Semenjak berbincang-bincang dengan Lara, ibu dari Barra. Anne merasa terus terpikirkan oleh sosok Barra yang telah dibincangkan tadi sore ketika menyiapkan menu untuk makan malam. Rasanya ada sebuah ruang hati yang mulai terisi nama pria yang mampu menumbuhkan sebuah benih-benih asmara yang merasuk dalam jiwa-jiwa sepi. Rasa itu mulai bertumbuh bagaikan sekuntum mawar merah yang merekah.
Api asmara itu semakin membara dalam jiwanya. Anne baru pertama kalinya merasakan terpesona karena terpanah asmara dengan sekali tatapan dari seorang Barra. Pria itu memang sangat dingin sekali, tapi tidak akan mengurangi pesonanya.
Ehem! Suara deheman itu pun mulai terdengar di belakangnya.
"Lagi apa Ann?" Tanya Barra yang mendadak muncul di belakangnya.
"Astaga, kenapa dia datang?" Anne mengumam dalam hatinya, karena dalam kepalanya terpikirkan tentang laki-laki yang telah di hadapannya sekarang. Dia mulai terlihat sangat canggung. Lidahnya terasa sangat tertelan begitu saja.