"Lapor yang mulia, penyihir Athanasius datang berkunjung," Ujar kesatria bersurai ungu, yang tak lain adalah Achilles. Kesatria yang selalu mengikuti raja Morisco kemanapun perginya. Saat ini keduanya tengah berada di dalam kamar milik Raja Morisco.
Raja Morisco yang tengah berdiri memunggungi Achilles dengan memandang keluar cendela membalikkan tubuhnya menghadap lawan bicaranya,"Jika begitu sambutlah Athanasius dengan sebaik mungkin, aku akan menemuinya,"
"Baik yang mulia, hamba permisi," Kesatria yang paling dipercaya oleh Raja Morisco itu sedikit membungkukkan tubuhnya lalu pergi meninggalkan rajanya.
Ketika menjelang malam di ruang makan yang begitu luas dan beberapa lampu gantung yang indah menyinari ruang makan itu, didalamnya terdapat sebuah meja panjang yang setidaknya mampu mengisi dua puluh orang banyaknya. Dan disana telah terhidang berbagai macam kue diatas meja, dan Seorang pemuda dengan surai seputih salju, tubuhnya dibalut oleh jubah sebiru es duduk disalah satu kursi menunggu kedatangan seseorang.
Pemuda berusia tujuh belas tahun itu adalah penyihir Athanasius, yang memiliki hubungan baik dengan raja Morisco.
"Lama tak berjumpa, Athanasius si penyihir Es," Terlihat Raja Morisco yang mengenakan pakaian formal dan mahkota Emas di kepalanya berjalan masuk dari balik pintu yang menjulang tinggi dengan diikuti kesatria Achilles dibelakangnya.
Penyihir Athanasius yang sudah menanti-nantikan kedatangan raja Morisco menolehkan wajahnya ke asal suara dan bersamaan dengan itu ia tersenyum tipis mendapati raja Morisco datang menghampirinya. Lalu, Athanasius berdiri dengan sedikit membungkukkan tubuhnya ia memberikan hormat.
"Sudah empat tahun penyihir ini tak bertemu dengan yang mulia. Kupikir yang mulia akan merindukan penyihir hebat ini, jadi tak ada salahnya juga bukan? Untuk mengobati kerinduan yang mulia," Godanya dengan terkekeh kecil spontan membuat Raja Morisco melemparkan tatapan tajam padanya dan Achilles yang mendengarnya hanya bisa menatap horror ke penyihir itu. Achilles tak pernah berfikir jika penyihir Athanasius akan begitu berani untuk menggoda rajanya, karena siapapun yang menggoda rajanya tak akan pernah berakhir dengan baik.
Raja Morisco menatap ke sekelilingnya. Lalu menolehkan wajahnya pada Achilles,"keluarlah, aku ingin bicara berdua saja dengannya. Dan jangan biarkan siapapun masuk kemari," Ucapnya dengan serius.
"Baik yang mulia," Achilles membungkuk hormat lalu berlalu meninggalkan mereka berdua.
Selang beberapa saat ruangan itu menjadi Hening dan canggung.
"Duduklah dan makan kau pasti lapar," Ucap raja Morisco memecahkan keheningan, dan Athanasius langsung duduk di kursinya kembali dan segera membalikkan piringnya lalu memindahkan beberapa kue ke piringnya.
"Kulihat rakyatmu semakin makmur saja, tapi sayang sekali keluarga kerajaan tak semakmur rakyatnya," Ujar Athanasius lalu memasukkan sesendok kuenya kedalam mulutnya. Saat ini ia tak lagi bersikap formal seperti sebelumnya.
Raja Morisco yang duduk berhadapan dengan Athanasius hanya diam tak menyahut.
"Terakhir kali aku datang kemari, semuanya terlihat makmur. Tapi, apa yang terjadi setelahnya? Aku tidak tau, sampai-sampai kau membunuh istrimu sendiri dan mengurung putrimu," Sambungnya dengan nada sedih, ia sedih karena kehilangan teman baiknya yaitu Deamor istri Raja Morisco. Entah apa yang membuat raja itu kehilangan akal dengan membunuh istrinya sendiri lalu mengurung putrinya yang jelas-jelas putri itu adalah putri yang paling dicintai oleh raja Morisco sendiri.
Nampak raja Morisco mengepalkan tangannya menahan emosi yang memuncak di dadanya kalau mengingat mendiam istrinya,tapi ia mencoba untuk menahannya agar tak marah,"Kau tau? Aku membenci orang yang licik. Dan itu adalah Deamor, dia melakukan perjanjian dengan penyihir Cyrus. Demi mendapatkan cintaku dia melakukan sebuah perjanjian dengan penyihir itu," ujarnya dengan nada dingin.
Sejenak Athanasius mulai mengingat-ingat akan penyihir Cyrus, tapi setelahnya wajahnya berubah menjadi menegang,"maksud mu penyihir Cyrus dari timur?" Terlihat Raja Morisco menganggauk pelan menanggapi pertanyaan Athanasius,"penyihir Cyrus adalah penyihir paling berbahaya, bahkan aku pun tak kan bisa mengalahkannya. Tapi, bukankah setiap perjanjian dengan penyihir Cyrus haruslah memiliki imbalan tersendiri dan itu pastilah bukan Uang ataupun emas, " Ujarnya dengan sedikit curiga.
"Kau benar, Deamor menjadikan putrinya sebagai Imbalan untuk Cyrus. Aku sungguh tak pernah mengira, demi mendapatkan Cintaku dia melakukan hal licik itu. Dan dengan egoisnya ia menukarkan putrinya untuk dijadikan imbalan," raja Morisco mengusap wajahnya lelah. Ia sedikit frustasi, mengingat kelicikan dan keegoisan istrinya yang selalu menghantui pikirannya itu.
Athanasius mengangguk mengerti, ia sedikit tak percaya akan hal itu dan juga tak menyangkanya,"lalu, mengapa kau mengurung putrimu? Apakah karena dosa Deamor?" Tanyanya sambil mengelap mulutnya menggunakan saputangan, karena ia telah menghabiskan makanannya.
"Tidak, itu bukanlah alasan sesungguhnya. Alasan sesungguhnya adalah agar orang-orang melupakan keberadaan putriku," Sejenak ia menghela napasnya lelah sebelum melanjutkan perkataannya,"aku, aku tak tau, apa saja yang dideritanya didalam penjara. Dia yang sekarang tak lagi sama seperti putriku setahun yang lalu, ia begitu penakut, setiap aku mendekatinya ia selalu menangis, dan ia selalu menatapku dengan penuh kebencian. Dan pagi tadi karena aku terbawa oleh emosiku aku tak sengaja mencekiknya, ia tak seperti dulu yang penakut, menangis bila aku berada di dekatnya, putriku.. Dia hanya menatapku dengan datar tanpa mengatakan sepatah katapun," Jelasnya sambil menatap kedua telapak tangannya yang bergetar, telapak tangan yang sempat ia gunakan untuk mencekik putrinya tanpa sengaja. Rasanya ia merasa bersalah, ia merasa menjadi seorang ayah tak benar.
"Aku tau kau hanya mencoba untuk menyembunyikannya, melindunginya, tapi kau juga yang membuatnya menderita. Kau hanya sekedar melindunginya tapi kau tak melindungi perasaannya. Kau tau?.. " Ucapnya dengan menggantungkan ucapannya.
Prang...
Dengan sengaja ia menjatuhkan piringnya yang kosong ke lantai hingga pecah berkeping-keping.
"Hati seorang wanita itu sama dengan piring ini, begitu rapuh. Sekali hatinya hancur berkeping-keping, itu akan sulit memperbaikinya. Ketika kau mencoba memperbaiki piring ini, kemungkinan besar kau akan terluka oleh pecahannya. Dan jika kau berhasil memperbaikinya, itu takkan sama seperti sebelumnya. Sama halnya dengan hati putrimu, pikirkanlah itu, kau juga egois," sambungnya dengan menatap sendu kearah pecahan piring dilantai.
Raja Morisco terdiam, ia mencoba mencerna apa yang dikatakan oleh Athanasius. Lalu, selang beberapa saat ia menggeleng pelan. Sebelumnya ia tak pernah memikirkan akan perasaan putrinya. Ia tak pernah mengira, bila selama ini ia hanyalah memperburuk keadaan. Ia tak seharusnya mengurung putrinya, ia tak seharusnya menghilangkan kebebasan putrinya, seharusnya ia memperlakukan putrinya layaknya seorang putri sesungguhnya. Sekarang, ia menyesal, sangat-sangat teramat menyesal.
hembusan napas berat keluar dari bibir Athanasius. Ia tak pernah berfikir, gara-gara perjanjian yang dibuat oleh Deamor, hal itu dapat merubah raja itu menjadi orang yang tak berperasaan sama sekali.
"Sudahkah kau memikirkannya? Jika sudah sekarang ada hal lain yang harus kau pikirkan. Kau tau penyihir Cyrus pasti akan kembali dan mengambil imbalan miliknya yaitu putrimu. Saat itu tiba apa yang akan kau lakukan?" Tanyanya dengan menatap raja Morisco serius.
Pikiran raja Morisco sedikit kacau, ia mencoba berfikir dengan keras untuk menemukan jawaban dari pertanyaan Athanasius. Sejujurnya ia sama sekali tak rela bila putrinya akan diambil oleh penyihir Cyrus itu. Tapi, penyihir Cyrus sangatlah berbahaya, penyihir itu bisa saja mengobrak-abrik kerajaannya demi mendapatkan putrinya. Dan ia sungguh tak rela memberikan putrinya yang menjadi penerus sesungguhnya dari Kerajaannya.
Raja Morisco menelan ludahnya menatap Athanasius,"malam ini, bawalah putriku pergi jauh-jauh dari negri ini. Berikanlah dia kebebasan, kebahagiaan, perlindungan mu. Katakan padanya bahwa aku masih menyayanginya seperti dulu," Ujarnya dengan suara penuh harap. Nampak dimatanya tersirat kesedihan yang mendalam.
"Kau yakin?"
"Aku yakin dengan keputusan ku. Hanya kau yang bisa kupercaya untuk menjaga putriku. Kuharap kau bisa berjanji untuk selalu menjaganya,"
"Baiklah aku berjanji,"
#TBC