Seorang penyihir muda keluar dari portal, rambutnya yang berwarna putih salju berkilauan terkena cahaya lampu gantung yang ada ditengah-tengah ruangan. Itu adalah penyihir Athanasius, saat ini ia berada di kamar milik Castylin. Ia menatap ke sekelilingnya melihat beberapa lukisan milik Castylin. Lalu, tatapannya tertuju pada seorang putri yang tertidur damai, layaknya seorang putri tidur dalam dongeng.
Nampak, Athanasius menghembuskan napas dari bibirnya, tangannya meraih tubuh Castylin. Lalu, ia menggendong tubuh Castylin yang terasa ringan baginya.
"Ttsssstt," Athanasius mendesis pelan saat Castylin melakukan sedikit pergerakan, kepalanya mengusal di dada Athanasius mencari tempat ternyaman untuknya.
Athanasius tersenyum lega kala tak merasakan pergerakan lagi dari tubuh Castylin, karena ia takut akan membangunkan tidur nyenyak putri kecil di gendongannya itu.
"Merepotkan," pikirnya, sambil berjalan kembali menuju portalnya dan masuk kedalam meninggalkan ruangan milik Castylin.
🐨🐨🐨
castylin pov
dua belas tahun kemudian..
Aku menghela napasku panjang, sepuluh tahun telah berlalu, tapi aku tak bisa kembali pada tubuh asliku, seakan-akan jiwa ku akan selamanya terjebak dalam tubuh milik castylin. dan dalam sepuluh tahun ini banyak hal yang telah terjadi, dan saat ini aku tengah menjadi rakyat biasa, melukis adalah pekerjaan ku.
menjadi rakyat biasa adalah keinginanku, aku ingin menjalankan hidupku dengan sendiri tanpa bergantung pada orang lain. melindungi diriku sendiri dengan caraku sendiri. benar, menjadi tidak menonjol adalah cara terbaik untuk bertahan hidup lebih lama. hanya saja ada hal yang sulit untuk di sembunyikan, yaitu kecantikan ku. kecantikanku ini lah yang akan menjadi racun untukku. ya, kau tak akan tau betapa para pria mulai menggila untuk memiliki ku karena kecantikanku, tapi sukurlah aku masih bisa mengatasinya.
dan satu hal yang membuatku tak menyangka adalah bila ayahku ternyata menyayangiku.ya, penyihir anathasius telah menceritakan semuanya, dimana ibuku membuat perjanjian dengan penyihir cyrus. hingga ayahku membenci ibuku dan mengurungku diruang tanpa cahaya matahari.melepaskan aku hanya satu tahun sekali,fyuhh sungguh menyedihkan.
"castylin,kemarilah seseorang sedang mencarimu!" seseorang berteriak dengan begitu lantangnya memanggil namaku, sejenak kuhentikan kegiatanku untuk merapikan cat-cat lukisan ku saat ini aku berada didalam ruangan penyimpanan lukisan, setelah itu aku bergegas pergi menghampiri denora temanku.
ku lihat di ruang tamu ada seorang wanita setengah paruh baya tengah berbincang -berbincang bersama dengan denora. rambut wanita itu berwarna coklat secoklat tanah, dengan tubuh dibalut oleh gaun yang mewah. sepertinya nyonya itu adalah seorang bangsawan ,pikirku melihat penampilan dan tata kramanya yang menunjukkan layaknya seorang kebangsawanan.
"selamat pagi, nyonya," sapaku sambil setengah membungkuk memberi hormat. satu hal lagi yang lupa kuberitahu bahwa di tempatku saat ini tak satupun yang tau bila aku adalah seorang putri kerajaan termasuk denora sahabatku itu.
"ah, selamat pagi nona castylin. kau tak perlu begitu hormat padaku," balasnya sambil tersenyum penuh keramahan padaku dan menatap intens tubuhku dari bawah hingga keatas seakan menilai. ini bukanlah untuuk pertama kalinya aku mendpatkkan tatapan seperti ini.
aku tersenyum manis padanya menanggapi ucapannya,"hmm baiklah. apakah ada hal yang bisa saya bantu nyonya?"
tak adajawaban lantaran itu hampir membuatku terbahak kala melihat nyonya didepanku menatap kagum setelah melihat senyumanku seakan ia tenggelam kedalamnya. tapi, aku menahan diriku agar tak tertawa melihat kejadian ini.
"nyonya apakah kau baik-baik saja?" tanya denora membuyarkan lamunan nyonya didepanku.
"ah maafkan aku. kau terlalu cantik hingga membuatku terhipnotis. sebelumnya perkenalkan namaku adalah Egeria fadeslyn kau bisa memanggilku egeria. Namamu begitu terkenal diseluruh penjuru kota karena akan keahlianmu dalam melukis. saya kemari hanya berniat untuk mengundang nona untuk menghadiri pesta kerajaan yang diadakan oleh kerajaan lusa ini. berseiakah nona menghadirinya?" ternagnya panjang lebar, memberikan undangan berlapiskan emas padaku. aku segera menerima undangan yang diberikannya.
"terimakasih banyak nyonya saya pasti akan bersedia menghadirinya"
"baiklah saya sangat senang mendengarnya. jika begitu saya permisi terlebih dahulu dan sampai jumpa di pesta lusa nanti," ujarnya mengakhiri pertemuan ini dan ia segera pergi setelah mendapat anggukan kecil dariku.
"wow hebat! tak kusangka kau bisa mendapat undangan dari kerajaan" seru denora pemilik manik semerah ruby dan rambut merahnya, usia denora satu tahun lebih tua dariku. demora adalah seorang putri buangan. ia merupakan seorang putri haram, yang pada akhirnnya ia terbuang karena di anggap sebagai aib kerajaan. aku pernah menyelamatkannya ketika ia hampir di lecehkan oleh para pria tak bertanggung jawab, dan itu merupakan awal jumpa ku dengannya. dan sekarang kami berdua tinggal bersama dengan denora yang ku anggap sebagai saudaraku sendiri.
ini mungkin sedikit mengherankan , rakyat jelata sepertiku yang tak memiliki gelar kebangsawanan bagaimana bisa mendapatkan sebuah undangan pesta kerajaan. sedangkan kau tau? perihal akan diriku yang merupakan putri dari kerajaan elytris initak ada yang mengetahuinya. lalu apakah maksud dari semua ini? dan haruskah aku menghadiri pesta ini?
aku menolehkan wajahku pada denora,"denora? haruskah aku menghadiri pesta ini?,"
"pertanyaan bodoh apa ini? tentu saja kau harus menghadirinya, peristiwa langka seperti ini bagaimana bisa kau akan mengabaikannya?," sarkasnya dengan menatapku jengkel.
aku menghembuskan napasku panjang. mungkinkah aku yang terlalu waspada? mungkin tak ada salahnya bila aku menghadiri pesta ini. lagipula aku masih memiliki sihir yang bisa ku gunakan untuk melindungi diriku,bila ada orang yang mencoba untuk mencelakaiku.
"baiklah, jika seperti itu ayo kita bersiap-siap pergi ke toko untuk membeli gaun pesta kerajaan lusa," ujarku sembari pergi begitu saja untuk bersiap pergi ke toko.
pagi ini amatlah cerah. langit nampak begitu bersih tanpa sedikitpun. dengan suasana pasar yang begitu ramai seperti biasanya. saat ini aku dan denora berjalan berdua menuju toko setelah menuruni kereta kuda yang ku tunggangi. kau bisa liat, disini tak mobil ataupun motor dan tak ada polusi juga seperti layaknya pada abad 21. disini kita hanya bisa mengandalkan kereta kuda sebagai sarana transformasi.
sejenak ku hentikan langhkahku, entah mengapa sesuatu yang buruk akan terjadi. aku menatap kesekelilingku, menatap kesegala arah mencari tau apa yang sebenarnya terjadi, hingga aku memiliki firasat seperti ini. dan tatapanku berfokus pada sebuah restoran besar. dan dengan segera aku berlari tergesa-gesa memasuki restoran itu.
"Semuanya dengarkan aku untuk segera keluar dari sini, sesuatu yang buruk akan terjadi disini. Kalian segeralah keluar dari sini," Ucapku dengan lantang ketika sudah berada dalam restoran itu. Orang-orang menatapku dengan pandangan anehnya. Hingga seorang wanita bangsawan dengan membawa kipas yang ia genggam berdiri dari duduknya.
"Nona, apakah kau seorang peramal? Bagaimana bisa kau berkata jika akan ada hal buruk yang akan terjadi di tempat ini?" Ujarnya sembari menatap ku dengan tatapan merendah.
Ku lihat orang-orang berbisik-bisik membicarakan ku. Tapi, aku bukanlah seorang peramal. Walaupun begitu setidaknya mereka mendengarkan ku.
"Tidak, aku bukanlah peramal. Dan kita tak punya banyak waktu. Sebaiknya kalian semua keluar dari sini sebelum terlambat. Disini tidaklah aman," Jawab ku sedikit panik melihat waktu yang terus berjalan.
"Ohya? Bagaimana cara kami untuk mempercayai diri anda? Jika semua yang di katakan anda tidak semuanya adalah benar," Wanita itu kembali bertanya dengan memojokkan ku. Seakan-akan aku disini tengah berbohong.
Aku mendengus kesal mendengar pertanyaan wanita di depan ku ini. Aku bertanya-tanya apakah wanita ini tengah membenciku? Mengapa ia nampak begitu seakan tengah memusuhi ku? Ataukah dia mencoba memprovokasi ku?
"Violet hentikan semua itu,sekarang sebaiknya kita dengarkan dia dan keluar dari sini," Suara bariton itu tiba-tiba menyahut. Membuat ku sejenak menghela napas lega. Syukurlah masih ada yang membelaku. Setidaknya pria ini masih menyayangi nyawanya.
"Yang mulia Denyorga. Apakah anda bersungguh-sungguh? Maksudku apakah kau percaya dengan apa yang dikatakan gadis gila ini?" Ujar wanita itu kembali.
Sesaat aku tertegun dengan apa yang di katakan wanita ini. Dan apa ini? Dia adalah pangeran mahkota Denyorga? Aku tak pernah berjumpa dengannya. Aku hanya mendengar rumor bila pangeran mahkota Denyorga adalah sosok pria muda tampan yang memiliki rambut emas kecoklatan dan mata hazel yang indah. Ia jarang muncul di keramaian dan hanya para bangsawan yang memiliki kedudukan tinggilah yang bisa bertemu dengannya secara langsung. Dan sekarang aku bertemu dengannya untuk pertama kalinya. Tapi, kudengar ada rumor lain yang mengatakan bila pangeran mahkota ini sangatlah mengerikan. Ia bisa menumpas siapa saja yang mengianatinya. Jika rumor itu benar dia mungkin akan sama seperti ayahku.
Dan tunggu, jika ada pangeran mahkota disini. Apakah itu artinya target dari bencana yang akan datang ini adalah dia?
Nampak pangeran Denyorga menatapku dengan dingin,"untuk saat ini kita harus percaya padanya. Jika ia berbohong maka ia harus bersiap-siap untuk menerima frekuensinya. Sekarang kita harus segera keluar dari sini,"
#TBC