'tok tok tok.. ' Suara ketokan pintu itu mengganggu aktivitas Aleta dan keluarga yang sedang menonton film bersama. "Aleta!" Seru seseorang
Mendengar namanya dipanggil, Aleta langsung membereskan penampilannya yang berantakan karena memakan popcorn disepanjang filmnya berlangsung.
"Permisi!!" serunya
"iya, tunggu" Aleta membuka kunci rumah dan membukakan pintunya. Dilihatnya seorang pemuda sedang duduk dikursi taman depan rumah Aleta dengan sebuket bunga ditangannya dan sebuah kotak besar dihadapannya.
"excuse me?" tanya Aleta saat mendekati pemuda itu. pemuda itu berbalik badan "hai, Al" sapanya
••••
"Ada urusan apa lo kesini?" tanya Aleta yang membawakan minuman untuk tamunya, Andra.
"gue bawain bunga lily kesukaan lo" ucapnya
"Makasih" jawab Aleta jutek
"sama sama" jawab Andra ,"Gue kangen lo, al." katanya sambil menatap intens wajah Aleta.
Aleta tidak menghiraukan ucapan Andra. lagian, ia tidak mau kembali terjebak dalam hubungan yang selalu berakhir salah paham.
"Lo juga pasti kangen kan sama gue, al?" tanyanya percaya diri, "Gue mau kita balik lagi, al" Aleta melirik Andra tajam, ia tidak mengerti apa maksud Andra dengan tiba tiba datang kerumahnya dan meminta kembali hubungan yang sudah lama berakhir.
"Gue tau lo masih marah sama gue, dan gue juga tau lo masih sayang sama gue. ya kan al? nggak ada salahnya kita coba ngulang lagi semuanya dari awal." jelas Andra memegang erat kedua tangan Aleta berharap Aleta luluh dengan perkataannya.
Aleta menghembuskan nafasnya, mencoba untuk tenang walaupun perasaannya sedang bergejolak.
"Maaf ndra, gue gabisa." jawab Aleta berusaha menolak
"Lo gabisa karena lo belum nyoba, al. gue bener sayang sama lo" ujar Andra berusaha meyakinkan
"Gue gabisa Dra. gue gabisa ngejalin hubungan sama orang yang nggak tau apa arti pengorbanan. gue gamau lagi kita berakhir karena masalah jarak, masalah kepercayaan yang selalu lo pertanyain ke gue" jelas Aleta sambil menatap tajam Andra
Andra terdiam. Ia teramat sadar, Kejadian kemarin memang sepenuhnya salahnya. ia tidak jujur pada Aleta tentang hubungan lainnya dan melimpahkan semua kesalahan dan egonya pada Aleta.
"Denger ya Dra, kalo lo kesini cuma mau nambah luka gue mending sekarang lo pergi, karena luka gue, perasaan gue juga punya hak buat sembuh."
"oke, gue bakal pergi. Tapi tolong, al, maafin gue soal kejadian kemarin. Gue nyesel banget ngelepasin lo."
Aleta kembali terdiam, ia terlihat menahan tangis dan amarahnya namun tidak berani ia tunjukkan. Aleta bingung harus memaafkannya atau tidak. karena perasaan dan otaknya tidak sejalan.
"Kalau lo gamau maafin gue, seenggaknya lo bisa terima hadiah ini dari gue, kan?" Andra mengeluarkan kotak hadiah dan memberikannya pada Aleta "diterima ya, itu hadiah ulang tahun lo" pungkasnya tersenyum
Aleta menerimanya, namun ia masih membuang muka dari Andra.
"iyaudah, gue pergi al. selamat ulang tahun yaa" Ucap Andra bangkit dari sofanya dan mencium puncak kepala Aleta, lalu melangkah pergi.
setelah Andra keluar Aleta langsung melihat kotak hadiah ditangannya. Ada pita dan ucapan selamat ulang tahun disana. Matanya berkaca-kaca, ia tidak bisa menahan rindunya pada Andra. Sebesar apapun rasa sakit dan kecewa yang Andra beri, rasa sayangnya terlampau besar untuk ia hiraukan begitu saja.
Aleta berlari menuju balkon. Kotak hadiahnya masih senantiasa ia dekap. Dilihatnya Andra yang berjalan sendirian. Aleta menutup kedua matanya, ingin rasanya ia menggenggam tangan hangat Andra dan menemaninya pulang. Tapi Aleta sadar, kini, Andra bukan lagi rumah tempat ia pulang.
Aleta masuk ke dalam kamarnya, dan membaca surat ucapan yang Andra tulis.
'Happy Birthday, Aleta Estefania. Happy 20th yaa, I always wish you the best. See u later. Miss u Al.
Andra Fahreza.'
Aleta tersenyum membaca kartu ucapan dari Andra. Benar kata orang, semakin lama kita kenal seseorang semakin singkat pesan ataupun ucapan yang ia kirim untuk kita.
Setelah membaca kartu ucapan tersebut, Aleta membuka kado. Saat melihat isinya, Aleta langsung menangis. Di genggamnya hoodie berwarna Abu dengan gambar wajah Aleta. Aleta mendekap hoodie tersebut, lalu mengambil lagi sebuah kotak kecil di dalam kado tersebut. Karena penasaran, ia membuka kotaknya. Dilihatnya foto foto Andra dan Aleta dikotak itu, Aleta dan Andra menyebutnya kotak kenangan.
Kotak kenangan adalah impian Aleta untuk Anniv ke-4 mereka namun mereka harus selesai bahkan sebelum Anniv mereka yang ke-4. lalu Aleta menidurkan dirinya dengan hoodie yang masih ia dekap. Matanya masih berair, ia masih sangat menyayangi Andra. Hanya saja, ia takut kembali terluka.
Hari itu menjadi hari paling menyenangkan sekaligus melelahkan bagi Aleta. Ia kira harinya akan berakhir sempurna jika menghabiskan waktu bersama orang orang tersayangnya, namun kehadiran Andra yang kembali menyapa membuat perasaan Aleta tak karuan. Ia tak tahu harus bahagia atau berduka, apalagi perasannya untuk Andra yang masih belum bisa ia lepas bahkan setelah Andra menyakitinya.
••••
Keesokan harinya. Aleta bangun dengan mata yang membengkak dikarenakan menangis semalaman. Aleta segera mencuci mukanya agar terlihat lebih segar, lalu turun untuk sarapan.
"Pagi Al" sapa Lavina
"Loh Lavina? kapan dateng?" tanya Aleta yang menuruni tangga
"Barusan ko, baru banget dateng" ucapnya
"eh Aleta. udah bangun, sayang. sini duduk, kita sarapan bareng ya" ajak Sarah membawa piring ke meja makan
"iya mah" jawab Aleta lalu mendudukan dirinya di kursi meja makan
Aleta berakhir sarapan dengan kelurga kecilnya dan Lavina sahabatnya. Aleta seperti mengisi dayanya kembali saat berkumpul bersama keluarganya seperti saat ini ia sarapan bersama.
"aduh kenyang, makasih tante buat sarapannya, enak banget masakan tante" puji Lavina sambil memegang perutnya yang kekenyangan.
"makasih loh, lain kali kita sarapan lagi bareng bareng seperti ini, ya" ujar Sarah
"siap tante, calling aku aja nanti, hehe"
"Aleta, papah berangkat kerja dulu, ya. yuk Lavina, om pergi dulu" pamit Julian
"iya pah, hati hati" ucap Aleta
"hati hati om" ucap Lavina
"mah, papah berangkat dulu" izin Julian pada Sarah, istrinya.
Lavina melirik Aleta "Al, gue ada berita bagus" Aleta menaikan kedua alisnya dengan wajah penasaran "Berita apaan?" tanyanya
Lavina mengubah posisi duduknya menghadap ke Aleta, "Dhita, Zea, sama yang lain gajadi balik hari ini!" seru Lavina
"Serius lo?"
"Iyaa, semalem gue telepon Thania nanyain jadwal mereka balik tapi katanya tiket udah habis, dan mereka keknya bakal netap disini 1minggu lagi" Jelas Lavina
"wah, pasti bakal seru tuh. gimana kalo sekarang kita pergi jemput mereka?" tanya Aleta antusias
"oke. tapi kita mau kemana?"
"Big ben?! come on Lav, banyak tempat disini yang harus kita kenalin ke mereka" ujar Aleta antusias, ia langsung ke kamarnya mengambil jaket dan tas nya.
"o-oke" ucap Lavina terbata melihat antusias sahabatnya
"c'mon" ajak Aleta menarik pergelangan tangan Aleta, "mah, Aleta izin pergi dulu ya" teriak Aleta yang berjalan menuju pintu rumahnya.
"Lavina pergi dulu tante" teriaknya
"iyaa, hati hati!" sahut Sarah dari dapur
••••
Lavina dan Aleta sampai di basement dan langsung memarkirkan mobilnya. Setelah parkir, mereka berdua menuju apartemen Aleta yang ditinggali sahabat sahabatnya di lantai 5. Di depan pintu apartemen, Lavina menelepon Thania untuk membukakan pintu karena Aleta lupa sandi apartemennya sendiri.
"hi Al, hi Lav. ayo masuk" sapa Thania, mengajak Lavina dan Aleta masuk
Lavina masuk ke dalam. Namun saat Aleta ingin melangkahkan kakinya masuk, handphonenya berdering memperlihatkan nomor yang tidak dikenal. Aleta memberhentikan langkahnya dan memberitahu Thania ia akan menyusul masuk. Thania mengangguk selagi Aleta mengangkat panggilan masuknya.
Dengan ragu, Aleta menjawab panggilannya. "halo?"
"Hay, al."
"Andra? ini lo?"
"iya, ini gue, Andra."
"Dapet darimana lo nomor handphone gue?"
"Gue dapet dari Rangga"
'Rangga, awas lo.' -batin Aleta
"gue cuma mau tau, hadiah semalem yang gue kasih buat lo.. lo suka?" Tanyanya
"itu.. belum gue buka hadiah dari lo" ucap Aleta berbohong. Aleta tidak yakin bahwa ia menyukainya, karena hadiahnya mengingatkan Aleta pada masa dimana Andra adalah segalanya untuk Aleta, namun sekarang keadaan berubah. Andra bukan lagi tempatnya pulang.
"okedeh, gpp. tapi lo harus buka hadiahnya, karena gue yakin banget lo pasti suka."
"iyaa, nanti gue buka. gue tutup ya"
"iyaudah, bye Al" Aleta memutuskan panggilannya, ia tidak mau terlibat percakapan percakapan lagi dengan Andra selama lukanya belum sepenuhnya pulih.
Dengan gusar, Aleta memasuki apartemennya.
"Telepon dari siapa, al?" tanya Lavina
"Andra" jawab Aleta singkat. Lavina yang duduk di sofa terlihat sedikit terkejut dan mengalihkan pandangan dari Aleta.
"Ngapain lagi dia nelpon lo?" tanya Bella tenang, ia duduk sambil memainkan hadphonenya di sofa kamarnya bersama Lavina. Namun Lavina terlihat lebih tegang mendengar Andra kembali menghubungi Aleta. Ia takut rahasianya akan terbongkar dan merusak hubungan persahabatan antara dirinya dan Aleta.
Davina yang sedang duduk santai di sofa teras balkonnya dengan buku novel ditangannya langsung bangkit dan berjalan ke arah Aleta berdiri, "sini Al duduk dulu, ceritain ke kita" tarik Davina membawa Aleta duduk di kasur.
Zea dan Dhita yang sedang tiduran langsung bangun dan mendekat ke Aleta. Thania yang sedang memakan cemilan pun menghentikan kegiatannya untuk fokus mendengarkan cerita Aleta.
"Cerita apa?" tanya Aleta polos
"Lah nanya balik. ya cerita kenapa si Andra nelpon lo lagi, Leta!" protes Dhita
"Dia nanyain hadiah yang kemarin dia kasih ke gue"
"hadiah kemarin? dia dateng kerumah lo, gitu?" tanya Zea
"iya, dia bawain hoodie yang dulu gue rencanain sama dia buat anniv ke 4 kita berdua."
"maksud lo, hoodie yang dikasih foto lo sama Andra itu?" Tanya Thania
"iya. tapi di hoodie ini cuma ada foto gue." jelas Aleta
"lo suka hadiahnya?" tanya Bella
Aleta mengangkat kedua bahunya dan menggelengkan kepalanya, "Gue bingung, gue suka hadiahnya, tapi nggak sama kenangannya." jawab Aleta, wajahnya masih terlihat gusar.
Lavina yang sedari tadi diam, akhirnya menatap Aleta dan menggenggam tangannya, "Aleta" panggilnya, Aleta mengalihkan tatapannya menatap Lavina "gue tau lo pasti sakit hati sama Andra, lo berhak sedih, lo berhak nangis. Tapi ada baiknya lo jujur sama perasaan lo. gue tau lo masih sayang sama Andra, tapi kalo Andra bukan yang terbaik buat lo, apa lo mau tetep ngejalanin hubungan yang lo sendiri tau akhirnya nggak akan ada yang bahagia?" jelas Lavina
Aleta menunduk. Memang benar apa yang Lavina katakan. Namun sekeras apapun ia meyakinkan perasaannya untuk melupakan Andra, semakin besar pula rasa sayang yang ia punya. Perasaannya semakin menumpuk, hingga kadang Aleta tak bisa mengendalikan emosinya.
"Pilihan lo cuma satu, Al. Lepasin Andra, dan biarin diri lo bebas" suruh Lavina
"Lav, gue tahu elo mau yang terbaik buat gue. Tapi perasaan yang dipaksa itu nggak baik, dan untuk ngelupain seseorang itu ga semudah yang lo kira. Apalagi gue sama Andra ngejalanin hubungan ini hampir 4 tahun lamanya. Dan kalian tau kan, nggak ada perasaan yang baik baik aja setelah perpisahan." jelas Aleta, ia mulai menangis menjawab pertanyaan Lavina
Zea, Dhita, dan Bella yang berada disamping Aleta berusaha menenangkan dengan menepuk pundaknya. "tenang, al." sahut Zea
"hey, it's okay. Lavina cuma sampein pendapat dia doang ko" Lavina mengangguk mendengar penjelasan Bella
"iya Al, lo jangan salah paham maksud gue. gue cuma mau lo bebas dari hubungan yang cuma bikin lo sakit hati." ujar Lavina
"Gue ngerti. tapi lo satu satunya orang yang ngedukung hubungan gue sama Andra saat itu. terus kenapa lo tiba tiba minta gue buat ngebebasin perasaan gue dari hubungan yang selalu lo percaya kalo semuanya bakal selalu baik." Aleta menghembuskan nafasnya berusaha tenang, "kenapa, Lav? jawab gue" seru Aleta dengan matanya yang mulai meneteskan air mata
Lavina menunduk, ia terlalu takut untuk memberitahu kebenarannya pada Aleta
"gue punya alasan buat pertannya lo tapi gue gabisa jawab itu sekarang" sahut Lavina tak berani menatap Aleta, "Al.. gue emang ngedukung apapun keputusan yang lo ambil. tapi bukan tentang Andra. jadi gue harap, segera lo lupain Andra, bebasin perasaan lo, Aleta" ujarnya menggenggam tangan Aleta
"Sekarang, saat semuanya udah berantakan dengan gampangnya lo minta gue ngelepasin perasaan yang selalu gue jaga?! Lav, perasaan ini pasti baik dan harus baik. Tanpa lo paksa perasaan gue bakal sembuh, tapi bukan sekarang." jelas Aleta melepas genggaman Lavina. ini pertama kalinya lagi setelah ia bertengkar dengan Lavina. Untungnya, sahabat sahabatnya selalu ada disamping mereka untuk mendamaikan pertengkaran mereka.
"Al, bukan gitu maksud gue.." ucap Lavina terpotong
"Lav.." Davina menggeleng, ia menahan Lavina untuk melanjutkan ucapannya karena Lavina mulai meneteskan air matanya. dan ia tak mau hubungan persahabatan yang telah lama mereka jaga malah terpecah belah karena salah paham diantara Lavina dan aleta.
•••••
Jam menunjukkan pukul 1 siang. Aleta melajukan mobilnya menuju sebuah taman bunga dengan pemandangan yang indah dan menyejukkan mata.
Sesampainya di taman tersebut, Aleta berniat untuk menenangkan diri dari emosi yang menguasainya. Namun panggilan masuk dari handphonenya malah membuat mood Aleta semakin memburuk, dengan kesal Aleta menjawab panggilannya.
"Lo lagi dimana?Kenapa lo pergi ninggalin Lavina sendirian?" Cemas Andra dari telepon
"bukan urusan lo" ucap Aleta dan langsung mematikan panggilannya sepihak
Saat keadaannya tidak baik, Aleta tidak ingin ada yang mengganggu waktunya karena ia tak ingin orang lain menjadi sasaran amarahnya. Setelah kesalah pahaman antara dirinya dan Lavina, Aleta bahkan tak bisa berpikir jernih untuk sekedar merespon sekitar ataupun panggilan yang masuk dari handphonenya. Menyadari Lavina adalah sahabat karibnya, seseorang yang bahkan rela meninggalkan negara kelahirannya demi menemani Aleta kuliah di luar negeri, rasanya tak adil jika Aleta malah menyalahkan dan tidak mendengarkan penjelasannya.
Tak ingin berlarut, Aleta memutuskan untuk kembali berkeliling melihat lihat bunga warna warni yang bermekaran juga air mancur yang indah diiringi awan dan langit yang cerah. Sesekali ia mengabadikannya lewat foto untuk sekedar merefresh pikirannya. Kegiatan seperti itu membuat perasaan Aleta membaik dan mood nya semakin meningkat. Aleta hidup dalam dunianya sekarang, yaitu kedamaian.
Sedang sibuk sibuknya mengambil gambar, Aleta tak sengaja memotret seseorang laki-laki. Lelaki tersebut berjalan mendekati Aleta, sepertinya ia sadar jika Aleta tak sengaja memotretnya. Karena takut, Aleta membalikkan badannya membelakangi lelaki itu.
"Aleta" ujarnya menepuk pundak Aleta