Chereads / Fight in Love / Chapter 52 - 51

Chapter 52 - 51

Setelah membayar makan siangnya, Rich mengambil kunci mobil dan pergi menuju City Hunter. Ia berhenti sejenak di Mall untuk membeli jaket kulit dan jeans hitam untuk ia kenakan. Rich melajukan mobilnya dengan kecepatan 100 km/jam.

Tiba di City Hunter, Rich menghampiri team Gisel yang bersiap untuk menangkap Daniel ataupun melakukan penggrebekan atas gudang Narkoba Rich.

"Hai Char!" Sapa Gisel dengan senyuman di wajahnya.

"Letkol Char! Aku sedang bertugas"

"Oke oke, tapi ngapain disini? Aku dengar kamu ngambil cuti untuk beberapa Minggu" tanya gisel.

"Ikut aku, kita akan melakukan penggrebekan basecamp Rich" perintah Rich.

"Memang kau tahu dimana?" Tanya gisel.

Rich tak menjawab, ia hanya memberikan isyarat untuk pergi. Mau tak mau gisel harus mengikuti perintah Rich.

"Aku suka pria dingin. Love you letkol" ucap gisel saat mobilnya sudah berada didepan mobilnya.

Mobil team Gisel lalu mengikuti mobil Rich dari belakang. Rich benar-benar menuntun mereka menuju basecamp nya. Sesampainya di sana, Rich benar-benar melakukan penggrebekan.

"Semua tangan diatas!" Perintah Rich.

Para anak buah Rich menuruti perintah Rich dan mengangkat tangan mereka.

"Dimana Bos kalian?" Tanya Rich dengan menodongkan pistolnya.

"Disana!" Anak buah Rich menunjuk ke arah jarum jam 10. Rich mengikuti arah telunjuk anak buah Rich dan mendekatinya.

"Apa kau Richardo Collingwood?" Tanya pria itu dan dijawab dengan anggukan.

"Kau ditangkap!" Sambung Rich.

"Baiklah" ucap pria itu dengan santai dan memberikan tangannya untuk di borgol.

"Tapi izinkan aku untuk mengatakan sesuatu! Agent FBI, Letkol Char!" Seru pria tersebut. Rich hanya mengangguk.

"Sebenarnya nama asli ku bukanlah Richardo Collingwood. Itu hanya sebuah topeng agar nama keluarga Collingwood tercemar. Namaku Antony" jelas pria itu.

"Itu artinya kau terjerat dua pasal! Pertama kau menjual benda haram dan yang kedua kau memakai nama keluargaku! Aku lah Richardo Collingwood yang sebenarnya!" Seru Rich.

Semua Agent FBI terkejut mendengar pernyataan Rich yang lantang tadi. Pria yang bernama Antony itu adalah anak buah Rich yang diperintahkan untuk berpura-pura menjadi Rich lalu mengarang cerita bahwa ia hanya memakai nama Richardo Collingwood sebagai topeng. Taktik licik Rich mulai dimainkan lagi oleh Rich.

"Aku gak peduli! Yang jelas selama delapan tahun ini aku kaya dan berhasil membuat nama keluarga Collingwood tercemar dan jelek Dimata publik" Antony tertawa.

"Jangan banyak bicara Mr. Richardo Collingwood gadungan!" Bentak Rich.

Antony tertawa dan menatap Rich tanpa rasa takut sedikitpun.

"Cepat bawa dia!" Perintah Rich.

Antony berlalu dan digiring masuk ke dalam mobil FBI bersama para anak buah Rich lainnya. Rich lalu menelpon komandan FBI untuk melapor.

"Pak! Saya berhasil menangkap Richardo Collingwood gadungan"

"Maksudmu?" Komandan tak mengerti.

"Yang mengedarkan narkoba dan menjadi bosnya bukanlah Richardo Collingwood. Pelaku nya memakai nama Richardo Collingwood agar nama keluarga Collingwood tercemar! Pelaku sebenarnya bernama Antony" jelas Rich.

"Dari mana kau tahu?" Tanya komandan.

"Selebihnya nanti akan dilaporkan langsung oleh Gisel. Saya tutup, sampai jumpa!" Rich mengakhiri panggilan tersebut.

Rich menghela nafas panjang lalu berjalan menuju mobilnya. Gisel ikut menghampiri Rich.

"So Diego bernama Richardo Collingwood dan punya pangkat Letnan kolonel" ucap gisel. Rich hanya mengangguk cuek.

"Gisel Vance" Gisel mengulurkan tangannya.

"Richardo Collingwood" Rich menjabat tangan gisel.

"Kau mau kemana?"

"Aku harus pulang" ucap Rich.

"Ke Delton?"

"Bukan, Madrid"

"Bukannya kediaman Collingwood berada di Delton?" Gisel sedikit kebingungan.

"Darimana kau tahu?" Tanya Rich.

"Di Spanyol siapa yang gak tahu kediaman Collingwood? Collingwood kan merupakan salah satu keluarga elit di Spanyol.

"Huh! Kenapa gak to the point sih?" Tanya Rich.

"Maksudmu?" Tanya gisel balik.

"Kenapa gak bilang aja kalo kamu mau pulang bareng aku?"

Gisel hanya tersenyum dan Cengengesan. Rich masuk kedalam mobil dan diikuti oleh gisel. Selama perjalanan Rich dan gisel tak berbicara sedikit pun, hanya suara Justin Bieber yang terdengar melalui audio sound.

"Kita udah sampai" ucap Rich.

Gisel melirik ke luar kaca mobil dan kebingungan. "Kenapa ke kantor FBI?"

"Karena kau akan melapor pada komandan. Lagipula aku gak tahu dimana rumah ataupun apartemen mu" jawab Rich.

"Aku akan melapor nanti! Kita pulang sekarang"

"Tap--" ucapan Rich dipotong oleh gisel.

"Ayolah" pinta Gisel dengan memegang tangan Rich.

Rich menghela nafas berat. "Oke tapi lepaskan tanganmu"

Gisel langsung melepaskan genggamannya. Rich pun kembali melajukan mobilnya.

"Dimana rumah mu?" Tanya Rich.

"Aku lagi nginap di Madrid hotel"

Rich terkejut mendengar jawaban gisel. Ternyata gisel menginap di hotel yang sama dengannya dan Nara.

"Oh ya? Aku malam ini juga nginap di Madrid hotel. Sejak kapan kamu disana?" Tanya Nara.

"Aku nginap disana dua hari yang lalu. Oh ya! Btw kemarin siapa yang nikah?" Tanya gisel semangat.

"Eh ... " Rich mengantungkan ucapannya dan berfikir sejenak.

"Siapa?" Tanya gisel penasaran.

"Sepupuku yang menikah. Keluarga Collingwood bukan hanya aku" Rich berbohong.

"Hhmm, kamu kapan nyusul nya?" Tanya gisel.

"Entah"

Gisel tak berniat untuk kembali membuka obrolan lagi. Mereka tiba di  Madrid hotel dan berjalan masuk Kedalam lobby

"Kamar ku no 215" ucap gisel basa basi.

"Aku no 210. Aku mau dinner, ikut gak?" Ajak Rich.

"Ikut dong" jawab gisel semangat dan memegang lengan Rich.

Rich hanya tersenyum dan mereka berjalan menuju restoran yang berada di lantai dua.

"Pesan apa?" Tanya Rich.

"Samain aja"

"Dua porsi salad, please!" Seru Rich pada pelayan.

"Kamu punya pacar?" Tanya Gisel.

"Belum. Gak punya waktu buat yang gituan"

"Jangan ngomong gitu. Nanti kamu gak nikah nikah loh"

Rich tertegun sesaat. Kata menikah mengingatkan pada Nara. Ya, dia sudah menikah kemarin dengan seorang wanita yang ingin membunuhnya. Sejak kejadian tadi siang Rich merasa tak enak hati karena Nara marah padanya.

"Rich? Kok ngelamun?" Gisel menyadarkan Rich dari lamunannya.

"Gak, gak ada" Rich mengelak.

"Ayo makan"

Rich mengangguk kemudian memakan salad pesanannya. Setelah menyantap makan malam mereka, gisel mengajak Rich mengobrol.

"Rich, ada yang ingin aku katakan"

"Apa?" Tanya Rich penasaran.

"Sejak kita bertemu, dua tahun yang lalu. Ada yang aku suka dari dirimu"

"Apa?"

"Sorot matamu yang tajam dan dingin serta sikapmu yang cuek juga dingin dan keras kepala" jelas gisel

"Thanks"

"Meskipun kita jarang mengobrol dan menghabiskan waktu bersama, tapi aku rasa kita cocok untuk menjadi Rekan" sambung gisel.

"Ya, kita memang rekan kerja yang keren" Rich mengacak-acak rambut gisel.

"Juga Rekan hidup, Rich" sambung gisel lagi.

Sontak Rich terkejut mendengar ucapan gisel.

"Aku tahu ini mendadak dan mungkin kau akan berfikir aku ini wanita tak tahu Malu. Tapi aku tidak bisa memendam nya lagi" ucap gisel.

Rich masih terdiam mendengar ucapan gisel dan tak tahu berkata apa.

"I love you, Rich. Aku gak tahu kapan rasa ini tumbuh. Tapi yang jelas ini rasa yang murni dan suci. Aku mencintaimu Rich, semenjak kau menjadi Diego, Char, ataupun sekarang aku mengetahui nama asli mu Richardo Collingwood" Gisel menggenggam tangan Rich.

Rich menarik nafas panjang dan berat. "Aku gak pernah berfikir kamu akan jatuh cinta padaku. Apa kelebihan ku yang bisa membuatmu jatuh cinta padaku?"

"Cinta tak melihat kelebihan atau kekurangan. Ia tumbuh dengan sendirinya" jelas gisel mencium pipi Rich.

Rich terkejut tapi tak berkomentar apapun bahkan ia tak protes atas tindakan Gisel yang menciumnya.

"I love you, Richardo" seru gisel.

Rich kembali menarik nafas panjang dan berat lalu mengecup kening Gisel.

"Aku tahu kamu mencintaiku, tapi aku belum memikirkan ke sana. Berhubungan dengan wanita, menikah, aku masih fokus dengan karierku" jelas Rich.

"Tapi aku tetap akan menganggap mu sebagai teman baikku, gisel" sambung Rich.

"Kenapa bukan pacar?" Protes gisel yang kecewa.

"Kalau itu maaf tapi aku gak bisa" rich mencoba memberikan pengertian.

Wajah Gisel kini memperlihatkan rasa kecewa yang mendalam. Rich menggenggam tangan gisel.

"Jangan marah ya! Kita masih temenan"

Gisel hanya bisa mengangguk mengiyakan.

"Kemarilah" seru Rich sambil menarik tangan gisel untuk memeluknya.

Rich dan gisel berpelukan lama. Gisel memeluk Rich dengan setengah menangis sedangkan Rich mengelus-elus rambut gisel dengan hangat.

"Thank you, Rich"

***    ***    ***