Matahari kembali menyapa melalui cahaya yang menghangatkan manusia yang akan memulai aktivitas. Hari ini tidak ada sesuatu yang istimewa, aku hanya melakukan rutinitas biasa. Berbeda dengan Mak Mah dan Pak Ali yang pagi-pagi sekali sudah berangkat ke Sabah, kampung halaman mereka.
Ketidakhadiran mereka sangat mempengaruhi keselarasan dalam keluarga ini, terutama Tante Lusi yang hampir selalu diantar oleh Pak Ali ke tempat tujuan. Tanpa kehadirannya, Tante Lusi mungkin akan kesulitan. Kepergian mereka hanya 3-4 hari, tapi ia sudah kerepotan sejak pagi.
"Abang, saya perlukan driver baru hari ini", ucapnya pada Om Sofyan.
"Apa masalahnya, abang kan ada", jawabnya.
Sebelum berangkat ke restoran diantar oleh Om Sofyan, ia terlebih dahulu mengingatkanku untuk packing.
Ryan juga sudah pergi ke rumah sakit setelah mengambil sehelai roti selai strawberry. Semua orang telah pergi, kemudian aku juga meninggalkan rumah.
Ada janji yang harus aku tepati, tanggungjawab yang tidak bisa kulupakan.
Tadi shubuh, Hanan juga telah meninggalkan voice note yang berisi peringatan. Dia memintaku datang lebih cepat ke rumahnya dan sarapan di sana.
Aku selalu melihat pertunjukan yang sama sekali tidak berubah setiap hari. Dia tetap setia menungguku di teras depan. Kelakuannya terkadang sangat kekanak-kanakan.
Seharusnya dia tidak menunggu di depan rumah, jika pun ingin menunggu bisa saja menunggu di dalam. Sehingga tidak terlalu jelas dan menarik perhatian orang lain.
Mungkin seperti itulah Hanan, punya cara sendiri untuk mengekspresikan sesuatu. Meskipun itu sedikit berlebihan dan agak memalukan, tapi aku mencoba memakluminya.
"Saya suka perempuan yang menepati masa", pujinya karena aku datang tepat waktu.
Setelah itu, kami bergerak ke ruang makan. Semua anggota keluarganya berkumpul di sana. Aku kaget dengan kehadiran Harraz yang ikut bergabung. Dia melemparkan senyuman bersahabat ketika menyadari kehadiran kami.
"Kak, kenalkan ini lah Angah", Ucap Hani sambil menunjuk Harraz.
Ah, manusia dan semua tipu muslihatnya tidak bisa dipercaya. Aku baru menyadari kebohongan mereka setelah mendengar ucapan Hani. Bagaimana bisa dia memperkenalkan adiknya sebagai asisten pribadi, bukankah itu keterlaluan.