Chereads / Keajaiban untuk Hati / Chapter 111 - Nostalgia Uncle Mikail

Chapter 111 - Nostalgia Uncle Mikail

Mereka sudah menghilang dari meja makan ketika aku kembali. Aku beranjak ke dapur menemui Aunty yang sedang mencuci beras untuk makan malam. Lalu, aku memintanya memberikan beras itu padaku.

"Aunty, nak rasa tak nasi lemak ala Aceh ?", ucapku yang mencoba menggunakan bahasa melayu.

"Ara boleh ke masak nasi lemak ?", tanyanya.

Aku mengangguk meski tidak terlalu berani menjamin tentang rasa. Sebenarnya tidak tepat menyajikan nasi gurih untuk makan malam yang biasa disajikan sebagai menu sarapan. Tapi aku hanya merindukan rasa nasi gurih buatan bunda.

Aku memintanya meninggalkan dapur dengan sopan. Aunty Meera pun tidak keberatan karena kami hanya perlu memasak nasi, sisanya telah dipesan dari restoran.

Tidak lama kemudian, Uncle Mikail dan Om Sofyan memasuki dapur dengan menenteng beberapa jenis ikan laut, udang, cumi-cumi, kepiting, dan lobster yang telah dibersihkan.

Sebelumnya aku berpikir mereka telah memesan makanan siap saji dari restoran, ternyata tidak.

"Malam ini Ara yang jadi chef dan dibutuhkan dua assistants, Om dan Uncle berminat ke tidak?", ucapku yang membuat mereka spontan saling lirik.

"Kalau gak bersedia, Ara juga gak maksa", ucapku dengan nada memelas.

"Siapa kata tak bersedia, Om oke", jawabnya lalu melirik sahabatnya.

"Uncle pun oke ja, semacam teringin juga nak masuk dapur", sahut Uncle Mikail.

Uncle Mikail memamerkan keahliannya dalam meracik makanan lezat karena sudah terbiasa melakukannya ketika masih kuliah di luar negeri. Meski awalnya semua itu dilakukan dengan terpaksa karena kesulitan mencari makanan halal.

Pada akhirnya, memasak berubah menjadi kebiasaan hingga menjadi keahliannya.

Uncle merasa lega karena lupa memesan makanan untuk makan malam dari restoran langganan favoritnya. Jika tidak, kesempatan untuk bernostalgia akan masa kuliahnya tidak akan pernah terjadi.

"Nasib baik terlupa order makanan dekat restoran", ucap Uncle Mikail.

Mereka kembali ke kamar masing-masing untuk menunaikan kewajibannya sebagai makhluk Tuhan.

Sambil menunggu mereka kembali, aku menyiapkan bumbu nasi gurih, lalu menghidupkan rice cooker.