Aku tetap tenang menahan amarahku dengannya. Mereka bertiga menaiki sebuah mobil.
Aku cuma mampu berdoa, semoga anakku Alisa mampu bertahan dengan keadaan ini.
Ku langkahkan kaki menuju pembuangan sampah, setiap hari aku memang selalu kesini untuk mencari botol dan barang berharga.
Alisa terbangun dan ia pun langsung mengambil botol kosong memasukkannya ke dalam karung.
" Sayang, nanti kamu capek nak. kamu duduk saja dalam gerobak ini?"
" Tidak ibu, Alisa ingin bantu ibu. Ibu kasian sudah mendorong Alisa sampai sejauh ini."
" Ibu nggak capek nak, ibu bisa sendiri."
Alisa kembali memelukku, aku tahu bahwa dia ingin membantuku.
Aku pun mengijinkannya, ia merasa bahagia dengan keputusanku.
*****
Setelah pulang dari mulung, aku kembali mendorong gerobakku menuju rumah sederhana yang ku miliki. Aku bikin dari seng bekas dan kardus, muat berdua bersama Alisa. Aku tidak punya apa-apa.
Di dalam rumah sederhana ini, aku mengajarkan Alisa mengaji, mengajarkannya sholat dan membaca.
Setelah selesai, aku mengajak Alisa untuk mandi di mesjid. Karna jarak rumah ku dengan mesjid hanya terpaut 50m saja.
Lingkunganku memang kumuh, tapi hatiku tak pernah kumuh. Walau cacian selalu ku dengar dari ibu-ibu. Bahwa Alisa anak haram, aku seorang pelacur. Tapi aku tetap diam, ku hanya mampu berdoa.
Ku mengajak Alisa pergi ke mesjid untuk mandi dan mencuci pakaian serta sholat.
Aku sudah ijin dengan pembina mesjid disini, ia mengijinkanku dan memberikanku keringanan untuk membayar air yang aku pakai.
Ketika aku keluar dari mesjid, aku terkejut melihat anak kecil yang jatuh. Aku pun langsung berlari untuk membantunya.
" Nak, kamu tidak papa?"
" Nggak papa bibi, terimakasih sudah membantuku."
" Iya sayang, sama-sama. Orangtuamu mana?"
" Ayah-bunda," anak kecil itu berlari dan mengajakku kesana.
Aku kaget, bahwa anak ini adalah anak suamiku.
" Maaf saya permisi dulu, ayo sayang!"
Aku pun langsung membawa Alisa untuk pergi dihadapannya.
" Terimakasih bibi," teriak anak itu.
.
.
.
Tinggalkan jejak kalian ya, like, vote and komen. Terimakasih😉