"Setahu hamba dia tidak punya sahabat. kecuali kaumnya sendiri yang pernah hamba tumpas."
"Kekasihnya?"
"Hamba tahu. Namanya Nirmala. Dia dari Kadipaten Mandi Wunga."
"Besok suruh prajurit membawa perempuan itu kemari."
"Baik, Gusti." Jayendra mengiyakan. "Tapi, maaf. Kenapa harus ada musuhnya sebagai pilihan?"
"Terkadang yang terdekat dan mampu memahami segala kelebihan dan kekurangan kita hanyalah musuh kita sendiri. Merekalah yang paling dekat. Sebab, mereka yang menyibukkan diri untuk memperhitungkan dan mengira-ngira seluruh daya dan kemampuan kita. Mereka akan sangat tahu darimana kita berasal. Termasuk masa lalu kita atau rencana kita ke depan."
Pembicaraan itu akhirnya menemukan titik terang. Setidaknya ada secercah harapan dari petunjuk-petunjuk yang digali bersama dengan bimbingan Pangeran Ragasuci. Jayendra tidak ingin terlalu lama mengganggu waktu Pangeran, ia pun berpamitan untuk meninggalkan saung tempatnya bersantai.