Abi menjatuhkan dirinya di sofa. Tangannya memijat kepalanya sendiri. Hafa yang mengekorinya di belakang ikut duduk di kursi tidak jauh dari Abi.
"Kenapa?"
"Tidak apa-apa."
"Masalah kantor atau Ketua?"
"Bukan semua."
"Lalu? Apakah karena pemandangan tadi pagi?" Hafa melirik Abi sambil tersenyum.
"Jangan sok tau."
"Hmm, berarti benar. Jika kamu tidak nyaman melihat kedekatan Putra dengan Naya, Kenapa kamu tidak bertindak? Kenapa kamu membiarkan Naya semakin dekat dengan Putra dan malah membuat Naya semakin jauh darimu? Sudah lebih baik kamu bilang saja kepada Naya jika kamu ini adalah Abi, pria yang ia sukai sejak masa SMA."
"Hafa keadaaan saat ini cukup rumit. Aku tidak mau bertindak ceroboh dan malah mengacaukan segalanya."
"Apalagi masalahnya? apa tentang Ketua? tentang permusuhan perusahaan kalian atau kamu yang sedang mengalah untuk persahabatan mu dengan Putra?"
"Hafa, ini tidak sesederhana yang kamu pikir."