Kedua mata Rafa membidik ke arah Melisa. Senyuman tipis itu telah terlukis di wajahnya. Sebuah kerinduan dalam hatinya yang kian membara. Tatapan kedua matanya benar-benar pekat.
Suasana tampak hening. Rafa dan Melisa hanya diam tanpa bahasa, namun keduanya saling memendam sebuah perasaan kerinduan. Mereka juga saling menerka-nerka dalam hatinya.
"Oh, ada nak Rafa."
Dave baru saja keluar dari kamarnya, dia menatap mantan menantunya datang.
"Mel, buatkan Rafa minuman, Nak."
Melisa pun mengangguk, ia masih merasa sangat canggung. Namun getaran dalam hatinya begitu sangat terasa sekali. "Mungkinkah ini yang dinamakan sebuah arti cinta? Sebuah getaran dalam jiwa hingga mengalirkan deras seluruh aliran darah," dia mengumam dalam hatinya. Sebuah titik temu ada cara membayar sebuah kerinduan dalam hatinya. "Kehilangan akan membuat orang sadar. Betapa pentingnya orang itu pergi dariku. Sama halnya dengan cinta, kadang datang terlambat," batinnya.