Setelah tidur dengan puas, aku memutuskan untuk bangun. Sebenarnya bangun karena lapar akibat belum mengisi perut dengan makanan berat. Ice cream dan makanan ringan hanya membuatku kenyang sesaat.
"Dekat rumah tidur, dekat villa pun nak tidur ?", ucap Hanan yang duduk di salah satu kursi yang dekat dengan ayunan.
Dia tidak sendiri, Hani, Anne, Bella, dan Ryan juga duduk di lingkaran kursi yang sama. Mereka terlihat baik-baik saja, ini menjadi pertanda baik atau buruk?
Aku tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan itu.
"Ara tidur nyenyak sangat, sampai tak perasan kita orang ada dekat sini", ucap Anne.
"Ara memang macam tu, dari kecik lagi boleh tidur dekat mana-mana dan jangan harap senang nak kejutkan", jelas Ryan membongkar strange habbit-ku.
Mereka menertawakanku, padahal itu sama sekali tidak lucu. Persepsi kami tentang liburan sedikit berbeda.
Bagi mereka menghabiskan waktu untuk tidur di tempat liburan sama dengan bukan liburan. Untukku berbeda, tidur di alam terbuka adalah waktu penyembuhan yang berharga. Hal itu merupakan sebagian dari proses rileksasi.
Aku tidak menanggapi mereka dengan perdebatan panjang tentang makna liburan karena rasa lapar lebih butuh ditanggapi.