Aku melirik jam yang melingkari pergelengan tangan kiriku, sudah pukul 2 PM. Sudah terlambat untuk pergi ke rumah Hanan, tapi jika tidak ke sana dia akan menudingku tidak bertanggungjawab dan ingkar janji.
Aku memutuskan untuk menghubunginya..
"Sorry for being late", tulisku melalui WhatsApp.
"I've many things to settle at Restaurant", lanjutku.
"It's OK. Take it easy, you can come after finishing your work", balasnya.
Amazing.
Perubahan drastis yang signifikan dalam semalam. Entah apa yang merasukinya, tiba-tiba menjadi anak baik yang patut diberi penghargaan.
Aku meluncur ke sana setelah memesan makanan yang biasa dipesan oleh Hanan; sebagai hadiah untuk anak manis.
_____________
Aku dikejutkan dengan kehadiran Bella yang tengah berbincang ringan dengan ibu Hanan di ruang tamu. Reaksi Bella juga tidak jauh berbeda denganku.
"Ara, jemput duduk", sapa ibunya begitu melihatku.
Aunty Meera memperkenalkan Bella padaku, begitu juga sebaliknya. Aku agak canggung dengan situasi ini setelah mendengar pengakuan Bella.
Tentu saja, kehadiranku akan menjadi pertanyaan dan boomerang yang akan membunuhku sewaktu-waktu; tidak berdaya ketika arus deras menyeret dan menenggelamkanku menuju samudera.
"We have known each other, Aunty", ucap Bella dan aku mengangguk.
"Elok lah kalau macam tu", jawab Aunty Meera sambil tersenyum.
Arus membawaku semakin jauh, menghanyutkan tanpa perlawanan.
Kekacauan ini tidak dapat diluruskan dengan penjelasan; aku tidak menemukan alasan, sehingga kehadiranku berubah menjadi kecanggungan yang sulit diatasi.
Aku semakin merasa bersalah dan menyesal datang pada waktu yang tidak tepat karena Bella pamit tidak lama setelah kedatanganku.
Reaksi Bella jauh berbeda, dia hanya agak kaget pada awalnya, kemudian kembali bersikap normal.
Tidak ada perubahan drastis dari wajahnya. Dia juga masih bersikap baik dan sama sekali tidak menunjukkan kecanggungan.
"Aunty, Hanan mana ?", tanyaku usai kepergiannya.
"Hanan ada dekat bilik lagi buat kerja", sahutnya.
Bella ada benarnya, Hanan adalah workarholic yang melupakan semesta dan seisinya saat berkecimpuk dengan pekerjaan, bahkan Aunty Meera mengakui sekaligus mengeluhkan hal itu; kecintaan Hanan terhadap pekerjaan membuatnya memisahkan diri dari dunia luar.
"Jom, ikut aunty!", ajaknya kemudian.
__________________
__________________