Aku mulai bosan dengan aktivitas restoran, tidak ada hal baru yang bisa dipelajari.
Berbeda dengan kegiatan penelitian yang disertai berbagai tantangan dan pengetahuan baru; aku menyukai perubahan warna larutan, aku menyukai senyawa baru yang berhasil disintesis dari logam transisi dan metabolit sekunder yang berasal dari tumbuhan tertentu sebagai antibacterial dan anticancer.
I really enjoy playing around with chemistry yang mungkin bagi sebagian orang terdengar menakutkan.
Di tengah kebosanan akut, Bella mendatangiku yang tengah melakukan pemeriksaan stock bahan baku di ruang penyimpanan. Aku memberi kode untuk menunggu sebentar karena harus menyelesaikan pekerjaan sebelum menemuinya yang ingin ditemani makan.
Ah, mengapa ada begitu banyak orang yang merasa kesepian di dunia ini ?
"What's happen with your forehead ?", tanyanya begitu aku duduk.
"There was a small accident yesterday", jawabku.
"Two days ago, I saw Rebecca kept her eyes on you. Ara, you must be very careful with her. She is dangerous psychopath", ucapnya.
"Rebecca ?", tanyaku penasaran.
Menurutnya, kemungkinan besar Rebecca Swan adalah pelaku kecelakaan kemarin.
Bella, Ryan, dan Hanan adalah alumni dari SMA yang sama, Rebecca juga merupakan bagian dari mereka.
Setelah lulus, Ryan dan Hanan melanjutkan kuliah di Cambridge, Bella memilih Manchester University, sedangkan Rebecca melanjutkan kuliah di salah satu universitas Amerika.
Meski begitu, Rebecca akan selalu kembali ke Inggris saat liburan; mengikuti Ryan dan mengawasinya dari jauh.
Rebecca sangat menyukai Ryan sejak SMA, rasa suka itu berubah menjadi obsesi, bahkan dia sangat tidak menyukai Hanan yang selalu menempel pada Ryan.
Sekarang mungkin saja dia mulai menargetkanku karena dianggap sebagai orang baru yang mencoba mencuri perhatian Ryan.
Selama ini dia terus mengikuti Ryan dan memantau aktivitasnya. Ryan tidak mengambil tindakan hukum karena Rebecca kebal hukum atau sejenisnya. Selain itu, dia tidak pernah mengusik atau merusak kehidupan pribadi Ryan; tidak pernah menyakitinya ataupun keluarganya.
Dia tidak akan menyakiti siapapun selama Ryan tidak tertarik pada seseorang. Tapi akan berbeda jika ada seseorang yang menyita waktu dan perhatian Ryan, terutama perempuan, dia akan marah. Dia juga tidak akan memaafkan orang yang membuat Ryan sedih atau marah.
Sebenarnya, Rebecca bertindak sebagai fan fanatic yang akan marah jika Ryan mulai memikirkan seseorang.
Selama ini semua baik-baik saja karena tidak ada yang membuat Ryan begitu takhluk.
Ryan tidak pernah tertarik pada siapapun, sehingga dia menganggap penolakan Ryan terhadapnya sebagai kewajaran. Tapi ketika ada seseorang yang membuat Ryan tertarik, hal itu akan menyinggungnya.
"So, Rebecca is not a real psychopath, but Ryan's fan ?", tanyaku.
"Yups, a big fan actually. Rebecca may be misunderstanding about your relationship with Ryan. Who's know ?", ucapnya.
She may be found out that I'm in love with Ryan even I'm not his cousin.
Meski begitu, aku tidak yakin Rebecca adalah sang pelaku. Kejadian itu tidak sepenuhnya adalah kesalahan pengemudi.
Saat itu aku terlalu sibuk memainkan handphone mencoba menghubungi Ryan, sehingga tidak menyadari sekitar karena dia terus mengabaikan panggilanku.
Hari itu aku melupakan kemungkinan Ryan sedang berada di ruang operasi dan tidak dapat menjawab panggilan dariku.
Aku tidak ingin khawatir atau memperpanjang masalah. Jika pun benar, Rebecca yang sengaja mencoba melukaiku, dia akan segera berhenti karena bukan aku orang yang dicintai oleh Ryan.
Keacuhanku tidak berguna karena Bella terus menyeretku ke dalam cerita baru yang tidak ingin kuketahui dan melibatkanku lebih jauh ke dalam teka-teki itu.
Seharusnya dia tidak semudah itu terbuka pada orang asing sepertiku.
"You may don't know about gossip which spred widely during our high school period and became more widespread after graduation", ucap Bella.
"Gossip ?", ucapku seperti bertanya.
"Rebecca and other many people thought they're gay", lanjutnya.
"Did you meant Ryan and Hanan ?", ucapku sambil tertawa tidak percaya.
"Absolutely, I knew that was fake news which most students believed it was true because they lived together and had no interest with women", jelasnya.
"Why you're quite sure that they're not ?", tanyaku usil.
_________________
_________________