Intensitas cahaya matahari yang memasuki ruangan melalui jendela mulai berkurang, Cahayanya semakin terik sebagai tanda bahwa waktu tengah memasuki siang hari.
Fu Xie Lan yang selesai membersihkan diri memutuskan untuk berjalan-jalan di sekitar gedung. Terus mengurung diri di kamar tidak akan menghilangkan rasa ingin tahunya. Seperti saat ini, ketika melangkahkan kaki menuruni tangga menuju lantai dasar dan keluar ruangan, matanya berbinar mendapati gedung dengan beberapa rak buku berjejer rapi di dalamnya. Ia mengetahuinya karena kemampuan matanya yang sengaja ia gunakan. Gedung itu berada tak terlalu jauh darinya. Ia mungkin bisa memperoleh informasi mengenai dunia ini dari beberapa buku di sana.
.
.
.
Langkahnya tidak cepat pun tidak melambat, Fu Xie Lan mengelilingi beberapa rak buku tanpa memperdulikan keberadaan orang-orang yang juga berada di ruangan itu. Ia tidak menyadari bahwa pandangan semua orang tertuju padanya. Beberapa dari mereka memandang tak suka dan tak sedikit pula yang memberi pandangan jijik.
Fu Xie Lan terus saja fokus mencari beberapa buku yang mungkin dianggapnya mampu mengurangi rasa ingin tahunya. Langkahnya terhenti ketika matanya tertuju pada sebuah buku coklat tebal dengan tulisan "Sejarah Phoenyx Academy" yang tertera pada sampulnya. Jika ingatannya benar, sepertinya ia pernah mendengar tempat itu dari tetua Chen. Mungkin ia bisa memulai dari sana, pikirnya.
Tangannya yang terulur ingin menggapai buku itu terhenti oleh keberadaan seseorang yang tiba-tiba saja ada di sampingnya.
"Hey, apa yang coba kau lakukan?"
Fu Xie Lan yang merasa bahwa seseorang tengah mengajaknya berbicara memalingkan pandangannya dan mendapati seorang gadis yang kira-kira seumuran dengannya. Postur tubuh tinggi dengan badan yang agak berisi memberi nilai plus pada wajahnya yang memang sudah cantik.
Fu Xie Lan hanya memandangnya sekilas kemudian kembali pada buku yang tadi ingin diraihnya. Namun sebelum buku itu disentuh olehnya, tangan lain tiba-tiba mengambil buku itu terlebih dahulu. Itu adalah gadis yang tadi.
"Apa yang coba kau lakukan, hah?"
"Jangan mencemari tempat ini dengan keberadaanmu," ucap gadis itu sinis.
"Berika padaku," ucap Fu Xie Lan sama sekali merasa tidak terganggu.
"Tidak, untuk apa kamu membaca buku ini? Kamu bahkan bukan berasal dari bangsa Wizard. Aku tak sudi,"
"Hey teman-teman, lihat! Di sini ada manusia. Bukankah kalian juga menyadarinya?" Setelah mengatakan itu semua orang yang sebelumnya hanya memperhatikan kini tengah berkumpul membentuk sebuah lingkaran mengelilingi Fu Xie Lan dan gadis itu dengan pandangan tidak suka.
"Fei Lin, dia seorang half grip. Aroma fairy, ya aku merasakan dalam dirinya," celetuk seorang pria diantara kerumunan.
*Half grip dalam cerita ini adalah sebutan bagi mereka yang merupakan keturunan setengah manusia.
"Tapi tetap saja darah manusia mengalir dalam tubuhnya," teriak yang lain.
"Aku bertanya-tanya sedari tadi, apa yang dilakukannya di tempat ini? Wilayah ini adalah milik bangsa wizard," ucap seorang gadis yang juga berada diantara kerumunan.
"Biar ku tebak. Mungkin dia di usir dari bangsanya sendiri karena darah terkutuk dalam tubuhnya hahahaha," cemooh seorang pria diikuti gelak tawa dari yang lain.
Sementara Fu Xie Lan yang mendapat perlakukan seperti itu memberi pandangan dingin dan tetap tenang. Meskipun ia tidak mengerti dengan beberapa ucapan dari mereka, tetapi ia tahu bahwa yang mereka maksud adalah dirinya.
"Lihat?" Gadis yang beridiri di depannya kembali bersuara.
"Tak ada yang menyukaimu di sini, sebaiknya kau pergi. Keberadaanmu membuatku ingin muntah," tambahnya.
Gadis yang dipanggil dengan nama Fei Lin melihat reaksi tenang gadis di depannya membuatnya sangat tidak suka. Ini adalah pertama kalinya seseorang masih bersikap tenang setelah digertak olehnya.
Fu Xie Lan kemudian berbalik dan meninggalkan gadis itu dengan ekspresi yang masih sama tanpa mengucapkan satu kata. Sangat tenang dan acuh tak acuh.
Sementara Fei Lin yang merasa diacuhkan menjadi geram. Tak ada yang pernah memperlakukannya seperti ini terlebih di depan orang banyak. Ia tidak terima.
"Dasar jalang, sepertinya kau harus diajari sopan santun!" Teriak gadis itu lalu menarik rambut Fu Xie Lan yang tubuhnya sudah setengah berbalik.
Refleks, Fu Xie Lan berbalik, memutar tangan gadis itu kemudian mengangkat dan membanting tubuh gadis itu ke lantai.
"Jangan menggangguku jika tidak ingin terluka!" Suara dingin yang berhasil lolos dari mulut Xie Lan dengan cepat membungkam kerumunan.
Gadis yang tersungkur di lantai kembali bangkit, amarah sudah menguasainya. Tiba tiba cahaya biru terang melesat dari tangannya dan berhasil mengenai tubuh Fu Xie Lan. Suara bedebum terdengar. Beberapa buku ikut berjatuhan akibat tubuh Fu Xie Lan yang menabrak keras rak buku yang berada jauh di belakangnya.
"Jangan menggangguku jika tidak ingin terluka? Cih lelucon macam apa itu? Lihat dirimu! Jangan mengira kamu berdarah fairy dan aku tak berani melukaimu? Sebaiknya kau enyah saja,"
Fu Xie Lan terbatuk dan berhasil memuntahkan darah, benturannya sangat keras sedang kondisi fisik tubuhnya masih sangat lemah. Jika di kehidupan sebelumnya, ia tidak akan sampai memuntahkan darah hanya karena benturan seperti itu sebab tubuhnya kuat dan juga terlatih sangat berbeda dengan kondisi tubuhnya sekarang.
Tiba-tiba sebuah pemikiran terlintas di benaknya. Apakah pil yang diberikan tetua Bao sebelumnya di hutan terlarang adalah pil aroma? Dan sekarang efek dari pil itu telah habis. Dengan begitu mereka bisa mengetahui bahwa dirinya adalah manusia. Ia tidak begitu bodoh untuk cepat menganalisa semuanya. Tapi ada apa dengan bangsa Fairy? Ia sama sekali tak bisa mengerti. Jika saja ia lebih mempertimbangkan segala marabahaya sebelumnya, ia tak akan mengambil langkah seceroboh ini.
Fu Xie Lan berusaha bangkit namun tak bisa. Fisiknya memang sangat lemah. Sepertinya ia memiliki tugas tambahan, melatih fisiknya.
Selesai mengusap darah yang keluar dari mulutnya, tubuhnya tiba-tiba kembali melayang di udara. Napasnya menjadi sesak seperti seseorang sedang mencekik lehernya.
"Apa katamu tadi? Coba katakan lagi," ucap gadis bernama Fei Lin sinis.
Kerumunan orang-orang terdiam, tak ada yang berani bersuara dan hanya menyaksikan gadis itu menyiksa seorang half grip. Mereka sangat tahu bagaimana konsekuensi ketika berurusan dengan Fei Lan.
"Berhenti!" Suara sedingin es tiba-tiba menghentikan aksi gadis itu. Pandangan semua orang tertuju pada seorang pria yang mereka tidak sadari sedang duduk di sudut ruangan yang tak jauh dari mereka berada. Jubah hitam yang dikenakannya menutup setengah wajahnya, hanya surai abu-abunya yang nampak, memberi kesan misterius.
"Jika ingin mengacau, jangan di sini. Menganggu saja," ucap pria itu.
"Dan kamu, berhenti berkeliaran!" Tambahnya lagi menunjuk Fu Xie Lan lalu beranjak meninggalkan ruangan.
Meskipun hanya beberapa kata namun itu berhasil membuat mereka kesulitan bernapas. Mereka merasa takut sekaligus kagum disaat yang bersamaan. Hal itu karena aura pria itu sangat menakutkan, pula ia sangat berkarisma. Postur tubuh tinggi dan kokoh, kulit putih bersihnya yang terlihat membuat sedikit banyak dari mereka bisa menebak seperti apa rupa dibalik jubah itu.
Sementara Fu Xie Lan, entah mengapa ia merasa tidak asing dengan pria itu.
Fei Lin yang tersadar dari kekagumannya segera menyusul pria itu.
"Hey tunggu," ucapnya setengah berlari. Rasa sakit akibat benturan tubuhnya di lantai menghilang begitu saja.
"Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya, aku Fei Lin, boleh aku tahu namamu? Siapa tahu suatu saat kamu butuh sesuatu dariku,"ย tambahnya lagi menawarkan diri setelah berhasil mencapai pria itu.
"Enyah," ucap pria itu dingin dan pergi.
Jawaban yang membuat kekesalan Fei Lan semakin menjadi-jadi.
Selang beberapa detik, Wan Lie, tetua Chen dan tetua Bao datang bersamaan.
"Apa yang terjadi?" Teriak tetua Chen melihat Fu Xie Lan tersungkur di lantai dengan beberapa buku berserakan di sekitarnya. Ia hanya meninggalkan perpustakaan beberapa menit dan sudah seperti ini.