Bab 18: Akhir dari segalanya! Setiap pertemuan pasti ada perpisahan.
Satu tahun sudah berlalu, Rich dan Nara sudah memulai kehidupan mereka masing-masing. Rich sering bertemu dengan Nara di kantor FBI dan sesekali memberikan senyuman kepada Nara namun sayangnya sejak berpisah, Nara bersikap dingin terhadap Rich. Sesuai dengan Peraturan di keluarga Collingwood, jika Rich dan Nara berpisah maka semua properti yang dimiliki Rich sejak menikah akan menjadi milik Nara, itu adalah resiko. Oleh karena itu Nara sekarang tinggal di Collingwood mansion sedangkan Rich menjadikan ruangan nya di kantor FBI sebagai apartemennya.
Hubungan Rich dan kedua orang tuanya pun mulai merenggang. Kedua orang tua Rich dan Nara tak setuju dengan keputusan mereka untuk berpisah. Bahkan Rich belum mempunyai keberanian untuk bertemu dengan mereka.
Rich lebih aktif di FBI dan mulai jarang berkumpul dengan teman-teman komplotan mafianya. Hubungan Nara dan Gisel pun mulai ada jarak.
Nara duduk di balkon kamarnya dengan segelas coklat panas dan sepiring kentang goreng. Pikirkan nya masih terhenti di arena parkir mobil setahun yang lalu. Entah kenapa dia tidak bisa menghapus ingatan itu di pikirannya.
"Kenapa aku gak bisa melupakan kejadian itu?" Gerutu Nara.
Nara meneguk coklat panasnya lalu memainkan ponselnya sampai tiba-tiba pelayan rumahnya datang.
"Maaf nyonya" kata pelayan.
"Ada apa?" Tanya Nara.
"Tuan Rich datang" jawab pelayan itu.
"Terus? Biarkan dia. Saya tidak punya alasan untuk bertemu dengannya" perintah Nara.
"Tapi, tuan Rich ingin bertemu dengan nyonya!" Kata pelayan.
"Saya tidak mau!" Jawab Nara.
"Baiklah nyonya, akan saya sampaikan" pelayan itu keluar dari kamar Nara.
"Dasar mengganggu!" Gerutu Nara.
Tiba-tiba seseorang masuk begitu saja ke kamar Nara. Pria itu memakai celana jeans baju kaus berwarna putih yang dibalut dengan jaket warna Aqua tanpa lengan.
"Kenapa kamu menolak untuk bertemu denganku?" Tanya Rich.
"Pergi kau!" Ucap Nara kesal.
"Kenapa kamu jadi kasar sekarang?" Tanya Rich lagi.
"Bukan urusanmu!" Ketus Nara.
"Aku tahu, aku ini cuma mantan suamimu tapi apa kita gak bisa berteman?" Pinta Rich.
"Ada urusan apa kamu kemari?" Tanya Nara.
"Aku mau mengambil barang-barang ku" jawab Rich.
"Semua barang-barang mu Udah kamu ambil satu tahun yang lalu" ucap Nara cuek.
"Apa kamu lupa dengan pistol ku? Kamu masih menyimpan nya" kata Rich.
"Kamu seorang FBI dan juga mafia! Aku yakin kamu punya banyak senjata" kata Nara.
"Itu sangat spesial bagi ku. Ayo cepat kembalikan" perintah Rich.
"Spesial apanya? Itu hanya pistol biasa!" Ketus Nara.
"Itu senjata pertama ku! Cepat kembalikan!" Perintah Rich lagi.
"Aku menghilangkan nya!" Ucap Nara cuek.
"Apa?!! Kenapa kamu bisa ceroboh gitu hah!" Tanya Rich kesal.
"Itu kejadian satu tahun yang lalu. Aku gak ingat lagi" jawab Nara.
"Kamu itu!!!" Rich menahan amarahnya.
"Udah selesai? Sekarang pergi lah!" Nara mengusir Rich.
"Kalau bukan karena rasa sayang yang aku miliki untuk mu, mungkin saja sekarang aku sudah menyakiti mu!" Rich berjalan keluar kamar Nara dengan menahan amarahnya.
"Kamu yang mengubah rasa benci jadi cinta tapi sekarang kenapa gak kamu ubah rasa cinta ini jadi rasa benci. Nara meneteskan air matanya setelah Rich meninggalkan kamar nya.
*** *** ***
Rich melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Setelah pertengkarannya dengan Nara tadi dia jadi ingin pulang ke kantor nya dan menenangkan diri. Tiba-tiba ponselnya berdering. Panggilan masuk dari nomor yang tidak dikenal.
"Halo?" Kata Rich.
"Afternoon Mr. Collingwood" sapa si penelepon.
"Daniel Fernandez?" Tebak Rich.
"Wah, sepertinya kamu sudah terbiasa dengan suaraku" ucap Daniel.
"Apa yang kamu inginkan?" Tanya Rich.
"Kau!!" Jawab Daniel.
"Aku?"
"Benar, kematian mu Rich!" Daniel memperjelas.
"Ayo kita selesaikan ini sekarang juga! Temui aku di kafe Della di Delton sekarang!" Kata Rich.
"Baiklah, see you soon!" Daniel mengakhiri panggilan itu.
Rich memutar arah mobilnya menuju Delton. Dengan kecepatan tinggi dan amarah Rich menuju Delton.
*** *** ***
Nara sedang berenang di kolam renang rumahnya sendirian. Dia menyibukkan diri agar tak mengingat kejadian tadi. Gisel datang saat Nara sedang menenggelamkan diri.
"Nara!! Ada yang ingin aku bicarakan!" Gisel sedikit berteriak.
Nara keluar dari kolam renang dan mengambil baju handuk lalu memakainya.
"Ada apa?" Tanya Nara.
"Kamu ganti baju aja dulu" kata Gisel.
"Katakan ada apa? Tentang apa?" Tanya Nara lagi.
"Ini tentang Rich" jawab Gisel.
Wajah Nara berubah kesal.
"Aku gak mau membahasnya" kata Nara.
"Rich dalam bahaya, Nara" kata Gisel lagi.
Wajah Nara yang tadinya kesal berubah khawatir namun dia mencoba menyembunyikannya.
"Itu bukan urusan ku" Nara mencoba menyembunyikannya kekhawatirannya.
"Dia akan bertemu dengan Daniel dan dia gak bawa senjata apapun. Sedangkan Daniel, aku yakin dia membawa senjata dan beberapa orang untuk menjadi nya" jelas gisel.
Nara masih diam dan tak bersuara namun wajahnya terlihat semakin khawatir meskipun ia mencoba untuk menyembunyikannya.
"Dia bisa mati terbunuh, Nara" kata Gisel.
"Aku gak peduli!" Nara masih juga menyembunyikannya kekhawatirannya.
"Jelas kamu peduli!" Kata Gisel.
"Apa maksudmu?" Tanya Nara.
"Kamu khawatir. Kamu juga takut dia kenapa-napa tapi kamu mencoba untuk menyembunyikannya" jelas gisel.
"Itu gak bener" Nara mengelak.
"Itu benar. Aku masih bisa melihat nya" kekeh gisel.
"Lihat apa?" Tanya Nara.
"Kamu masih mencintainya" jawab Gisel.
"Udahlah gisel, aku gak mau membahasnya" Nara beranjak pergi.
Tiba-tiba ponsel Nara berdering dan berhasil menghentikan langkah Nara.
"Halo?" Kata Gisel.
Gisel lalu berbicara dengan si penelepon. Raut wajah Gisel berubah dan membuat hati Nara merasa terjadi sesuatu di sana tapi dia tidak tahu apa, siapa, dan dimana.
"Baiklah aku akan segera ke sana" Gisel mengakhiri panggilan itu.
"Ada apa Gisel? Kenapa raut wajah mu tegang gitu?" Tanya Nara.
"Rich dalam bahaya" jawab Gisel dengan wajah khawatir nya.
"Apa maksudmu?" Nara mendekati Gisel dengan wajah yang khawatir.
"Rich sampai di kafe Della di Delton dengan tangan kosong sedangkan Daniel membawa beberapa orang yang bersenjata dan menyuruh mereka untuk menyamar. Daniel juga membawa sebuah pistol dan pisau bersamanya" jelas gisel.
"Astaga!!" Nara terkejut tak percaya.
"Aku harus pergi sekarang" Gisel pamit dan melangkah pergi.
"Tunggu!" Nara mencegah langkah Gisel.
Gisel berhenti dan menatap Nara.
"Gimana kamu bisa tahu?" Tanya Nara.
"Rich memberitahu ku" jawab Gisel.
"Wah! Rich memberitahu mu tapi tidak memberi tahuku?" Sindir Nara.
"Dia mengatakan bahwa aku harus mengirim beberapa orang untuk mengambil mayat Daniel atau mayatnya" jelas gisel.
"Lalu?" Tanya Nara lagi.
"Lalu aku menyuruh dua orang polisi pemula untuk mengikuti Rich" jawab Gisel.
"Kenapa polisi pemula? Kenapa gak panggil anggota FBI!" Protes Nara.
"Pangkat ku belum tinggi seperti mu. Udah aku mau pergi sekarang!" Gisel melanjutkan langkahnya.
Nara berada dalam dilema besar. Apakah dia harus pergi menyelamatkan Rich atau membiarkan dia mati. Kalau Nara pergi, itu akan menghancurkan kehormatannya karna pergi menyelamatkan mantan suaminya. Tapi kalau dia tetap disini, Rich akan mati dan Nara belum siap untuk kehilangan Rich selamanya.
Gisel semakin dekat dengan pintu keluar dan Nara belum juga mengambil keputusan. Hatinya mengatakan bahwa ia harus pergi namun egonya melarang dia pergi.
*** *** ***