Harraz muncul pada waktu yang tidak tepat. Seharusnya dia datang lebih cepat atau setelahnya, sehingga tidak terjebak bersamaku. Aku merasa bersalah padanya karena terpaksa menemaniku membeli perlengkapan dapur.
Jika tidak terjebak denganku, mungkin sekarang dia sedang mikmati makan siang bersama keluarganya. Tapi karena wajahnya tidak menunjukkan reaksi keberatan, aku tidak terlalu sungkan pergi dengannya.
Kami langsung pergi ke minimarket yang tidak jauh dari villa, sehingga tidak butuh waktu lama untuk sampai di tempat tujuan. Sebelum keluar dari mobil, Harraz menutupi wajahnya dengan masker hitam.
Aku melirik aneh padanya, tapi dia hanya membiarkanku dan pemikiranku tanpa tanggapan atau pembelaan diri.
Tapi apapun itu, kehadiran Harraz sangat membantu karena kemahirannya berkomunikasi dalam bahasa Thai. Selain itu, dia adalah pendorong troli yang setia dan tanpa keluhan.
Ketika bersama Harraz, aku bisa bersikap lebih santai sebagai teman. Mungkin karena kesamaan umur dan sikapnya yang jauh berbeda dibandingkan dengan Hanan.
Dia juga memiliki selera humor yang bagus dan sangat baik dalam mencairkan suasana, sehingga tidak terasa membosankan ketika dia berada di sekitar.
Daftar bahan dapur, semuanya sudah check list. Semua pesanan Aunty Meera sudah dalam troli dan siap menuju kasir.
Tiba-tiba mataku tidak sengaja menangkap beberapa jenis coklat yang dari jauh sudah menggoda. Godaan coklat memang tidak tertahankan, aku mengambil beberapa untuk persediaan cemilan.
"Amboi, siapa nak habiskan semua chocolate ni ?", tanyanya yang ternyata mengikutiku dari belakang.
Aku hanya tersenyum dan mengangkat alis sekaligus menggerakkan bahu, uniknya dia mengikuti gerakan yang sama seakan bisa membaca bagaimana reaksiku setelah mendengar pertanyaannya.
Harraz mengalihkan pandangan ke rak coklat yang bertengger rapi. Kemudian, mengambil beberapa coklat lain, beberapa tambahan snackĀ dan makanan ringan lainnya.
Dua troli penuh, padahal pesanan ibunya tidak sampai satu troli. Sebelum ke kasir, aku menyempatkan diri mengambil satu kemasan hot chocolate.
"Amboi, ada apa-apa lagi tak ?", tanyanya lalu tertawa.
Aku menggeleng dengan yakin dan mengantri di kasir, sedangkan dia masih belum berhenti tertawa.
Aku tidak pernah tahu belanja bersama bisa menjadi aktivitas yang menyenangkan. Atau, kegiatan itu hanya menyenangkan jika dilakukan bersama dengan orang yang juga menyenangkan.