Setelah mendengar cerita Bella, aku merasa lega karena beberapa alasan.
Meski Ryan tidak tertarik padaku, masih ada kesempatan dan kemungkinan untuk mengubah hatinya.
Selama ini aku terus berpikir bahwa seseorang telah memiliki hatinya, sehingga aku pernah dan sempat ingin menyerah.
Ryan belum berubah, sejak dulu yang terpenting baginya adalah kualitas, bukan kuantitas, begitu juga dengan pertemanan.
Tidak mengherankan jika dia memberi batas pada orang lain karena sudah merasa cukup dengan kehadiran Hanan sebagai sahabatnya.
Cerita Bella tentang Ryan sama sekali tidak mengejutkanku, tapi karakter Hanan versi-nya berbanding terbalik dari penilaianku; Hanan tidak pendiam, tapi super-cerewet; tidak selalu sibuk dengan pekerjaan, tapi memiliki banyak waktu luang untuk mengusik ketenanganku.
Dia tidak pernah mengabaikanku sebagai seorang perempuan, apalagi menderita philophobia alias fobia cinta atau alergi cinta. Menurutku, Hanan bak cassanova yang tanpa beban menyebut orang asing sebagai "future wife".