Kara mencengkeram minumannya, dia menatap tajam sekali. Dia merasa terbodohi. "Sial! Cinta ini benar-benar membunuhku!" Desisnya dalam hati. Dia juga sudah mencari Yasmin. "Aku akan temukan anak sialan itu!" Dia mendesis seraya meneguk segelas wisky di tangannya.
Suasana malam begitu hening, namun tetap saja bayangan masa lalu Kara semakin mengusiknya. Bahkan dia masih mengingat bagaimana dia harus menjadi seorang gembel. Air matanya mulai jatuh seketika. Dia akan membuat sebuah perhitungan dengan keluarga Wijaya. "Kau akan membayarnya!" Geramnya menatap sebuah sudut ruang kerjanya. Dia mulai merancang sebuah rencana gilanya. Air mata kepedihannya semakin menetes begitu saja. Kedua matanya mulai memerah. Rasa sakit seperti tertusuk dengan ribuan pisau hingga membekas tak terlihat sama sekali.
Sebuah malam yang mencekam kala itu. Hujan begitu sangat deras sekali. Kematian menyelimuti keluarga Kara dengan sebuah aroma hitam menyengat. Rasanya air mata tidak akan pernah mengering.