Chereads / Keajaiban untuk Hati / Chapter 80 - Mata Pisau yang Mengarah Padaku

Chapter 80 - Mata Pisau yang Mengarah Padaku

Dia lebih mencintai berkas yang memuakkan itu daripada meluangkan waktu untuk berlibur. Menurutnya, liburan sama dengan menyia-nyiakan waktu berharga yang seharusnya digunakan untuk menuntaskan sejumlah proposal dan business plan sebelum deadline.

Sebenarnya kesuksesan tidak selalu tentang kerja keras. Kerja keras dan sikap pantang menyerah hanya salah satu kunci sukses.

Kesuksesan membutuhkan jeda, mengambil nafas, lalu menikmati pencapaian itu dengan nyaman dan damai sebelum merencanakan kesuksesan baru.

Kesuksesan sesungguhnya adalah ketika pencapaianmu tidak hanya menghadirkan senyum di wajahmu, tetapi juga orang lain.

"En. Hanan Mikail, you aren't a machine. Spending time with your family is a good idea as you need some fresh air before starting your work", ucapku.

Seluruh mata menatapku, mungkin ada yang salah dengan perkataanku, tapi sudah terlanjur terjadi. Aku tidak bisa menarik kembali semua ucapan dan perbuatanku.

Selain itu, kalimat yang belum tuntas lebih baik dituntaskan. Kita harus melakukan sesuatu hingga akhir, tidak boleh setengah-setengah.

"Jadi workarholic boleh, tapi jangan lupa bahagia!", lanjutku.

Perkataanku sepertinya tepat sasaran. Dia bereaksi dengan cepat, seketika mengangkat wajah dan melongo ke arahku.

Ekspresi yang tergambar di wajahnya sungguh tidak pasti, antara keheranan atau kebingungan.

Kemudian, dia tidak lagi fokus pada makanan. Sendok dan garpu menggantung di tangan, lalu meletakkan keduanya di piring.

"Ok, boleh. Apa kata kalau Ara ikut sekali. Ara pun bukan robot, kan ?", sahutnya yang membalikkan perkataanku sedetik kemudian.

Selalu saja berakhir seperti ini. Jika dihadapkan padanya, perkataanku selalu menjadi boomerang untuk diriku sendiri. Dia terlalu jeli membaca keadaan, tidak mengherankan jika dia sedikit menakutkan.

"Ara dan Hani pun tak ada beza, masih budak-budak juga yang perlukan refreshing", lanjutnya.

"Tau pun budak-budak, so stop give her hard time", bela Aunty Meera.

"Ehm…", jawabku spontan mengiyakan pendapatnya.

"Yang itu Hani memang setuju, Along tak baik tau susahkan kak Ara. Tapi kan betul juga kata along, lagi best kalau kak Ara join kita orang. Nanti Angah juga boleh join sekali", ucap Hani bersemangat.

Dia tersenyum mendengar perkataan adiknya. Perkataan Hani kembali membuat mata pisau mengarah padaku. Hanan menggerakkan sendok dan garpu sebagai isyarat menyetujui ucapan adiknya. Sungguh, manusia yang satu ini selalu cerdas membalikkan keadaan.