Barra.
Aku hanya mampu duduk terdiam merasakan sebuah keheningan malam-malam panjang tanpamu. Bahkan tidak ada sinyal yang bisa membuat kita begitu dekat sekali. Aku hanya mampu meratapi sebuah nasib menahan sebuah kerinduan yang cukup dalam sekali.
Embusan angin malam mulai menyapa. Rasa dingin merindukan titik temu antara kamu denganku. Tapi waktu bergulir cukup lambat sekali hingga membuat rindu-rindu mulai berkecamuk dalam jiwaku. Ku tahu kalau cinta akan setia menunggu. Tapi begitu berat menunggu dengan ribuan-ribuan percikan rasa rindu yang membabi buta.
Remuk dalam keheningan malam. Semua rindu-rindu telah ku terbangkan agar aku bisa menemukan mesin waktu atau pintu pararel kehidupan. Di sini menikmati langit, apakah kau juga menikmati langit yang sama sepertiku? Ku tarik napas begitu sangat berat sekali. Lalu ku rasakan seribu aroma rasa kerinduan dalam hati.
