Kafe Senja, di mana Aksara bertemu dengan Ave pertama kali. Beberapa kepingan kisah-kisah nostalgia mulai dia rasakan bagaikan sebuah mesin waktu. "Aku baru bisa datang ke sini, setelah aku berusaha melawan hatiku. Karena terlalu banyak kenangan terindah ketika bersama kamu, Ve. Sungguh aku masih mencintaimu," batinnya sambil mengelus-elus perutnya yang masih rata.
"Nyonya Aksara, ya?" Celetuk salah satu pelayan.
"Iya, kamu kok tahu?" Tanya Aksara menatap pelayan kafe Senja.
"Iya, aku tahu. Saya sejak dulu kerja di sini," ujar pelayan perempuan itu."Tapis sayang kalau tuan muda Ave sudah tidak di sini lagi. Dia sudah ke Bangkok."
"Oh," Aksara tahu kalau Ave sudah pindah di sana. Dia tersenyum meskipun sedikit berat.
"Mau pesan apa?" Tanya pelayan kafe itu.
"Coklat panas saja," jawab Aksara menatap pelayan itu.
"Baiklah," balas pelayan itu mencatat pesanannya. "Saya akan menyiapkannya," imbuhnya langsung pergi.
Aksara mengangguk jelas.
