Chereads / Moon Eclipse / Chapter 23 - 23

Chapter 23 - 23

"Asal kau tahu saja, aku bisa melindungi diriku. Kau tidak usah merasa bersalah hanya karena aku menjadi target mereka setelah menyelamatkan mu. Bahkan jika kalian ingin menjadikan ku umpan untuk keluar tidak masalah"

Dengan santai nya Clara meloloskan kalimat itu dengan asal dari mulutnya, Alveno yang mendengar itu terkejut dan menatap Clara dengan tatapan yang tak bisa diartikan.

"Kenapa? Hei aku bercanda tahu..... mana mungkin kau akan menjadikan ku umpan. Apa kau setega itu?" Tawa Clara yang merasa Alveno tidak berhasil menangkap candaan yang ia buat. Seketika Alveno bernafas kembali seolah lega akan pikiran nya sendiri.

"Sudah malam kau seharusnya didalam istana. Jika ada penyusup tiba-tiba dan melihat mu saat mereka masuk, kau akan langsung dibunuh dengan cepat tanpa suara jeritan bisa keluar dari leher mu"

"Shit! Humormu rendah sekali dan kau menakuti ku!" Kesal Clara dan beranjak dari sana sambil menghentakkan kakinya. Alveno yangย  sedang bercanda keheranan ketika perempuan itu pergi dan marah tiba-tiba padanya.

"Aku sedang bercanda, meski candaan ku itu ada benarnya" ucap Alveno. Ia melihat Clara yang sama sekali tidak melihat nya kebelakang dan masuk kedalam istana, bahkan Alveno bisa melihat Clara seperti perempuan yang jarang memakai gaun hingga ia terus menerus menarik bagian depan gaunnya saat berjalan.

Clara tiba dikamar nya dan segera mengunci pintu dengan rapat. Moodnya yang tadi nya sedikit kesal karena Alveno menakuti nya kini berubah seketika melihat makanan diatas mejanya.

"Akhirnya makanan ku datang....." Girang Clara dan segera mengambil kue itu. Dengan lahap ia memakan kue itu sambil tersenyum sendiri.

Untuk malam yang kesekian kalinya Clara masih berada di istana, ia terlelap, dan terbangun diruangan yang sama. Mengenai rindu rumah ia tidak terlalu merasakan itu karena rumahnya sesungguhnya bukan di dunia ini. Hanya saja tetap saja ia merasa kesepian jadi hari ini Clara berencana menemui Diva.

*******

Setelah membersihkan diri dan hendak keluar Clara mendengar suara ramai dari luar istana, kebetulan Clara belum membuka jendela kamar nya. Ia berfikir sebentar untuk menghitung hari yang sudah ia lewati.

"Oh my God!" Ucap Clara spontan sambil menutup mulutnya dan matanya membulat. Ia berjalan tanpa arah yang jelas, hanya mondar mandir didalam kamarnya

"Bisa-bisanya aku lupa hari ini Uji ketelatenan.... Argh sialll!" Umpat Clara yang langsung berlari membuka pintu kamar berharap ada dayang yang menunggunya seperti biasa. Dan benar saja sudah ada tiga dayang yang ia kenali wajahnya sedang tersenyum menyapa. Clara yang masih panik menyuruh mereka masuk sebelum ia berlari untuk membuka jendela. Dari kamarnya Clara bisa melihat para rakyat yang sudah mulai berdatangan.

"Nona? Apa nona sudah membersihkan diri?"

"Sudah! Aku hanya perlu mengganti pakaian"

Dayang tersebut tersenyum dan meletakkan kotak besar yang mereka bawa. Kotak tersebut berisi gaun yang akan dipakai Clara.

"Nona bisa pilih sendiri, gaun ini diutus langsung oleh pangeran Alveno"

"Hah? Pangeran Alveno yang...mengutus? Maksudnya?"

"Pangeran Alveno memesan gaun ini untuk nona, hanya itu yang hamba tahu"

Karena sedang terburu-buru Clara segera membuka peti kayu itu dan menemukan beberapa gaun. Dirinya langsung keheranan dengan model gaun yang ada di dalam peti itu.

"Ini.... Kenapa modelnya bisa seperti ini? Apa model gaun ini masih baru atau sudah lama ada di dunia ini?" Batin Clara.

Gaun yang ada didalam peti itu tidak seperti gaun umum yang menjadi kategori klasik drama kolosal, gaunnya yang masih kategori berbahan yang sama dengan gaun umumnya ini lebih indah dan sangat menarik desainnya.

"Wah..... Gaunnya bagus sekali. Baru kali ini hamba melihat gaun seperti itu nona" ucap salah satu dayang

"Benarkah? Aku juga heran melihat gaun ini"

Clara kembali melihat dua gaun yang berada di dalam dengan model dan warna yang berbeda.

"Gaun-gaun nya bagus sekali" puji dayang itu lagi

"Aku akan memakai warna merah hati ini"

Para dayang mengangguk dan segera membantu Clara bersiap untuk uji ketelatenan. Setelah gaun Clara terpasang rambutnya segera ditata dengan sanggulnya yang indah dan dihiasi aksesoris.

Dari cermin tempat Clara sedang dihias ia bisa melihat dua dayang lain sedang tersenyum sambil berbisik-bisik. Mereka tak sadar Clara sedang memperhatikan mereka.

"Kalian sedang berbicara apa?"

Dengan terkejut kedua dayang itu langsung menunduk dan meminta maaf.

"Maaf nona"

"Kenapa kalian minta maaf? Aku hanya bertanya.... sepertinya kalian membicarakan hal menyenangkan jadi aku ingin mendengar juga" senyum Clara.

Dilain tempat para gadis terpilih termasuk Brienna sudah selesai berdandan dan memasuki tempat untuk para gadis terpilih. Bianca yang sama-sama tinggal di istana seperti Brienna juga sudah bersiap, selama di istana mereka melakukan banyak hal yang biasanya wanita bangsawan lakukan, seperti menyulam, melukis, bermain harpa dan lain-lain. Berbeda dengan Clara yang asik bermain dan berbuat tingkah. Rose yang berstatus seperti Clara juga sudah datang, ia tidak pernah tinggal di istana dan selalu datang ketika acara saja, seolah ia sama sekali tidak ada tindakan untuk mendekati pangeran Alveno.

Ratu Angelina sudah datang memasuki acara dan duduk di singgasana yang sudah disiapkan, bertepatan saat itu Clara juga datang dan langsung menyusup menyambar kursi yang tersisa di tempat gadis terpilih.

"Clara, kau kemana saja? Aku kira kau tidak datang seperti kemaren" sapa Bianca

"Aku lupa kalau hari ini kita akan adu ketelatenan. Dan sekedar informasi aku akan menjadi orang yang kalah hari ini. Heheh"

Bianca ikut tertawa karena ia tahu apa maksud Clara, saat latihan dengan ratu Angelina kemaren seharusnya sudah terlihat bahwa Clara akan langsung kalah.

"Hai Rose, apa kau baru datang?" Tanya Clara yang melihat Rose disamping

"Iya, kita belum sempat berjumpa semenjak kau menyelamatkan pangeran Alveno. Kau mengagumkan"

"Jangan puji aku, aku bahkan tidak tahu darimana aku mengetahui obat itu"

Saat mereka asik berbincang-bincang si pembawa acara seperti biasa sudah berkoar koar lantang diatas mimbar yang tinggi, para rakyat semakin sedikit yang hendak datang untuk melihat kegiatan mereka.

"Apa hanya aku yang merasa masyarakat-masyarakat semakin sedikit yang datang?"

"Biasanya seperti itu, semangat diawal-awal dan di akhir saja. Diawal mereka ingin melihat para kandidat dan diakhir ingin melihat hasil dan ikut dalam pesta dansa" jelas Rose

Setelah selesai berkoar-koar para gadis terpilih segera turun dari tempatnya dan mengikuti arahan yang sudah disiapkan mereka, di dalam sebuah kotak yang memiliki bolongan di atas nya mereka diminta mengambil secarik gulungan kertas untuk menentukan apa yang akan mereka buat.

"Apapun yang aku dapat, aku akan tetap kalah" ucap Clara sambil mengambil sebuah gulungan didalam kotak itu

"Baiklah semua sudah mengambil takdir mereka masih-masing" ucap sang pemandu dengan keras

"Takdir? Takdir ku tak pernah ada dalam segulung kertas lomba seperti ini" batinnya

Laki-laki pemandu itu mulai membuka kertas para gadis terpilih satu persatu. Ia membacakan isi kertas itu dengan lantang

"Mawar!" Ucapnya degan keras atas isi kertas milik Brienna

"Aster!" Untuk Bianca

"Petunia!" untuk Rose

"Dianthus!" Untuk Clara

Para penonton bersorak menunggu hasil karya para gadis terpilih mereka diberikan Sebuah meja dan kursi untuk membuat kerajinan masing-masing, bahan yang sudah siapkan oleh pihak istana sudah diberikan berdasarkan jenis bunga yang akan mereka buat masing-masing

"Bunga Dianthus? Apa itu.... Bunga putih dengan corak merah ditengah?" Ucap Clara yang sedang duduk memikirkan cara membuat bunga Dianthus dengan alat yang sangat banyak ini.

Ketika ia melirik Bianca perempuan itu dengan telaten dan tangan lentiknya mengerjakan tugasnya dengan mudah. Brienna juga menjadi sorotan para penonton karena gadis itu memang terkenal akan kreasi tangannya. Rose mengerjakan kerajinannya dengan santai seperti yang lain. Sedangkan Clara sudah pasti menjadi bual-bualan karena belum bertindak sama sekali.

"Nona? Kenapa Nona belum menyentuh nya sama sekali?" Heran dayang laki-laki yang sedang memegangi payung besar untuk Clara

"Aku tidak pandai membuat karangan bunga, tapi.... Baiklah akan aku buat sebisaku"

Clara melihat sekeliling sebelum ia memulai karangan bunganya yang harus bergelut dengan lem super lengket dan susah dikendalikan itu, dan tak sengaja ia melihat Alveno yang sedang memperhatikan nya dari samping ratu Angelina. Sang ratu yang memang asik memperhatikan para gadis terpilih melihat Clara yang sedang menatap kearah disampingnya. Ratu Angelina pun menyadari Alveno dan Clara saling kontak mata.

Clara mengerjap kan matanya berkali-kali setelah melihat Alveno sebentar, ia segera mengambil bahan yang akan dijadikan kelopak bunga, melipatnya dan menggunting sesuai yang ia rencanakan. Setahunya bunga Dianthus memiliki kelopak unik seperti mawar namun lebih padat dan kembang, ia melipat asal seolah melipat tisu dan mencelupkan bagian lancipnya pada pewarna merah hati yang ia pilih. Ia memanaskan lem lengket yang paling ia kesali.

Selang sejam lebih karya para gadis terpilih sudah mulai kelihatan, bunga yang mereka buat seolah terlihat seperti bunga aslinya.

Berbeda dengan Clara yang sudah asik dengan lem yang lengket ditangannya, ia menggaruk seolah mengelupas lem itu. Bahkan dayang yang berada didekat Clara sudah menahan tawanya melihat ekspresi Clara yang asik seperti anak kecil bodoh yang bermain lem. Bunga karya Clara memang tidak terlalu hancur untuk dibandingkan dengan karya anak kecil.

"Waktu habis! Mari kita lihat karya para gadis terpilih calon permaisuri dan selir dari pangeran Alveno yang akan segera menjadi raja!" Ucap sang pemandu kembali.

Penilaian adu ketelatenan ini akan diberikan untuk para penonton yang datang agar adil. Setiap orang akan memberikan kelopak bunga dalam kotak yang tersedia didalam setiap meja para gadis terpilih.

"Wah.... Padahal nona Clara sudah memegang dua kemenangan sampai kemaren, tapi aku rasa yang mengambil nilai hari ini bukan dia" bisik para rakyat yang bisa Clara dengar dengan jelas

"Itu bukan bisikan, tapi ejekan" ucap Clara setelah orang itu pergi menjauh

Dilain tempat Brienna bangga sendiri melihat kelopak bunga di kotak beningnya sudah terlihat lebih banyak. Bahkan dapat dipastikan ia sudah menang.

Setelah semua orang memberikan kelopak bunganya Brienna dan Bianca menjadi gadis terpilih yang menerima banyak kelopak. Sedangkan kotak Clara hanya berisi dua dan Clara tahu siapa yang memasukkan itu kedalam kotaknya. Siapa lagi kalau bukan diva dan mamanya yang sedang menonton.

Ratu Angelina dan pangeran Alveno juga ikut memberikan kelopak diakhir, mereka berdua memberikan nya pada Brienna.

Ketika Alveno menghampiri meja Brienna perempuan itu sangat terlihat senang.

"Padahal aku lebih suka bunga Rose" ucap Clara sambil tersenyum pada Rose yang membalas senyumannya

-jangan lupa beri komentar dan mengundi yah please โค๏ธ-

maaf atas banyaknya typo