LCD 87
Naya membuka matanya perlahan. Matanya terasa berat, seperti ada biji jengkol melekat di kelopak matanya.
"Kamu sudah bangun?" kata Putra yang menunggu di sampingnya.
"Kenapa aku ada disini? Hah, papa dimana? Aku mau bertemu papa." Naya bangun dengan terburu-buru.
"Tenangkan dulu dirimu. Kamu tidak boleh seperti ini. Sadarlah, ini semua sudah menjadi ketentuan takdir yang harus kamu terima. Terimalah dengan berbesar hati. Jangan membuat papamu sedih karena melihatmu seperti ini. Kamu harus kuat."
"Iya, aku tau." Kata Naya datar. "Keluarlah dulu, aku mau ganti baju." Naya berjalan menuju lemari pakaiannya.
"Ok, aku tunggu di luar."
"Hmm."
Naya keluar dari kamarnya, Putra menunggunya di depan pintu, mendampingi Naya turun untuk berkumpul dengan saudara yang sudah datang untuk membantu proses pemakaman papanya.