Chereads / Keajaiban untuk Hati / Chapter 95 - Hari-Hari yang Melelahkan

Chapter 95 - Hari-Hari yang Melelahkan

Harraz pergi setelah mendapatkan panggilan telpon. Orangtua mereka juga keluar tidak lama setelah itu. Sedangkan, aku tidak bisa kemana-mana dan harus tertahan bersama manusia paling menyebalkan.

Keadaan ini sedikit tertolong dengan kehadiran Hani, jadi Hanan tidak bisa sembarangan memperlakukanku sesuka hati.

Hani mengajaknya untuk latihan berjalan dan tidak bermalas-malasan supaya kondisinya lebih cepat membaik. Tapi, Hanan tidak menggubris ajakan adiknya.

Semua perkataan adiknya seperti angin lalu yang terabaikan. Dia malah asik dengan siaran berita di televisi. Meski kesal dengan reaksi dingin kakaknya, Hani tidak menyerah. Hani menarik lengannya, tapi manusia itu masih kokoh di tempat duduknya.

"Apasal along pemalas sangat, nak pulih ke tidak ?", omelnya yang mulai menyerah.

Dia tersenyum setelah adiknya menyerah. Kelakuannya mencurigakan, aku mulai berpikir dia tidak benar-benar terluka.

Hampir tidak mungkin seseorang yang terluka tidak melakukan usaha apapun untuk sembuh. Setidaknya dia harus belajar berjalan di pagi hari atau kegiatan lain untuk melatih otot kakinya.

Aku menarik remote televisi dari tangannya dan menekan tombol off. Dia hanya membiarkanku dan sama sekali tidak merespon.

Kemudian, dia meraih handphone dan mulai menyibukkan diri dengan gadget-nya itu. Aku tidak punya pilihan selain mengambil handphone dari tangannya.

Kali ini dia menatapku dengan tangan yang masih menggantung di udara.

"You should practice right now!", ucapku dengan nada memerintah.

Akhirnya dia bangkit dari tempat duduk dan memulai latihan. Setelah setengah jam belajar berjalan tanpa bantuan tongkat, dia menyerah. Wajahnya yang mulai memerah menunjukkan latihan hari ini lebih dari cukup. Setelah itu, aku mengembalikan tongkatnya.

Aku terbebas dan bisa meninggalkan rumahnya setelah latihan usai. Meski dibebaskan dengan satu alasan, yaitu packing.

Aku tetap senang menyudahi hari yang sulit dilewati ini. Semua hari menjadi melelahkan jika dilalui bersamanya, waktu berhargaku seperti terbuang tanpa makna.

Akhir-akhir ini hidupku mulai terasa sangat sulit untuk dijalani. Ada saja yang membuat aku ingin mengakhiri dan meninggalkan semuanya.

Pada akhirnya, aku sadar hidup bagai roda yang terus berputar. Mungkin aku akan melalui kesulitan, lalu bangkit dan bertahan atau sebaliknya.