Pukul 5.15 PM
kedua asisten chef kembali ke dapur sesuai janji mereka. Aksi keduanya terlihat seperti chef profesional. Mereka lebih mengagumkan ketika bergelut di dapur.
Mungkin aku tidak akan pernah mendapatkan pengalaman ini jika tidak memberanikan diri melibatkan mereka.
Peristiwa seperti ini biasanya tidak terulang untuk kedua kalinya dan belum tentu terjadi jika menghabiskan liburan di tempat lain.
Om Sofyan mengiris ikan ketika Uncle Mikail bergelut dengan bawang dan bumbu lainnya. Uncle berencana memasak ikan asam pedas, sebagian lagi di grill. Lalu, Om Sofyan beralih pekerjaan dan mulai mempreteli seafood lain, membumbuinya, dan memanggangnya.
Mereka melakukan tugasnya dengan baik dan sebenarnya aku tidak banyak berkontribusi. Aku hanya membiarkan mereka berkreasi sebebas-bebasnya.
Tugasku hanya meracik bumbu kecap dan sambal untuk udang dan ikan panggang. Sebelumnya, aku meletakkan panci berisi kuah kepiting di atas kompor.
Selanjutnya aku membuat puding coklat sebagai hidangan penutup, lalu meletakkan dalam cetakan setelah agak dingin. Kedua chef utama, mereka masih disibukkan dengan plating.
Benar-benar tidak banyak yang harus aku lakukan karena mereka tidak hanya sangat profesional dalam mengolah makanan, tapi juga ahli dalam urusan plating.
Aku hanya mengamati mereka yang terlihat sibuk dan bersemangat. Tiba-tiba aku ingat, belum menyiapkan minuman. Aku menyeduh teh untuk membuat lemon tea.
Pada akhirnya, pekerjaan kami tuntas usai bergelut di dapur selama hampir dua jam. Selanjutnya, tinggal dihidangkan di atas meja.
"Chef, terimakasih banyak untuk hari ini", ucapku setelah menyelesaikan misi, lalu kembali ke kamar.
Ketika melewati ruang tengah, aku melihat bayangan Tante Lusi dan Aunty Meera yang berjalan mendekati daerah terlarang, area dapur.
Seharusnya ini tidak boleh terjadi, Uncle Mikail dan Om Sofyan harus berhati-hati agar tidak dicurigai oleh istri mereka agar kejutan yang mereka siapkan bisa sukses.
"Ada nampak Om Sofyan ?", tanya Tante Lusi.
"Ehm, Om Sofyan dan Uncle Mikail belum pulang", jawabku tanpa ekspresi.
Aku tidak seharusnya bangga, tapi aku mahir, benar-benar mahir berbohong.
Mereka terlihat bingung karena tidak tahu keberadaan sang suami. Mereka sama sekali tidak menyadari bahwa Om Sofyan dan Uncle Mikail berada di dapur sejak tadi.
Aku juga tidak berniat memberi tahu mereka; membiarkan mereka kebingungan dalam pencarian menjadi pilihanku.