"Enggak tuh, emang kenapa?"
"Gue ngelihat lo waktu itu pergi dari sekolah malam-malam sama lucas"
"Oh... itu jalan-jalan biar gue tahu suasana kota doang, keliling terus balik" jawab zhizi yang sudah selesai memakai bajunya. Kini ia juga duduk dikursi meja belajarnya
"Hahaha yaudah deh kalo gitu..." jawab dasha dengan tawanya yang terlihat lega.
Zhizi merasa ganjal dengan respon dasha
"Apa dia suka lucas?" Gumam zhizi
Mereka kembali dengan kebiasaan mereka yang saling diam, zhizi mengerjakan Tugas yang harus dikumpulkan besok dimejanya begitu juga dengan dasha.
Suara pintu yang dibuka membuat perhatian mereka berdua kembali disana ada Dara yang baru saja masuk.
"Hai, eh zhi lo baru pulang yah?"
"Iya, tahu darimana?"
"Si aina, dia lagi pergi lagi sama ayi dan tadi jumpa sama gue"
"Bukannya pemeriksaan asrama sebentar lagi?"
Dara menganggkat bahunya kemudian pergi ke tempat tidurnya. Zhizi segera beranjak untuk keluar kamar mencari aina. Saat zhizi membuka pintu ia langsung mencari sosok aina disepanjang koridor, ia berjalan kearah pintu keluar dan menemukan aina dengan seorang laki-laki muda yang tidak zhizi kenali, entah itu anak sekolah asrama mereka atau tidak.
"Aina?"
Aina dengan cepat berbalik badan dan menyembunyikan apa yang ia pegang saat mendengar suara orang yang memanggilnya
"Eh zhizi, ngapain diluar?"
"Lo yang ngapain, nanti ibu asrama datang malah bahaya lo"
"Yaudah lo masuk diluan nanti gue nyusul"
Setelah memperhatikan aina zhizi langsung mundur dan masuk kembali kedalam, ia menutup pintu tapi tak beranjak dari sana. Perlahan zhizi kembali membuka pintu itu sedikit agar bisa mengintip apa yang aina sembunyikan.
"Ingat, habis ini lo hapus semua info gue. Gue gak mau terlibat kalo sampe ketahuan" ucap aina
"Siap, tapi kalo gue butuh lagi gue bakalan hubungin lo" jawab laki-laki itu.
Merekapun berpisah, setelah laki-laki itu pergi zhizi langsung berlari dengan kecepatan kilat yang ia punya menuju kamar. Yang ia pikirkan hanyalah 'aina tidak boleh tahu aku ngintip'
Brakkkk
Suara pintu yang dibuka secara kasar membuat Dasha dan dara terkejut.
"Lo ngapain sih Zhi!? Kita terkejut tau gak..." omel dara
"Sorry, gue tadi parnoan jadi kayak lihat hantu" jawab zhizi yang masih berusaha memasok oksigen kedalam paru-parunya.
Mendegar kata hantu membuat dasha dan dara saling tatap. Mereka juga langsung bergerak menuju tempat tidur masing-masing.
"Loh kalian kenapa?"
"Zhi, asrama kita ini memang kadang di teror, bisa jadi yang lo lihat itu benar hantu" jawab dasha
Mereka kembali memposisikan tubuh mereka untuk tidur dengan perlahan. Sedangkan zhizi berusaha menahan tawanya.
"Kenapa masih diluar?" Sahut aina yang baru datang
"Oh... gak ada, lo ngapain sih tadi? Cowok tadi siapa?"
"Teman gue" jawab aina
Aina langsung masuk kedalam dan menuju mejanya, ia segera membersihkan diri kekamar mandi menjelang tidur. Sedangkan zhizi beridiri menatap keadaan dua temannya yang sudah ketakutan dan segera tidur dan satu lagi baru saja bertingkah mencurigakan.
"Apa yang tidak boleh orang ketahui?" Gumam zhizi
Jika itu rahasia pribadi zhizi masih bisa memakluminya, tapi melihat tindakan tukar menukar tadi membuat zhizi merasa ganjal.
"Oh iya bukannya dara bilang tadi aina bersama ayi yah? Mana ayi?" Pikir zhizi
Aina sudah keluar dari kamar mandi dan menuju tempat tidurnya.
"Loh, lo belum mau tidur?" Tanya aina
"Belum, gue mau belajar bentar"
"Cie....yaudah gue diluan"
Zhizhi kembali belajar dengan pikirannya yang masih penasaran dengan aina. Ia memang sering belajar saat malam karena tak mau mengecewakan orang tua. Sebenarnya zhizi sama sekali tidak suka belajar, apalagi mengenai pelajaran eksak. Tidak ada yang tahu zhizi sangat berbakat dalam mendesain sesuatu ataupun menggambar. Sayangnya saat ia masih SMP orang tuanya mengatakan hobi dan bakatnya itu tidak akan membuatnya sukses. Banyak pelukis yang lebih hebat diluarsana tapi tidak berhasil sama sekali dalam menghasilkan uang.
Akhirnya kata-kata orang tuanya itu membuat Zhizi berhenti menggambar. Lebih tepatnya berhenti menunjukkan bakatnya pada dunia dan hanya menggambar dibuku diarynya sendiri.
------------------------------------------------------
Pagi kembali datang seperti biasanya, kegiatan monoton pun akan kembali diulang.
"Zhi, semalam lo begadang?" Tanya aina
"Hah? Iya gue telat tidur"
"Ngapain lo semalaman? Tugas kan cuman satu gak banyak"
"Adadeh....rahasia" lanjut zhizi
Bukan tugas yang membuat zhizi telat tidur malam, tapi ia memaksakan dirinya untuk belajar matematika dan fisika. Pelajaran disekolah yang terkenal seperti ini membuatnya merasa bodoh dan tidak ada apa-apanya dibanding yang lain. Ia takut ayahnya dan ibunya akan kecewa jika rangkingnya rendah nanti.
Pelajaran pertama dimulai dengan Bahasa indonesia, zhizi masih bisa membuka matanya untuk memperhatikan sang guru menjelaskan, ia juga masih bisa fokus dan ikut dengan sesi tanya jawab.
Saat jam istirahat datang zhizi tidak keluar sama sekali melainkan tidur dikelas. Kepalanya ia letakkan diatas meja dengan berbantalkan lengannya dan buku.
"Mana zhizi?" Tanya lucas yang tidak mendapati keberadaan zhizi. Mereka sedang bermain Volli seperti biasanya.
Saat mendengar itu aina dan ayi sedikit terkejut, karena lucas yang jarang sekali perduli dengan keberadaan mereka kini malah mempertanyakan zhizi.
"Dia tidur dikelas, semalam dia begadang karena belajar"
Mereka melanjutkan permainannya yang tidak imbang, hari sangat panas dan membuat dua perempuan yang biasanya ikut bermain dengan lucas tidak datang karena takut kulitnya terbakar.
"Zhi! Tahu gak tadi lucas nanyain lo dilapangan!" Teriak aina yang sudah dikelas
Aina menggonyangkan bahu zhizi agar dia terbangun. Tapi zhizi tidak mau membuka matanya dan hanya menukar posisi kepalanya yang sudah terbentuk cetakan buku yang ia jadikan bantal.
"Zhi pak udin masuk!"
"Ha?"
Mendengar nama guru kimianya zhizi langsung menegakkan kepalanya dan merapikan rambutnya. Padahal belum ada guru yang masuk ke kelas mereka
"Aina... kepala gue pusing lo bangunin tiba-tiba"
"Hahaha sorry lagian lo gak dengerin omongan gue"
Selang beberapa zhizi merapikan dirinya guru mata pelajaran kembali masuk untuk memulai kelas. Agar kembali fresh zhizi pergi izin ke kamar mandi untuk membasuh muka.
Air yang dingin sudah membasuh wajah Zhizi, ia berkaca pada kaca westafel untuk melihat kantung matanya yang hitam dan rambutnya yang masih berantakan. Setelah merapikan rambutnya ia masuk kedalam bilik WC untuk menyetor panggilan alam.
Suara orang yang masuk kedalam toilet terdengar, zhizi mengabaikannya karena tidak menyangka-nyangka akan hal yang ia dengar.
"Apa ada orang didalam?" Tanya suara yang ia kenal
Zhizi yang duduk di wc duduk tetap diam ditempatnya tanpa mengeluarkan suara apapun, kakinya ia angkat perlahan agar tidak terlihat dari luar.
"Kayaknya gak ada orang" lanjut suara yang yang lain.
"Yasudah cepat keluarkan"
"Nih, ingat yah peraturannya"
"Sip"
Suara kantong plastik terdengar, sepertinya mereka bertukar sesuatu diluar. Setelah itu mereka berdua segera keluar darisana.
"Apa itu ayi?" Guman zhizi yang menyadari suara salah satu dari mereka.
Saat keluar dari bilik toilet tidak ada satu orangpun diluar, zhizi kembali menuju westafel untuk membasuh tangan dan pergi keluar. Ia berusaha mengejar dan melihat apa ayi masih ada disekitar.
Sesampainya diluar dikanan maupun kiri koridor tempat zhizi beridiri ia tidak menemukan ayi. Apa ia salah tebak mengenali suara atau memang ayi yang sudah terlalu jauh.
Karena tidak menemukan apa-apa zhizi berjalan untuk kembali ke kelas.
"Lo dari mana?" Tanya Aina
"Gue dari toilet"
Saat mengatakan itu zhizi melirik ekspresi Ayi yang menatapnya.
"Lo barusan dari toilet?"
"Iya, tapi tadi gue mampir ke bude bentar" jawab Zhizi yang tidak ingin membuat Ayi curiga padanya
"Ooh... kirain" sahut ayi dengan wajah leganya. Bahkan matanya seolah memberi kode pada aina
Setelah duduk dikursinya Zhizi sudah sepenuhnya yakin ada yang disembunyikan kedua kawannya ini, dan itu melibatkan pertukaran barang dengan orang lain.
Pelajaran berlangsung dengan hikmat, zhizi berhasil menghilangkan rasa ngantuknya dan pikirannya yang memikirkan keanehan temannya. Tapi hal itu tidak berlangsung lama karena setelah kelas usai ia kembali penasaran.
Mereka bertiga sudah keluar dengan tas mereka masing-masing, bel tanda pulang favorit semua siswa sudah berbunyi.
"Eh lo pada langsung balik ke asrama?" Tanya Zhizi pada Aina dan ayi
"Gue mau keluar bentar, jumpa teman"
"Gue juga ada urusan, lo mau gimana?" Tanya Aina
"Gue gak ngapa-ngapain, gue lanjut tidur aja diasrama" jawab zhizi
"Yaudah kita cabut yah, dah...!" Sahut Ayi dan Aina sambil pergi berlalu
Zhizi juga melangkahkan kakinya ke asrama, setelah melirik aina dan ayi yang tidak memperhatikannya, ia segera berlari agar cepat sampai.
"Dasha!" Teriak zhizi yang baru saja sampai kamar dan melihat dasha didalam kamar
"Kenapa lo lari-lari lagi sih"
"Gue keburu" sahut Zhizi
Dengan kecepatan kilat zhizi mengganti seragamnya dengan kaos overzise hitam dengan sedikit motif didepan bajunya,jeans abu-abu dan mengambil sepatu putihnya.
"Lo mau kemana?" Tanya dasha
"Sha, apa lo pernah ngerasain sesuatu yang mencurigakan sama aina?"
"Mencurigakan?"
"Iya, semalam dia jumpa sama cowok dan ngasih sesuatu"
"Ooh..... gue jga pernah lihat dua kali malah"
Kening zhizi berkerut karena dahsa mengatakan hal itu seolah biasa saja
"Jadi lo tahu? Dia udh sering gitu?"
"Yah... gue juga gak tahu sih apa yang mereka lakuin, cuman pernah aja lihatnya pas gue lagi diluar juga"
Zhizhi menganggukkan kepalanya dan memasangkan topi dikepalanya dengan rambut yang dikucir kuda.
"Jadi lo mau kemana?"
"Gue perlu bantuan, kalo aina balik ke sini kabari gue, terus jangan bilang gue ngecariin nya. Ada yang janggal waktu gue ngintip dia sama cowok semalam didepan asrama belum lagi obrolan di toilet tadi siang"
Dasha mengatamati zhizi tak percaya, apa sungguh ada yang aneh dengan aina sampai ia menyelidikinya
"Apa ada bahaya?"
"Gue gak tahu, tapi mereka barter sesuatu gitu, gue ngerasa gak enak"
"Oke, gue bakalan bantu lo dari sini, gue bakal kabari" sahut dasha
Kepala zhizi langsung dianggukkannya beserta langkahnya yang masih terburu-buru seperti cacing kepanasan. Ia segera melesat keluar dengan berlari ke arah pintu gerbang. Diluar sudah sama sekali tidak ada aina ataupun ayi sepertinya mereka sudah pergi.
"Afri!" Sahut zhizi
Dengan tatapan datar afri melihat zhizi yang mendekatinya
"Lo ada lihat Aina sama Ayi gak?"
"Emang kenapa?"
"Gue kelupaan ada janji sama mereka, kayaknya mereka marah gue tinggalin"
"Oh... tadi mereka pergi pake angkutan umum nomor 10 kesana" tunjuk Afri kearah kirinya
Dengan segera Zhizi mencari nomor angkot yang sama dan pergi dari sana meskipun ia tidak tahu didaerah mana ia harus berhenti nanti. Zhizi terus melihat ke kanan dan kekiri untuk menemukan keberadaan aina dan ayi sepanjang jalan.
Setelah 20 menit lebih lamanya ia diperjalanan, Zhizi hampir menyerah tapi ia langsung melihat Aina dan Ayi yang berjalan di koridor dengan baju yang sudah berbeda.
Sebelum melewati mereka Zhizi memberhentikan angkotnya dan turun dari sana, ia merendahkan topinya agar wajahnya tidak terlihat, ia juga memasang kacamata yang sudah ia sediakan agar tidak mudah dikenal.
Hari memang belum terlalu sore tapi pakaian Aina dan Ayi terlihat sangat dewasa, mereka memakai baju yang berkilau seperti pernak pernik perhiasan.
"Mereka seolah punya urusan yang berbeda, tapi sampe sekarang mereka belum pisah" gumam Zhizi yang masih mengikuti mereka dengan duduk di kursi trotoar. Kemudian ia melanjutkan langkahnya seolah-olah melihat pakaian yang berada dibalik kaca sebuah toko, dan alasan-alasan lainnya.
Aina dan Ayi akhirnya masuk kedalam celah diantara dua buah toko besar, saat menguntit mereka yang masuk kebeberapa bagunan tadi Zhizi hanya menunggu diluar, karena toko itu terlihat normal saja. Sekarang keganjalannya terjadi sedangkan hari sudah mulai gelap.
Hari ini malam minggu, itu berarti siswa asrama dibebaskan keluar sampai hari minggu. Seharusnya zhizi berencana pulang kerumah dan tidur disana tapi keadaannya sekarang sudah tidak memungkinkan hal itu.
Selang beberapa saat zhizi melanjutkan langkahnya untuk ikut masuk kesana, tempatnya memilih tangga kebawah yang tdak terlalu jauh.
Zhizi melihat sebuah pintu yang didepannya ada seorang laki-laki.
"Anak kecil tidak boleh masuk"
"Gue bukan anak kecil, lagi pula teman gue ngajak kesini kenapa gue gak boleh masuk"
Laki laki itu memperhatikan Zhizi yang mempunya badan kategori tinggi untuk gadis seusianya. Spontan tangan Zhizi ia silanglan dibadannya karena risih.
"Setidaknya bajumu terlalu santai untuk masuk kedalam" sahut laki-laki itu
Zhizi memperhatikan pakaiannya, memang jika dibandingkan dengan pakaian yang dipakai Ayi dan aina bajunya sangat jauh berbeda. Tapi dia sudah sampai sejauh ini tidak mungkin mundur dan menunggu minggu depan lagi untuk mencari tahu rahasia temannya itu. Sifat penasaran Zhizi memang tidak normal tapi sudah mendarah daging.
Hari sudah memasuki malam meski cahaya merah dilangit masih sedikit terlihat. Zhizi keluar dari sana dan segera mencari toko baju untuk mencari baju yang layak.
"Permisi...."
Zhizi masuk kedalam sebuah toko baju perempuan yang ia temui tak jauh darisana.
"Mencari baju yang seperti apa?"
"Ehm... baju untuk pesta bersama teman?" Tanya Zhizi dengan wajah canggungnya. Ia mengartikan baju yang harus ia pakai kedalam tempat yang ia prediksi sebuah club itu dengan sebutan 'pesta'.
Pegawai toko itu mengajak Zhizi untuk melihat beberapa baju, kebanyakan ia memberikan pakaian pendek seperti orang club pakai. Zhizi menolak itu semua karena tujuannya hanya agar bisa masuk kesana dan melihat temannya.
Setelah menjelaskan pakaian yang ia maksud, sang pegawai memberikan ia rok hitam yang sedikit kembang dan tepat seatas lututnya dan baju merah maron bercorak putih seperti awan yang tidak ketat dimasukkan kedalam rok. Penampilan zhizi sangat cantik dikarenakan posturnya yang lumayan tinggi.
Saat memperhatikan dirinya di cermin ia suka dengan penampilannya, tapi ia juga sedikit risih dengan betisnya yang terlihat.
"Apa ada sepatu boots disini?" Tanya zhizi
Toko baju itu memang menjual sepatu juga, akhirnya penampilan Zhizi sudah lengkap, ia memakai sepatuu boot hitam yang menutupi setengah betisnya, setidaknya itu sudah membuat zhizi merasa lebih aman dan lebih sopan dibanding semua makhluk disana nanti.
Sang pegawai perempuan itu menatap zhizi sambil terkagum, Zhizi terlihat cantik dengan rambut gelombangnya yang sudah digerai sepinggang.
"Ada yang kurang" sahut pegawai itu.
Pouch make up sudah berada diatas meja dengan Zhizi yang ikut duduk disana. Ia sedang didandani dengan ayeliner yang mempertajam matanya dan sedikit riasan lain.
"Sempurna" sahut pegawai itu
Saat melihat pantulan dirinya Zhizi langsung menutup mulutnya karena tidak percaya dengan penampilannya sekarang.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa beri power stone dan komentar yah ❤️