Dewa mengelilingi jalan dengan menggunakan motornya secara perlahan-lahan. Matanya menyusuri seluruh jalanan yang ia lalui, ia mencari seseorang. Namun, ia tak kunjung menemukannya. Orang itu adalah Amor. Ya, dia mencari Amor karena dia merasakan firasat buruk mengenai gadis itu.
"Kamu di mana, Mor?" gumamnya. Ia pun menghentikan laju motornya dan mengambil ponsel dari saku jaketnya. Ia menelepon Amor, namun tak ada jawaban. Ia mencoba menelepon gadis itu sekali, namun masih sama.
Laki-laki itu semakin khawatir dengan Amor. Pasalnya, gadis itu tak pernah seperti ini sebelumnya. Dewa mencoba menenangkan dirinya dan menjernihkan pikirannya agar ia bisa menggunakan kemampuan klervoyans yang ia miliki, ia memejamkan mata, dan menggunakan seluruh kemampuannya.
Beberapa saat kemudian, Dewa membuka matanya. Matanya terlihat emosi. Sebab, gadis yang ia suka berada dalam bahaya. Ia mencari-cari cara, bagaimana caranya agar bisa menyelamatkan gadis itu? Dia tidak bisa bersikap gegabah. Sebab, dia akan berurusan dengan orang 'sakit'. Dia harus bisa membuat strategi, agar orang 'sakit' itu pergi dari hadapan Amor ...
*****
Amor tersadar dari pingsannya. Namun, ia sangat terkejut melihat suasana yang ada di sekitarnya. Ia berada di dalam kamar, namun ini bukanlah kamarnya!
Gadis itu pun duduk di ranjang yang sedaritadi ia tiduri. Tetapi, tangan dan kakinya diikat dengan sangat erat, sehingga membuatnya tak bisa membebaskan diri. Mulutnya telah terisolasi dengan menggunakan isolasi berwarna hitam. Hal itu membuatnya tidak bisa berteriak untuk meminta tolong.
Amor melihat-lihat suasana di sekitarnya, kamar ini sangatlah luas dan terasa nyaman dengan dinding yang semuanya berwarna putih. Gadis itu pun hendak berdiri, tetapi ia terjatuh karena tak bisa berjalan. Ia pun menyeret tubuhnya agar bisa menuju ke meja untuk mencari pisau atau sejenisnya agar bisa memotong seluruh ikatan ini.
Disaat Amor sedang sibuk mencari, tiba-tiba seseorang masuk ke dalam kamar itu. Gadis itu sangat terkejut melihat orang tersebut. Benar, orang itu adalah yang berbicara dengannya tadi pagi.
"Andre... ?"
Laki-laki itu membawa makanan serta minuman soda di atas nampan sembari tersenyum memandangi gadis itu.
"Kamu udah bangun rupanya," gumam Andre. Ia pun meletakkan nampan itu di meja dan menghampiri gadis yang terlihat masih sangat terkejut itu. Amor sangat ingin berbicara, tetapi karena tak bisa membuka mulut, ia hanya bisa bergumam tidak jelas.
"Oh, ayo kita duduk dulu biar bisa ngobrol dengan santai," ucap Andre. Ia pun menggendong tubuh kecil Amor ke kursi, sedangkan Amor hanya bisa ketakutan sembari berdo'a dalam hati. Ia berharap, seseorang bisa menyelamatkannya.
"Tolong aku, Dewa ..."
Tak lama kemudian, Andre melepaskan plester yang ada di mulut Amor dengan pelan.
"Kamu mau ngomong apa, Sayang?" tanya Andre dengan nada bicaranya yang sangat lembut. Laki-laki itu benar-benar berbeda dengan Andre yang ia temui tadi pagi, mulai dari cara bicaranya, sampai penampilannya . Laki-laki itu bahkan tak menggunakan kacamatanya lagi.
"K-kenapa ... kamu nyulik aku?" tanya Amor dengan sedikit gagap. Ia mencoba untuk setenang mungkin, tetapi itu sangatlah sulit. Mendengar pertanyaan Amor, laki-laki itu pun tertawa terbahak-bahak.
"Aku nggak nyulik kamu, Sayang. Aku bawa kamu ke sini, biar kita bisa saling mengikat janji," sahut Andre dengan santai. Amor tertegun mendengar semua ucapan Andre, sayang? Janji? Apa maksudnya? Apa mungkin laki-laki di sampingnya ini benar-benar sakit jiwa? Mungkin saja Andre salah paham dengan semua yang dikatakan oleh Amor tadi pagi.
Sejujurnya, sekarang Amor sangat takut. Namun, ia pernah membaca sebuah artikel mengenai cara menghadapi psikopat. Di artikel itu disebutkan bahwa kita harus tetap tenang dan tersenyum untuk memanipulasi orang seperti Andre. Oleh karena itu, Amor mencoba untuk tetap tenang dan tersenyum.
"A-aku, aku ingin minum," gumam Amor sembari tersenyum kecut.
"Oh, aku hampir lupa," ucap Andre. Laki-laki itu pun berdiri dan membawa nampan itu di hadapan Amor. Laki-laki itu pun duduk dan melepas semua ikatan yang ada di tubuh Amor.
"Maaf, mungkin kau merasa kesakitan karena aku mengikatmu terlalu kencang. Tapi, aku melakukan ini biar kamu nggak kabur," ucap Andre. Lagi-lagi, gadis itu hanya bisa tersenyum kecut.
*****
Dewa mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi dan menuju ke sebuah apartemen, di mana Amor di bawa oleh pemuda itu. Dewa memarkir motor itu dengan asal-asalan, ia tidak peduli meskipun sekuriti memarahinya. Dewa terus memasuki apartemen itu.
Dewa pun melihat alarm darurat di sudut ruangan. Tanpa ragu, ia pun memecahkan manual break glass dengan tangannya sendiri. Ia tak peduli meskipun tangannya berdarah-darah. Setelah itu, ia pun menekan tombol alarm yang tertera di sana. Setelah itu, ia pun berteriak-teriak di sepanjang lantai itu.
"Kebakaran... ! Kebakaran... !" seru Dewa. Semua orang pun berhamburan keluar dari kamar mereka dengan panik. Dewa pun melangkah melawan arus manusia-manusia itu.
Tunggu aku, Mor. Aku pasti nyelamatin kamu...
***** TBC *****