Chereads / Keajaiban untuk Hati / Chapter 120 - Menerima tanpa Memberi

Chapter 120 - Menerima tanpa Memberi

Di antara diam yang tenang, aku tidak sengaja memalingkan wajah ke arah Ryan yang duduk di antara aku dan Hanan, dan malah terpaku karenanya.

Ryan tengah memejamkan mata, mengangkat wajah menghadap ke arah timur saat mentari mulai meninggi.

Ketika melihatnya dalam keadaan seperti itu, Ryan terlihat berbeda. Dia bukan seseorang yang tidak memiliki kekhawatiran atau kecemasan seperti dugaanku.

Ada begitu banyak penderitaan yang tersembunyi dari wajahnya, yang tidak pernah kusadari. Entah bagaimana, aku peka dengan kesedihan Hanan, tapi sangat buta pada luka Ryan, laki-laki yang aku cintai.

Ryan memikul beban berat dan berusaha bersahabat dengan semua itu. Aku baru menyadari Ryan menyimpan kesedihan yang terkubur dalam hatinya.

Satu hal yang juga baru aku sadari, ketika bersamanya aku hanya menerima begitu banyak tanpa pernah memberi.

Dia mendapatiku sedang menatapnya sesaat setelah kembali membuka matanya. Aku hanya tersenyum tipis dan perlahan memalingkan wajah.

"When you looked at Ryan, I almost misunderstood that you're in love with him", ucap Hanan tiba-tiba.

"Hah...", ucapku berbarengan dengan Ryan lalu kami saling melirik.

"But, ya, I do love you, and it's such a deep feeling that could kill me inside", ucapku lalu tersenyum pada Ryan untuk menyamarkan fakta yang keluar dari mulut Hanan.

Ryan terdiam selama beberapa detik karena aku tidak hanya mengatakannya, tapi juga menatap matanya ketika mengatakan itu. Aku benar-benar menyamarkan pengakuan seperti candaan. Tapi, Ryan malah menanggapiku dengan caranya; mendorong keningku dengan jari tengah dan telunjuk yang disatukan.

"Huft, kapan Ara bisa serius dan berubah jadi dewasa?", ucap Ryan.

"Love, love, love, love you, really really you", ucapku setengah bernyanyi seraya membentuk hati dengan telunjuk dan ibu jari dan mengarahkan pada Ryan.

Hanan hanya tertawa melihatku menggoda Ryan, sedangkan Ryan hanya diam sambil menarik nafas dalam mencoba menenangkan jiwanya yang mungkin kesal.

Aku berhenti menggoda Ryan, lalu duduk dalam diam yang terasa nyaman. Sesekali ombak membasahi kami sebelum tiba-tiba satu ombak yang cukup kuat menghantam dan membuat kami basah kuyup karena tidak sempat menghindar. Sedetik kemudian, kami malah tertawa lepas dan kembali ke villa.

Entah bagaimana, hari itu aku juga menjadi lebih nyaman di sekitar Hanan dan mengubah persepsiku tentangnya. Ketika bersama Ryan, Hanan benar-benar hidup dan jauh dari kesan kaku dan membosankan.