"Aleta"
Mendengar namanya disebut, Aleta yang awalnya takut menjadi terkejut dan penasaran siapa yang memanggil namanya saat ia datang sendirian. Rasanya Aleta sudah tak asing lagi dengan suaranya. Dengan ragu, Aleta memutar balik badannya menghadap lelaki tersebut.
"Hi!" sapa lelaki itu
Mata Aleta membulat sempurna, tak percaya dengan seseorang yang ia lihat sekarang. Lelaki itu tersenyum, membuat Aleta tak kuasa menahan rasa rindunya, ia pun memeluk lelaki tersebut
"eh" kejutnya saat Aleta meraih pundaknya, lelaki itu tersenyum dan tertawa ringan, "gimana kabar, lo?" tanyanya sambil mengelus puncak kepala Aleta. Tingginya dan Aleta selisih 11cm. Aleta hanya 160cm dan ia 171cm. Jadi Aleta harus berjinjit untuk sekedar memeluknya.
"Gue baik, tapi karena ada lo disini, gue makin baik" jawab Aleta masih dalam pelukannya
"perasaan lo, juga?"
mendengar pertanyaan itu, Aleta melepas pelukannya. Gadis itu tersenyum, "iya, gue harap" jawab Aleta memandang Farel sendu.
Ya, Lelaki itu adalah Farel. Dan jika Lavina adalah sahabat perempuannya, maka Farel adalah sahabat karib lelakinya. Sahabatnya bersama Andra, dan Lavina. Farel sudah seperti hidup Aleta, Aleta tak bisa jika harus melupakan Farel sebagai seseorang yang selalu menyayanginya, menjaga, dan mengerti dirinya. Farel, lebih dari sebuah kemustahilan yang Aleta bisa lupakan. kehadirannya adalah cukup untuk sekedar membuat Aleta melupakan kesedihannya.
Farel sendiri adalah seorang yang sangat tenang, sangat disiplin, sangat peka, teliti, dan peduli dengan orang orang disekitarnya tak peduli seburuk apapun masalah yang menimpa dan jangan lupakan ketampanannya yang berkualitas HD. Hehe. Aleta menyukainya, ia merasa nyaman, dan terlindungi jika Farel ada didekatnya. Bahkan segala bentuk dan macam kesedihan tak akan bisa meruntuhkan Aleta jika Farel ada bersamanya. Karena untuk yang kesekian kalinya, Farel adalah atap untuk rumahnya, tempat Aleta pulang.
"Lo hutang cerita ke gue, Al" ujar Farel memegang dagu Aleta, si empu hanya mengangguk
"Lo juga hutang cerita ke gue, kemana aja lo selama ini? gapernah lagi ngabarin gue" keluh Aleta
"Kita beli minum dulu ya, baru gue ceritain semuanya" Ucap Farel menggenggam tangan mungil Aleta dan mengajaknya pergi, Aleta membalas erat genggaman Farel seperti tak mau lagi meninggalkannya.
•••••
"bokap gue ada kerjasama perusahaan disini, karena untuk waktu lama, gue sama nyokap harus ikut kesini" jelas Farel lalu meneguk sodanya
"jadi, elo disini karena kerjaan bokap lo?"
"iya gitu deh"
"Kebetulan apa bukan ya, Al?"
Aleta melirik Farel tak paham, "kebetulan karena kita ketemu lagi, Rel?"
"Kalau itu takdir"
"jadi elo percaya takdir?"
Sadar akan pertanyaannya, Aleta langsung menundukkan kepalanya. Farel dengan kepekaannya melirik Aleta cemas, "Ada apa, Al?" ucapnya.
"Nggak kok, random doang" ucap Aleta beralasan
Farel paham betul orang seperti apa Aleta. Aleta tak mungkin bertanya hal hal yang berkaitan dengan takdir atau semacamnya dengan alasan pertanyaan random yang ia buat. Farel cukup paham untuk mengetahui bahwa Aleta sedang tidak dalam keadaan baik.
"Balik, yuk. udah mau gelap" ajak Aleta
"Iyaudah biar gue anter, ya"
"Nanti mobil lo, gimana?"
"Tenang, gue bawa supir, kok." jawab Farel santai
"Mm.."
"Okedeh, nih kunci mobil gue" Aleta memberikan kunci mobilnya pada Farel, dan mulai jalan beriringan menuju parkiran mobil.
Aleta pulang dengan perasaan yang membaik, ditambah Farel yang bersedia menemaninya membuat Aleta tersenyum di sepanjang perjalanan menuju rumahnya.
•••••
Hari demi hari berlalu. Sudah 2 hari semenjak kejadian Aleta beradu argumen dengan Lavina, bahkan setelah kejadian itu Aleta dan Lavina tidak pernah bertemu kembali. Sahabat sahabatnya masih tinggal di London selama 4 hari kedepan, mereka masih bisa mencari cara untuk mengembalikan dua sahabatnya yang salah paham. Namun mereka tidak tahu apa di hari ke lima mereka pulang, kedua sahabat itu akan kembali bersatu atau tidak.
Davina dan yang lain memutuskan untuk keluar sejenak, untuk sekedar meminum kopi, mereka mengajak Lavina namun tidak dengan Aleta. Bukan mereka ingin berpihak pada Lavina tanpa memikirkan perasaan Aleta, tetapi mereka ingin mendengar cerita dari masing masing pihak secara bergantian.
"jadi elo mantan Andra juga bahkan sebelum Aleta?" tanya Thania tidak mengerti, Lavina mengangguk.
"Aleta tau soal ini?" tanya Bella
Lavina menggeleng pelan, "gue gapernah cerita ini ke dia, karena gue tau Aleta sayang sama Andra dan gue gamau ngehancurin perasaan dia" katanya menunduk
"justru dengan lo ga cerita soal ini ke Aleta, pasti Aleta makin salah paham sama lo, Lav" ujar Davina menasihati
"iya gue tau, tapi lo tau kan sesayang itu Aleta sama Andra, dan gue ada ditengah tengah mereka" jelas Lavina
"maksud lo ditengah tengah mereka, gimana?" tanya Zea
"ya gue jadi kayak simpanan Andra, status gue pacar dia tapi gue berada di tengah tengah hubungan Andra dan Aleta".
Mendengar cerita Lavina, semuanya merasa tidak percaya. Zea yang masih penasaran kembali bertanya, "Lo sama Andra memang jadian berapa lama?" tanyanya
"Satu setangah tahun" jawab Lavina polos, sadar akan jawabannya ia langsung tertunduk
"Hah?" semuanya menganga tak percaya, wajar karena mereka baru mengetahui persoalan ini setelah 4tahun lamanya.
"iya, gue pernah minta dia lepasin gue tapi dia selalu nolak."
"Lav, kalau lo tau saat itu mereka juga jadian, kenapa ga lo aja yang ngelepasin Andra? kenapa lo harus nyuruh Andra lepasin lo? Apa saat itu lo mulai sayang sama Andra sampai lo berani jalin hubungan dimana sahabat lo, Aleta bakal kecewa kalau tau gimana cerita yang sebenarnya." jelas Zea yang mulai kesal, ia tak habis pikir bahwa Lavina yang selalu Aleta
"gue tahu, gue salah Ze. tapi itu udah lalu. dan gue gamau Aleta terjebak lagi sama Andra."
"oke kita ngerti kalau lo ngekhawatirin Aleta, tapi Lav apa lo bisa jamin Aleta bakal baik setelah tahu kebenaran ini?" ucap Bella memastikan karena selama ia mengenal Aleta ia paham betul Aleta adalah tipe orang yang selalu menutupi perasaannya.
Lavina menggeleng, "gue cuma yakin, setelah Aleta tahu semua ini dia pasti bakal kecewa banget sama gue" ia membuang wajah dari sahabat sahabatnya. Lavina merasa tanpa perlu menjelaskan apapun ia sudah tahu Aleta akan berakhir membencinya.
"kita perlu ceritain semua ke Aleta, gue gamau dia semakin salah paham dengan dengar cerita ini dari orang lain." saran Davina
"iyaudah, biar gue coba hubungin Aleta." ucap Thania menjauh dari mejanya dan menghubungi Aleta
•••••
•
"Aleta gabisa dihubungin, kita samperin aja dia kerumahnya." ucap Thania
"iyaudah kalau gitu kita jalan sekarang, Lav elo juga ikut kan?" tawar Davina
Lavina mengangguk, "iya, gue ikut" ucapnya
Mereka akhirnya pergi bersama menuju rumah Aleta menggunakan mobil Lavina. Walaupun Lavina masih belum berani bercerita tentang rahasia yang selama ini ia sembunyikan, namun demi mengembalikan dan menjaga persahabatannya agar tetap utuh ia harus siap jika akhirnya Aleta marah dan kecewa pada dirinya. Lavina pun melajukan mobilnya menuju rumah Aleta.
Sesampainya dirumah Aleta, dengan kesiapan Lavina pun berjalan mendekati pintu dan membunyikan belnya.
•••••
Disisi lain, Aleta dan Farel sedang makan siang bersama keluarga Aleta. Semenjak Farel hadir, Aleta bahkan tidak mempedulikan handphonenya karena Farel adalah satu satunya yang Aleta butuhkan sekarang. Namun karena London bukan tujuan Farel, yang Aleta takutkan hanya kembali kehilangannya
Setelah selesai makan, Aleta membantu Sarah membersihkan dapur. Sedangkan Farel, ia menemani Julian bermain catur.
"Terimakasih ya nak, sudah mengembalikan senyum di wajah Aleta."
"Memangnya Aleta gapernah senyum pah selama ini?"
Ya, Farel memanggil kedua orangtua Aleta dengan sebutan papah dan mamah seperti Aleta memanggil kedua orangtua Farel ayah dan ibu.
"Aleta tersenyum. Setiap hari. Tapi yang papah lihat, ia tak seceria seperti sekarang, saat bersama nak Farel." jelas Julian, ia tersenyum menatap Aleta yang berjalan ke arahnya membawakan teh dan camilan
"teh nya pah" ucap Aleta, "Terimakasih sayang" jawab Julian
"Camilannya juga" lalu melirik Farel dengan wajah annoying nya.
Setelah memberikan teh dan camilan, Aleta kembali berjalan menuju dapur, namun baru dua langkah berjalan tangannya diraih Farel.
"Makasih Alee" ucap Farel dari tempatnya tanpa mengahadap atau menatap Aleta. Aleta yang iseng pun mendekatkan wajahnya ke wajah Farel dan membisikkan sesuatu, "Sama sama, Tuan Adhitama." bisiknya
Farel yang terkejut dengan perlakuan Aleta menarik tangan Aleta, membawa Aleta ke hadapannya. Saat Aleta memanggilnya seperti itu, Farel tahu Aleta sedang dalam keadaan sangat baik. Jadi, Farel berinisiatif mengajak Aleta jalan. Julian yang sedari tadi menonton, hanya tertawa kecil di sofanya melihat anak gadisnya mulai memasang wajah takut saat Farel menarik tangannya.
"Ganti baju sekarang, kita pergi jalan" suruh Farel
Aleta yang awalnya tak berani menatap Farel malah melompat kegirangan saat Farel mengajaknya jalan. Tak peduli kehadiran Julian sebagai papahnya. Lagipula, Julian pun senang jika melihat Aleta bahagia.
"yeyy!! oke, lo tunggu gue disini. Gue bakal siap dalam waktu..." Aleta melihat jamnya seraya berpikir
"Gue tunggu 15 menit, dalam lima belas menit lo belum siap gue jalan sendiri" tegas Farel, sebenarnya ia tak peduli seberapa banyak waktu yang Aleta perlukan karena Aleta tidak akan lama jika berdandan, tidak seperti sahabat sahabatnya yang memerlukan satu sampai dua jam untuk berdandan.
"Siap!" seru Aleta lalu berlari menaiki anak tangga
"Aleta, hati hati sayang!" teriak Julian namun tak didengar Aleta
Julian dan Farel tertawa melihat keantusiasan Aleta, mereka tak mengira bahwa Aleta akan sangat bergembira.
Ditengah tengah keseruan Julian dan Farel, tiba tiba bunyi bel rumah dan ketukan pintu menghentikan aktifitas mereka menertawakan Aleta.
"Siapa yang bertamu?" tanya Julian
"Gatau pah, biar Farel lihat dulu"
Dengan inisiatif, Farel membukakan pintunya. Dilihatnya Lavina, Zea, Bella, Thania, Dhita dan Davina. Farel pun mempersilahkan mereka masuk.
"Siapa itu, Farel?" tanya Sarah yang berjalan menuju ruang keluarga.
"BESTIE mah" sahut Farel lalu mempersilahkan mereka masuk "ayo masuk" ajak Farel menuju ruang tamu. Mereka pun masuk dan mendudukan diri mereka di sofa.
"Lo disini, Rel? Kapan lo dateng kesini?" tanya Lavina penasaran
"Mm.. Tiga hari yang lalu gue dateng kesini. oh iya kalian ada apa kayaknya serius banget, kalian lagi ngga berantem kan?" Tebak Farel. Semuanya terdiam mendengar pertanyaan Farel.
Ia sudah lama mengenal BESTIE. Setiap kali bertemu, mereka akan tertawa dan bercanda bersama bukan saling tatap menatap, dan wajahnya pun terlihat sangat gugup
"Sebenernya, Rel. Aleta udah salah paham sama Lavina, dan kita mau ngelurusin semuanya sekarang." Jawab Bella.
FYI. Semua anggota BESTIE mengenal baik Farel termasuk perasaannya pada Aleta, dan sebaliknya. Farel mengenal baik mereka, terutama Aleta.
"Salah paham karena apa? Aleta nggak mungkin asal nyimpulin masalah gitu aja, apalagi sampai nimbulin salah paham" jelas Farel, Lavina pun menunduk
"Tentang Andra, Rel. Ternyata.." belum sempat Bella melanjutkan ucapannya, Farel sudah paham lebih dulu
"Gue tahu" sahut Farel, "Lo tahu darimana? Bella kan belum selesai jelasin" ujar Thania
"Karena gue juga terlibat dalam kebohongan itu." ucap Farel menyesal
"Jadi lo tahu semuanya, Rel?" tanya Dhita, Farel pun mengangguk, "gue bakal bantu kalian selesaiin masalah ini, gue janji." ujar Farel
"Kalian tunggu disini, buar gue panggil Aleta"
Farel pun berjalan menaiki anak tangga menuju kamar Aleta.
"Aleta, boleh gue masuk?" tanya Farel didepan pintu kamar berwarna biru dengan papan yang digantung bertuliskan 'Aleta Estefania♡'
"Masuk aja, Rel."
Farel pun membuka pintunya, dilihatnya Aleta yang mengenakan white dress dengan outer pink dan heels berwarna abu. Farel menatap Aleta terpana namun ia juga harus menyelesaikam masalah yang terjadi antara BESTIE. Aleta yang sibuk dengan bandananya hanya menatap Farel melalui kaca riasnya.
"Gue pakai bandana ini, biar senada sama warna heelsnya." ucap Aleta yang sedang merapihkan rambutnya "nah selesai, kita pergi sekarang?"ajak Aleta menatap pantulan diri Farel di kaca riasnya
Aleta sudah bersiap, ia tampil cantik dan menawan, bahkan senyumannya tak luntur sedikitpun dari wajahnya. Apa sanggup Farel merusak moodnya dengan mengungkit masalah yang mungkin akan menghancurkan perasaannya, dan menghilangkan senyumannya. Pikir Farel.
"Ale, kita bakal jalan setelah lo selesaiin masaah lo sama BESTIE" ucap Farel to the point
"Masalah sama BESTIE? masalah apa, Rel?" tanya Aleta tak paham, ia sama sekali tak ada masalah dengan sahabat sahabatnya. terakhir kali Aleta hanya beradu argumen dengan Lavina, namun ia tak menganggapnya seserius itu.
"Kita turun dulu, BESTIE udah nunggu lo dibawah"
Farel menarik tangan Aleta lembut, ia tak ingin membuat mood Aleta rusak. Walaupun akhirnya Farel tahu Aleta akan sangat tersakiti, setidaknya jangan merusak senyum dari wajah Aleta untuk terakhir kalinya.
"Bukan masalah serius kan, Rel?" tanya Aleta sambil berjalan menuruni anak tangga
"Aleta" sahut Davina menyadari keberadaan Aleta
Lavina, Zea, Thania, dan Dhita menengok ke arah tangga, dilihatnya Aleta yang berjalan berdampingan dengan Farel dengan tatapan cemas
"Lo duduk dulu, Al" ajak Farel
"Rel, ada apa?" Aleta pun duduk mengikuti arahan yang Farel beri
"Al, gue mau minta maaf soal kemarin di apartemen, gue salah karena gue ga bilang ke lo apa alasan gue ngelarang lo deket lagi sama Andra" ujar Lavina tak ingin membuang waktu
"Lo ga salah Lav, gue yang harusnya minta maaf ke lo karena ngeraguin elo. Maafin gue ya"
"Lo pantas ngeraguin gue, Al. Karena gue yakin, setelah lo tahu cerita sebenarnya lo pasti gakan lagi percaya sama gue"
"Apa yang lo maksud, Lav?" tanya Aleta, ia benar benar tak paham situasi apa yang sedang ia alami.
"Al, maafin gue karena..." ucap Lavina terpotong
"Aleta!" sahut Andra
"Andra?" gumam Lavina
Andra masuk dan berjalan menuju ruang tamu tempat Aleta dan yang lain berkumpul.
"Loh, Lo ada disini juga Rel?" tanya Andra
"iya lah, memang lo doang yang bisa kesini? gue juga bisa" sahut Farel
"Bagus lah, gue jadi ada temen disini" ujar Andra lalu tersenyum menatap Aleta lalu ia sadar disamping Aleta ternyata Lavina. untuk sesaat pandangannya terjaga pada Lavina sampai suara Sarah membuyarkan lamunannya.
"Aleta, ikut mamah sebentar yuk. siapin minuman buat temen temen kamu." ajak Sarah
"iya mah, sebentar. mamah duluan aja, Aleta nyusul." tawarnya "Lav, ceritanya lain kali aja ya. gue bantuin nyokap dulu di dapur" jelas Aleta
"iya Al, santai aja. bukan masalah penting kok" bohong Lavina
"Penting nggak penting, lo harus cerita" seru Aleta yang sedang berjalan menuju dapur untuk membantu Sarah
Andra menatap punggung Aleta, dilihatnya Aleta sudah masuk ke dapur. ia pun segera duduk di sebelah Lavina.
"Hi, Lav" sapanya namun Lavina mengalihkan pandangannya
Zea dan Dhita yang kesal melihat Andra hanya modus kepada Lavina langsung menarik Lavina pergi ke taman belakang.
"mau kemana?" tanya Lavina yang terkejut saat tangannya ditarik Dhita
"udah ikut aja" jawab Dhita, Zea mengekori di belakang Lavina
"kita ikut" Ucap Davina sambil menarik tangan Thania
"gue ngapain disini?" tanya Bella
Andra dan Farel menggeleng sambil menaikkan kedua bahu mereka sebagai tanda jawaban 'tidak tahu'
"Yaudah deh, gue bantuin Aleta di dapur aja" ucap Bella berinisiatif menuju dapur
"Aneh" gumam Andra
"Lo yang aneh, Ndra" ujar Farel yang menatap tajam Andra
"Gue?" tanya Andra tak paham
"iya, lo. gue tahu Aleta sama Lavina memang sering salah paham, tapi lo gausah ngambil kesempatan buat deket sama Lavina saat lo sendiri kesini buat Aleta" jelas Farel to the point, ia sudah tak bisa lagi menahan kesabarannya
"Lo tahu perasaan gue ke mereka berdua gimana kan Rel, gue gabisa pilih salah satu dari mereka, gue sayang mereka berdua"
"Tapi dengan lo kayak gini, secara ga langsung lo nyakitin Aleta dan ngasih harapan ke Lavina. Mereka berdua sahabat gue, gue gamau mereka salah paham dan pecah karena lo doang"
"kapan gue mecah mereka, Rel? kapan? Inget Rel yang tahu rahasia ini cuma kita berdua, Lavina juga udah tau soal ini. jadi lo gaperlu khawatir ada yang terluka" jawab Andra santai seolah keputusannya untuk mempertahankan tanpa memutuskan pilihan terakhirnya adalah benar
"Aleta yang bakal terluka, Ndra. Dia pure percaya sama lo, dari awal sejak lo bohong tentang hubungan lo sama Lavina sampai kemarin saat lo nyalahin Aleta karena ninggalin Lavina sendiri di apartemennya" tegas Farel yang mulai kesal pada jawaban jawaban yang Andra ucapkan
"gue gapernah nyalahin Aleta" jawab Andra yang mulai acuh pada pernyataan pernyataan yang Farel lontarkan. Memang semuanya benar, namun Andra merasa ia sama sekali tak menyakiti hati siapapun termasuk Aleta.
"you did. Lo telepon Aleta cuma buat nanya keadaan Lavina tanpa lo pikir keadaan Aleta gimana saat itu, dan lo juga kan yang ngejemput Lavina di apartemen malam itu" ucap Farel membongkar semuanya tanpa tahu bahwa Aleta berada tepat dibelakangnya
"Aleta" gumam Andra saat melihat Aleta yang sedang mengusap matanya yang telah berkaca kaca
Aleta yang mematung di belakang Farel langsung menaruh minumannya di atas meja dan pergi ke belakang. Farel yang tanpa sadar mengucapkan semuanya langsung membuang mukanya mencoba menyembunyikan rasa bersalahnya karena membongkar suatu hal yang belum ada kejelasannya.
•••••
Di Taman, Bella menghampiri kawan kawannya sambil membawa minuman dan cemilan untuk mereka nikmati bersama.
"Nih, minumannya" ucap Bella memberikan satu persatu minumannya lalu duduk disamping Thania
"Seger nih kayaknya" ucap Thania yang mulai menyeruput jus jeruknya
"wah parah, ini cookies enak banget. selera gue ini" seru Zea yang melahap cookiesnya dengan tangan yang penuh
"Heh Zea, kalau makan tuu yang sabar jangan semuanya lo embat. rakus lo, keselek aja baru tau rasa" timpal Dhita. Zea hanya melirik Dhita tak peduli lalu kembali melahap chocolate cookies itu.
lalu Dhita menyadari bahwa Lavina hanya termenung menatap gelasnya sambil mengaduk aduk jus itu.
"Lavina, lo kenapa?" tanya Dhita penasaran
"eh? gue gapapa kok. Aleta dimana?" ujar Lavina
"Bel, Aleta masih di dapur?" tanya Davina pada Bella
"Aleta lagi nganterin minuman buat Farel sama Andra, sebentar lagi juga dia nyusul" jawab Bella, beberapa saat kemudian "nah tuh dia" lanjutnya saat melihat Aleta berjalan menuju arah mereka
Sesampainya di taman, Aleta mendudukan dirinya di samping Bella. Ia menatap Lavina sebentar lalu mengalihkan pandangannya dan membuang nafasnya kasar.
"Al, Lo gapapa?" tanya Bella
Aleta mengangguk, "i'm good" lalu ia tersenyum
"gue kira lo galau karena Andra ada disini" sahut Bella pelan
"kenapa Bel?" tanya Aleta
"gapapa Al" sahut Bella lalu menyeruput minumannya
"Ale, Ale. gue mau kasih ulasan. ini cookies enak banget, parah sih. pokoknya gue mau bawa nih cookis kalo balik, selera gue banget soalnya"
"Semua aja selera lo, Ze" timpal Dhita lagi dan lagi
"Lo ada masalah apa sih sama gue, komen mulu" kesal Zea
Aleta dan Bella hanya tertawa melihat tingkah mereka yang seperti adaptasi dari cerita tom and jerry.
"Tenang, Ze. gue bakal packing in cookies nya buat lo bawa balik nanti, asal dihabisin" tawar Aleta yang masih tertawa
"Siap, Al. bawain yang banyak, ya"
"udah minta nawar lagi" gumam Dhita sambil menggigit cookiesnya.