainya didepan pintu villa, "Silahkan non, sandinya 2506."

Aku sempat bingung ketika Paman Sam mengatakan sandinya, dan ternyata villa kecil ditempat seperti ini sudah menggunakan teknologi maju untuk keamanannya. Padahal jika dilihat-lihat walau sangat indah tetaplah bangunan lama dan berada jauh dari perkotaan. Ya, Villa ini memang berada dipinggiran kota, walau agak jauh dari lokasi universitasku tapi cukup murah dan itulah poin pentingnya. Dan sandinya... .

~Ahh, sudahlah mungkin hanya kebetulan.~

"Non", tegur Paman Sam melihat Aku yang masih diam tak merespon.

"Ehh iya", sahutku.

"Kalau non Ata ingin mengganti sandinya,"

"Eh tidak, tidak perlu Paman", jawabku cepat.

"Baiklah, kopernya saya letakkan disini. Non Ata bisa langsung masuk dan silahkan istirahat. Selamat menikmati liburannya non."

"Iya, terimakasih Paman"

Aku tersenyum sambil membungkuk kepadanya.

"Saya permisi non, jangan sampai lupa dengan sandinya, 2506." Tegasnya sekali lagi sambil tersenyum dan melangkah pergi meninggalkanku.

"2506." Gumamku sambil lalu.

Aku menyeret masuk koperku ke dalam, dan memang sangat menarik, ruangannya yang sangat simpel tapi unik.

Aku langsung menuju kamar dan ambruk ke ranjang, tak peduli pakaian dan barang yang masih berantakan. Lelah sekali, tak lama berbaring sudah langsung terbang ke alam mimpi.