Chereads / Mystic Boy / Chapter 7 - Sadewa (Chapter 7)

Chapter 7 - Sadewa (Chapter 7)

Dewa dan Amor tengah menikmati sarapan mereka di kantin. Kedua insan itu terlihat saling diam karena tidak tahu harus membicarakan apa. Suasana hening itu seketika berubah pada saat Benny menghebohkan suasana.

"Woy! Diam-diaman mulu lo berdua! Ngobrol napa?" seru Benny. Ya, kehadiran Benny sangat ampuh untuk mengusir keheningan di antara Dewa dan Amor. Dewa pun bertanya kepada Benny.

"Gimana kabar kak Rio?" tanya Dewa.

"Yeah ... udah agak mendingan. Pelan-pelan, sifatnya balik lagi jadi normal," sahut Benny sembari tersenyum. Tentu saja itu adalah kabar yang menyenangkan bagi Dewa. Lalu, Benny pun bertanya kepada Dewa dan Amor.

"Terus gimana kencan kalian kemarin?" tanya Benny dengan senyum jahil yang tersungging di bibirnya sembari menatap mereka berdua secara bergiliran. Mendengar pertanyaan itu, Amor langsung tersedak. Sedangkan Dewa langsung memalingkan wajahnya. Sebab, ia malu jika mengingat yang terjadi kemarin. Melihat reaksi kedua orang itu, Benny jadi semakin yakin jika terjadi sesuatu di antara mereka berdua. Amor pun meminum jus mangga pesanannya dengan perasaan campur aduk. Entah kenapa, ia jadi sangat gugup.

"Eh, lo tahu nggak, Mor? Selain jago nyanyi, Dewa ini juga jago dance!" mendengar ucapan Benny, Dewa pun langsung menutup mulut Benny. Namun, tentu saja itu sudah terlambat, Amor sudah terlanjur mendengarnya. Gadis itu terlihat sangat antusias.

"Hah? Masa sih? Ih, Wa, kapan-kapan kasih lihat ke gue dong tarian lo," pinta Amor.

"Ogah," dengan tegas, Dewa menolak permintaan itu. Namun, ia tidak bisa menyembunyikan wajahnya yang merah.

"Cieee ... nge-blush," goda Benny sembari tertawa, sedangkan Amor terlihat tengah menahan tawanya. Dewa pun menatap Benny dengan tatapan datar.

"Awas aja, gue masih liatin," gumam Dewa dengan datar, sedangkan Benny masih tertawa terbahak-bahak melihat raut wajah Dewa.

Beberapa saat kemudian, Benny pun pergi ke toilet akibat terlalu banyak tertawa, sehingga membuatnya ingin kencing. Dewa jadi lega sekali, akhirnya orang itu pergi juga. Amor pun melanjutkan aktifitas makannya.

"Sebenarnya alasan lo pindah ke sini, karena lo lagi nyari adek lo kan?" tanya Dewa. Amor menghentikan aktifitasnya, ia hanya bisa menganggukkan kepala. Raut wajah gadis itu terlihat sangat sedih ketika Dewa mengingatkannya soal adiknya.

"Ratu, adek gue, dia hilang lebih dari sebulan yang lalu. Dia hilang waktu dia berkunjung ke rumah ayah gue pas liburan. Orang tua gue udah cerai, gue sama Ratu ikut tinggal di Bandung sama ibu. Jadi, dia pingin banget ketemu sama ayah," cerita Amor yang terlihat sedang menahan tangisnya. Dewa jadi tahu masalah sebenarnya, semuanya jadi terlihat sangat jelas.

"Kalau gitu, pulang sekolah, lo harus ikut gue ke rumah sakit," ucap Dewa. Gadis itu terlihat bingung, kenapa tiba-tiba seperti itu?

"Kenapa? Lo sakit?" tanya Amor. Dewa pun menggelengkan kepalanya.

"Ntar juga lo tahu,"

*****

Begitu sampai di rumah sakit, Dewa pun membawa Amor menuju ke kamar mayat. Gadis itu terlihat semakin bingung. Namun, ia hanya bisa mengikuti langkah laki-laki itu.

Sesampai di kamar mayat, Dewa membuka salah satu selimut yang menutupi tubuh jenazah. Namun, jenazah terlihat hanya tinggal tulang berbalut baju yang ... sangat dikenal oleh Amor.

"Maksud lo apa bawa-bawa gue ke sini?" tanya Amor yang semakin tak mengerti dengan semuanya, Dewa pun menjawab.

"Itu Ratu, adek yang selama ini lo cari-cari," sahut Dewa. "Tadi, gue ketemu sama dia. Dia bilang, dia pingin banget ketemu sama lo,"

Gadis di hadapannya itu benar-benar tak menyangka, apa itu benar-benar adiknya? Sulit dipercaya. Tapi, bajunya benar-benar mirip dengan baju yang sering dikenakan Ratu. Gadis itu menangis sembari memeluk tulang-tulang itu. Dewa sungguh tak tega melihat Amor menitikkan air mata sederas itu.

"Kenapa adek gue jadi kayak gini? Siapa yang ngelakuin ini sama adek gue?" tanya Amor sembari terus memeluk tubuh adiknya dengan linangan air mata.

"Adek lo diculik pedofil, diperkosa, dan dibunuh di rumah kosong," sahut Dewa. Tangisan Amor terdengar semakin menyayat hati siapapun yang mendengarnya, gadis itu berteriak memanggil nama adiknya.

Dewa pun melihat sesosok makhluk anak kecil yang tadi ia temui. Makhluk itu terlihat sangat senang melihat kedatangan Amor.

"Lo harus tahu, adek lo sekarang ada di hadapan lo," ujar Dewa. Pandangan mata Amor mencari-cari sosok adiknya. Namun, ia tak menemukannya. Gadis itu jadi semakin sedih, kenapa disaat-saat seperti ini, ia tak bisa melihat adiknya?

"Dia kelihatan senang banget bisa ketemu sama lo. Dia bilang, dia bisa pergi dengan tenang," lanjut Dewa. Sesosok gadis kecil itu perlahan-lahan pergi meninggalkan mereka dengan senyuman yang terus mengembang. Sedangkan Amor masih tak bisa menghentikan linangan air matanya.

*****

Pukul 20.00 WIB, Dewa mengikuti Amor yang terlihat berjalan di jalan yang sepi. Laki-laki itu sangat khawatir dengan keadaan Amor yang masih belum bisa merelakan kepergian Ratu. Sejak pulang dari rumah sakit, tatapan mata Amor terlihat sering kosong, ia bahkan tak menyadari jika Dewa mengikutinya. Maka dari itu, Dewa khawatir jika gadis itu berbuat nekad.

Langkah Amor pun terhenti di atas jembatan, di bawah jembatan itu terlihat sungai besar yang dipenuhi dengan bebatuan. Amor melompati pembatas jembatan itu. Melihat aksi Amor, Dewa pun memeluk tubuh gadis itu dengan erat agar tak jadi melompat. Dengan sigap, Dewa menarik tubuh Amor dari pembatas itu. Gadis itu terlihat meronta-ronta sembari menangis.

"Lepasin gue!" teriak Amor. Tapi, Dewa tak mau melepaskan tubuh gadis itu dari pelukannya.

"Nggak, gue nggak akan pernah ngelepasin elo," sahut Dewa, gadis itu pun menangis di pelukan Dewa.

"Gue tahu betapa beratnya kehilangan. Tapi, apa lo nggak mikirin, gimana perasaan orang-orang terdekat lo kalau sampai lo ngelakuin itu? gue nggak akan biarin elo ngelakuin hal nekad itu lagi," ujar Dewa yang terus memeluk Amor, ia bahkan mengusap-usap rambut gadis itu untuk memberikan ketenangan kepada Amor.

*****

Dewa dan Amor duduk di tengah jalanan yang sangat sepi. Tapi, tak satupun dari mereka bersuara. Dewa pun mengembuskan napas panjang, ia terpaksa melakukan ini.

"Ok, mungkin ini satu-satunya cara biar lo bisa tersenyum," gumam Dewa. Laki-laki itu pun meletakkan ponselnya di samping Amor, Dewa pun berdiri, dan melakukan random dance dengan musik yang terputar acak di ponselnya.

Amor pun akhirnya melihat Dewa yang asyik menari. Melihat laki-laki itu menari, Amor sedikit demi sedikit bisa tersenyum. Gadis itu bahkan tertawa ketika Dewa menarikan lagu anak-anak.

Melihat gadis itu tertawa, Dewa pun menghentikan kegiatannya. Ia sangat senang melihat gadis itu bisa tertawa meskipun itu membuat dirinya sangat malu. Tapi, untuk saat ini, rasa malunya itu tidaklah penting. Yang penting, Amor kembali bisa tertawa.

"Jangan sedih lagi. Karena, masih ada gue yang bakalan selalu ada buat elo," gumam Dewa sembari mengusap pipi Amor, gadis itu pun tersenyum dan menganggukkan kepala.

***** TBC *****