Chereads / Mystic Boy / Chapter 13 - Sadewa (Chapter 13)

Chapter 13 - Sadewa (Chapter 13)

Semua orang di lantai satu berhamburan keluar gedung apartemen itu. Bahkan, ada beberapa orang dari lantai atas berlarian menuruni tangga. Dewa mencari-cari keberadaan Amor serta orang yang menculiknya. Dewa tak tahu, ke mana laki-laki itu membawa Amor. Namun, ia berusaha untuk tetap mencari gadis itu. Ia pun berlari menaiki tangga menuju lantai dua.

"Kebakaran ... ! Kebakaran ... !" lagi-lagi dia berteriak di sepanjang koridor. Ia mengelilingi lantai dua, namun lagi-lagi ia tak menemukan Amor. Ia berhenti sejenak, dan bersandar pada dinding untuk mengatur napasnya.

Sial! Apartemen ini memiliki tiga puluh lantai, bagaimana Dewa bisa mencarinya dengan cepat jika ia justru lambat seperti ini?

*****

Amor memandangi laki-laki yang tengah memandanginya dalam-dalam itu. Amor jadi semakin bingung, apa lagi yang harus ia lakukan? Apa tidak ada cara lain yang bisa menyelamatkannya? Amor menelan ludahnya karena ia sangat ketakutan. Namun, ia harus tetap berpura-pura seperti sekarang.

"Ap-apa ... k-k-kamu nggak bisa ... izinkan aku pulang?" tanya Amor dengan tergagap-gagap, serta tangannya yang gemetaran. Andre pun tersenyum. Tetapi, lebih tepatnya senyum licik.

"Bagaimana ya? Aku nggak bisa percaya sama orang lain, termasuk kamu. Jadi, maaf saja, aku nggak bisa lepasin kamu sedetikpun," sahut Andre. Melihat senyuman laki-laki itu, Amor jadi semakin gentar. Bagaimana ini?

"Ya Allah, apa yang harus hamba lakukan? Dewa, aku mohon, tolong aku ..."

Andre dan Amor mendengar suara orang berlarian di luar kamar itu. Bahkan, beberapa orang juga berteriak.

"Kebakaran ... !" teriak orang-orang itu sembari berlarian. Karena sedikit panik, Andre pun menghampiri Amor dan menggandeng tangan kiri gadis itu.

"Ayo kita pergi dari sini," ajak Andre, Amor hanya bisa pasrah menerima nasibnya. Ia tidak bisa melarikan diri, sebab, ia pasti akan celaka melarikan diri tanpa perencanaan yang matang. Mereka pun segera keluar dari kamar itu.

Setelah keluar dari kamar, mereka berjalan mengikuti orang-orang yang tengah panik itu. Sedangkan Amor masih memikirkan cara untuk melarikan diri. Namun, tiba-tiba tangan kanannya ditarik oleh seseorang. Tarikan itu sangat keras sehingga membuat tangan Amor terlepas dari genggaman tangan Andre. Namun, Andre tak menyadari bahwa gadis itu telah terlepas dari dirinya.

Amor pun menatap orang yang telah menarik tangannya, ia pun sangat terkejut melihat sosok laki-laki di hadapannya itu.

"Dewa ... ? Kamu ... nyelamatin aku?" tanya Amor dengan lirih. Gadis itu benar-benar tak menyangka jika pemuda itu benar-benar menolongnya.

"Udah nggak ada waktu lagi, kita lewat jalan pintas," gumam Dewa, ia pun menggenggam tangan gadis itu, dan membawa gadis itu ke arah yang berlawanan.

Andre pun menyadari bahwa Amor telah menghilang dari genggamannya. Ia pun memperlihatkan senyum licik yang ia miliki seolah-olah menemukan cara untuk menangkap Amor kembali.

Mor, kamu nggak akan bisa melarikan diri dariku ...

*****

Dewa dan Amor berlarian di koridor, mereka hendak masuk ke dalam lift. Namun sayangnya, listrik tiba-tiba padam.

"Kenapa listriknya mati? Apa lagi pemadaman?" tanya Amor dengan sedikit panik, Dewa menggelengkan kepalanya.

"Bukan, ini perbuatannya," sahut Dewa, ia jadi merasa sedikit pusing karena darah di tangannya terus menetes hingga luka itu mengering. Dewa terus memegangi kepalanya yang terasa pening.

"Wa, kamu nggak apa-apa?" tanya Amor yang terdengar begitu mengkhawatirkan Dewa di tengah gelapnya tempat ini.

"Aku nggak apa-apa," sahut Dewa. Amor tahu, berapa kali pun ia bertanya, jawabannya akan selalu sama. Sampai kapan pemuda ini akan terus berbohong?

Dewa mengambil ponsel dan menyalakan fitur senter di ponselnya agar mereka bisa melihat dengan jelas. Namun, mereka tiba-tiba mendengar suara seseorang dari arah lain.

"Kalian nggak akan bisa melarikan diri dariku," ucap Andre, Dewa pun mengarahkan senter ponselnya ke arah suara itu. Namun, betapa terkejutnya Dewa ketika Andre tiba-tiba berlari ke arahnya dengan membawa pisau. Dewa menjatuhkan ponselnya dan dengan sigap, ia menghalangi serangan itu dengan tangannya. Namun, luka yang mengering itu kembali mengeluarkan darah segar, bahkan di kedua tangannya. Amor yang sangat terkejut ketika melihat kejadian itu pun menangis, ia tidak mau Dewa terluka karena dirinya.

"Berhenti ... !" teriaknya. Andre menoleh ke arah Amor, Dewa pun tak melewatkan kesempatan itu. Ia mendorong pisau itu, hingga tubuh Andre terjatuh.

"Pegang pergelangan tanganku, jangan sampai kamu lepasin," ucap Dewa. Amor pun mengangguk, dan meraih pergelangan tangan Dewa, mereka pun berlari dengan sangat cepat. Sementara Andre berusaha berdiri pelan-pelan.

Tunggu saja ...

*****

Dewa dan Amor bersembunyi di dalam lemari di salah satu kamar, karena mereka dikejar oleh laki-laki itu. Namun, tidak terdengar ada suara di luar sana.

"Apa dia udah pergi?" tanya Amor dengan lirih.

"Nggak, dia nunggu kita di ruangan ini. Dia sengaja ngebiarin kita ketakutan di sini, dan membunuh kita pelan-pelan," sahut Dewa. Laki-laki itu tiba-tiba hendak berdiri.

"Kamu mau ke mana?" tanya Amor, Dewa pun menjawab.

"Kamu tunggu di sini aja, jangan ke mana-mana," sahutnya.

"Tapi ... " belum selesai Amor berkata, Dewa pun keluar dari dalam lemari. Namun, tiba-tiba laki-laki itu muncul di hadapan Dewa dengan pisau di tangannya. Amor pun ketakutan melihat kedatangan Andre yang tiba-tiba muncul begitu saja. Dewa pun menghindari serangan dari Andre, dan mendorong tubuhnya. Dewa menindih tubuh Andre dan menahan kedua tangan Andre dengan sisa-sisa kekuatannya.

Dewa mengatur napasnya yang tersengal-sengal, ia pun memejamkan kedua matanya. Tidak ada cara lain untuk menghentikan pemuda yang terus memberontak itu, Dewa harus bisa menggerakkan pikiran Andre agar pemuda itu bisa menghentikan aksinya.

Beberapa saat kemudian, Dewa membuka matanya dan menatap mata Andre dengan sangat tajam. Tapi, entah apa yang terjadi, Andre tiba-tiba berteriak ketakutan.

"Nggak! Nggak mungkin!" teriak pemuda itu. Andre benar-benar terlihat frustasi. Amor menyaksikan semua itu, ia sangat terkejut melihat reaksi Andre yang seperti itu. Apa yang baru saja dilakukan oleh Dewa?

Dewa pun melepaskan tangan Andre. Ia merasa sangat lega telah berhasil melakukannya. Namun, dia terlalu banyak mengeluarkan kekuatannya, serta darah yang banyak menetes di lantai. Sehingga, tubuhnya semakin lama semakin lemah. Perlahan-lahan, ia kehilangan kesadarannya. Tubuhnya pun terhempas ke lantai.

"Dewa ... !!!"

***** TBC *****