Hagin terdorong mundur setelah dia tidak bisa menghindari tendangan Buyencu, dia mendekati Buyencu setelah menyeimbangkan posisinya. Hagin tidak merasa kewalahan menghadapi Buyencu yang memiliki kekuatan tinggi dan kecepatan yang cepat, dia mampu mengimbanginya, namun keringat terus menetes dan membasahi seragamnya. Perkelahian itu jauh lebih sengit ketimbang apa yang ada di dalam Freshman War.
Terdesak dan tidak bisa mengelak, Hagin menerima bogem mentah dari Buyencu, dia terdorong hingga menyentuh tembok kelas. Pukulan yang mengarah ke dirinya begitu cepat dan hampir semua pukulan mengarah ke kepalanya, Hagin bertahan dengan menggunakan kedua tangannya untuk menahan pukulan Buyencu, dia melangkah ke samping untuk mencari celah dan keluar dari situasi tidak menguntungkan ini.
Usahanya untuk keluar dari situasi tidak menguntungkan itu membuahkan hasil setelah ia menghindari salah satu pukulan Buyencu yang mengarah ke pelipisnya, dia menunduk dan balas menyerangnya dengan mengarahkan pukulannya tepat ke dagu Buyencu. Kudrewa menggunakan gerakan counter dan uppercut sekaligus dalam satu waktu.
Setelah terbebas dari kekangan Buyencu yang cukup intens itu, Hagin langsung membalikkan situasi, ia melayangkan kombinasi pukulan yang mengarah ke perut dan kepala. Dia memang berhasil mendaratkan pukulan ke arah perut Buyencu, namun ketika dia mengarahkan tinjunya ke arah kepala Buyencu, dia malah mendapatkan serangan balasan berupa tendangan ke arah perut.
"Sial!! Tendangannya begitu kuat, apa-apaan kekuatannya ini, dia tidak bisa kuhadapi dengan setengah hati. Aku harus menghadapinya dengan serius atau malah aku sendiri yang akan merasakan dinginnya lantai," gumam Hagin, dia merasakan tendangan Buyencu yang kuat, dan dia masih bisa merasakan rasa nyeri itu.
Buyencu tertawa lirih sambil mengusap darah yang keluar dari mulutnya. Melihat Hagin yang masih memegangi perutnya, Buyencu memiliki senyum yang merekah di wajahnya, dia tahu jika serangannya berhasil melukai Hagin. Buyencu kembali memasang kuda-kudanya dan bersiap untuk masuk ke babak selanjutnya, tatapan matanya masih panas dan bergairah untuk melanjutkan pertarungannya yang terhenti setelah Hagin mundur.
"Kenapa kau menghindar dan mundur? Apakah ini kemampuanmu, tampaknya rumor itu hanya kabar burung belaka. Apa-apaan ini, kau sama sekali berbeda dengan waktu itu, mengasihaniku? Jangan pandang rendah aku, sampah!!!" teriak Buyencu yang disusul dengan serangan yang lebih intens dan membabi-buta. Dia menghancurkan pertahanan yang Hagin pasang dengan serangan brutalnya.
Hagin menghindari serangan kombinasi yang berbahaya itu, ia membuka ruang gerak baru dengan melompat ke samping ketika mendapatkan serangan berupa tendangan. "Kabar burung apa yang kau dapatkan? Jangan mengada-ada, aku tidak pernah melakukan apa-apa, baru saat ini aku menunjukkan taringku. Kau hanya ingin membuyarkan konsentrasiku saja kan, Buyencu?"
Menghindar dari serangan yang datang dengan cepat, Hagin menghela nafas lega, dia berhasil untuk menghindari serangan yang dapat membuatnya tak sadarkan diri. Ia kembali ke dalam posisi kuda-kudanya, menendang dan memukul lantas menggunakan kombinasi tendangan ke arah depan lalu menggunakan gerakan dwi chagi yang ada dalam gerakan taekwondo, kemudian dia melayangkan pukulan straight.
Kombinasi itu dilakukan dengan cepat yang tentunya mengambil keuntungan dari Buyencu yang tidak siap. Meski Buyencu dalam keadaan lengah, serangan yang datang ke arahnya tidak terlalu keras, sehingga dia masih sadar dan mampu membalas. Buyencu mundur dan berada dalam posisi yang tidak diuntungkan, dia hanya bisa bertahan sambil sesekali balik menyerang.
Hagin begitu mendominasi pertarungan dengan gerakan-gerakan yang gesit dan kuat. Setiap kali ia menerima pukulan dia akan mengembalikannya dua kali lipat lebih banyak dan lebih kuat. Buyencu mulai melemah dan dia terus berada pada posisi bertahan tanpa bisa membalikkan situasi yang mulai dipegang kendalinya oleh Hagin. Pertarungan itu makin sengit ketika intensitas serangan Hagin meningkat, tetesan darah melapisi lantai kayu dan membuatnya basah. Hagin tidak membiarkan Buyencu lolos dari cengkeramannya, dia terus memborbardir Buyencu dengan serangan kombinasi pukulan yang tepat dan akurat mengarah ke kepala Buyencu.
"Aku lemah? Kau sendiri yang tidak memiliki kekuatan, apa yang bisa kau lakukan saat ini hanya bertahan dan bertahan. Apa yang ingin kau katakan sekarang, Buyencu?" Hagin tidak melepaskan kesempatan untuk menghajar Buyencu yang berada pada posisi bertahan, setiap pukulannya kuat dan mampu membuat Buyencu berdarah.
Hagin mengakhiri pertarungan dengan menendang perut Buyencu dan mengirimnya terbang ke bangku-bangku di kelas. Suara benturan tubuh Buyencu dengan bangku dan meja terdengar sangat keras dan membuat para siswa di kelas menjadi tercengang. Mereka melihat salah satu orang terkuat di kelasnya jatuh tak berdaya dan terbaring di antara meja dan bangku. Mereka mulai melangkah mundur dan menghindari Hagin yang mendekati Buyencu, langkahnya pelan namun pasti.
"Masih ingin bilang aku lemah? Kau malah asik-asikkan tiduran di antara berbagai kayu ini. Buktikanlah kekuatanmu sebelum kau banyak bicara, gelar apa pun yang kau miliki di masa smp itu sama sekali tidak berguna. Kalau lemah ya lemah, tidak usah berlagak sok kuat," ucap Hagin sambil melayangkan beberapa pukulan yang makin membuat Buyencu bonyok.
Hagin tidak menghentikan pukulannya hingga Buyencu benar-benar tidak berdaya dan wajahnya penuh akan luka dan lebam. Darah mengalir di wajah Buyencu, tidak ada tanda belas kasihan dari Hagin, ia terus memborbardir Buyencu yang tidak bisa bergerak lagi. Buyencu tepar tidak berdaya, nafasnya pun tidak beraturan, ia benar-benar kehabisan nafas setelah bertukar pukulan dengan Hagin.
Tak jauh berbeda dari Buyencu yang kelelahan, Hagin pun mengalami nasib serupa, dia mengatur nafasnya yang tak beraturan dan terengah-engah itu. Bukannya duduk atau beristirahat, Hagin menatap siswa yang ada di kelas dengan tatapan mata yang sangat dingin. Dia yang berada dalam kondisi tidak fit pasti akan kesulitan jika harus melawan siswa yang ada di kelas.
Pandangannya teralih dari siswa-siswa yang melangkah mundur ke arah Buya dan Toi Nare yang masih bertarung. Mereka saling bertukar serangan dengan liar, terlihat ada banyak memar di wajah Buya, begitu pula dengan Toi Nare yang sama-sama memiliki luka di wajahnya. Hagin melihat pertarungan itu dengan tatapan mata yang tajam, dia bisa merasakan adanya perbedaan kemampuan yang cukup mencolok, di mana Toi Nare sedikit lebih unggul dari Buya.
"Pria yang menarik, dia tampak tidak bersemangat namun pukulannya penuh dengan gairah dan itu sama sekali tidak lemah. Sungguh tindakan yang menarik, dia bukan lawan yang mudah dan tidak satu tipe dengan Buyencu," ucap Hagin ketika dia melihat pertarungan antara Buya dengan Toi Nare yang semakin memanas.
Tidak jauh dari tempat Hagin berdiri, Park Hun mengamati jalannya perebutan kekuasaan di kelas E ini. "Semua sudah berakhir, tidak bisa diprediksi. Hagin ini akan menjadi satu momok yang perlu kuwaspadai, sekarang aku juga harus bergerak, kelas mana yang harus kusambangi?"