Chereads / Keajaiban untuk Hati / Chapter 107 - Memejamkan Mata dengan Tenang

Chapter 107 - Memejamkan Mata dengan Tenang

Sesampai villa, kami mengangkut semua barang belanjaan ke dapur. Aku meninggalkan semua barang di dapur tanpa menyusunnya terlebih dahulu karena sudah pukul 2 pm.

Aku langsung bergegas untuk shalat dzuhur, efek terlalu asik makan ice cream sampai lupa waktu.

Aku kembali ke dapur setelah itu untuk membereskan barang belanjaan yang belum diletakkan pada tempat yang semestinya. Tapi urung, Harraz sudah hampir menyelesaikan pekerjaan itu.

Aku memutuskan untuk tidak membantunya karena pekerjaan yang sudah dimulai seorang diri harus diselesaikan sendiri hingga akhir.

Aku mengambil beberapa makanan ringan, lalu meninggalkannya di dapur. Tidak lama dia menyusul ke ruang tengah, yang merupakan tempat untuk berkumpul. Dia membawakan dua gelas berisi orange juice dingin dan meletakkannya di atas meja.

"Thank you", ucapku seraya meraih gelas.

"Jangan perasan sangat!", jawabnya, lalu merebut makanan ringan dariku.

Dia menyusul keluarganya yang masih asik di pantai dengan membawa makanan ringanku. Sedangkan aku memilih tetap bertahan di villa seorang diri.

Seperti biasa, suasana sangat mendukung untuk memejamkan mata dengan tenang. Aku keluar, berbaring di ayunan yang terbuat dari rajutan tali yang menggantung di bawah pohon yang ada di belakang villa.

Angin membelai lembut, membuatku semakin terlelap. Suara ombak yang menyapu bibir pantai seperti irama yang membuatku merasa bebas.

Suara lalu lalang kendaraan tersamarkan oleh deburan ombak, sehingga semua seakan alami. Sesekali matahari mengintip melalui celah-celah daun yang bergerak karena tiupan angin, yang memaksaku memalingkan wajah.

Aku memilih menutup wajah dengan sehelai kain tipis, sesaat kemudian aku tepikan karena kesulitan menghirup udara pantai yang segar.

Aku tidur cukup lama, rasanya seperti meninggalkan kekacauan dunia untuk sesaat.

Suara Tante Lusi mengejutkanku dari tidur yang lelap. Ah, mimpiku berakhir karena mereka terus memanggil namaku.

"Ya Allah, di sini rupanya. Tante pikir hilang ke mana", ucapnya yang sempat panik karena tidak menemukanku di dalam villa.

"Ara lanjut tidur lagi ya Tan, ngantuk", sahutku dengan mata yang masih setengah terpejam.

Setelah menemukanku, mereka kembali ke dalam villa. Aku kembali melanjutkan tidur. Memejamkan mata dalam suasana seperti ini sudah cukup membayar waktu tidur yang selama ini terpaksa dialihkan untuk membuat laporan dan sejenisnya.

Kesempatan seperti ini harus dimanfaatkan untuk tidur sepuasnya sebelum melanjutkan pendidikan magister. Sebelum kembali pada rutinitas yang menguras waktu tidur tanpa ampun.